Beberapa malam lalu, badan saya begitu lelah. Capek. Remuk rasanya. Pake hazmat hampir 12 jam. Hupffff...
Saya berdiri kelelahan di depan ugd, menunggu jemputan. Rasanya ngga sanggup harus naik KRL lagi bahkan nyetir pun rasanya ngga mampu.
Saat saya berdiri di depan UGD, ambulance terus berdatangan membawa pasien baru. This is normal? Hanya beberapa hari dalam sebulan biasanya serame ini. Namun, 3 bulan ini, setiap hari kami seperti berperang melawan covid bangsat ini.
Setiap hari ada saja perawat, dokter, lab, ob, admin yang harus off dulu karna menjadi pdp bahkan positif.
Capek rasanya. Capek. Aseli, malam itu saya berdiri di UGD, untuk pertama kalinya, sepanjang 10 tahun saya menjadi dokter, saya merasa begitu lelah berada di rumah sakit.
Saya tau, ini pekerjaan saya. Saya sangat mencintai pekerjaan ini. Namun, hari itu saya bener2 merasa lelah. Lelah, badan sakit, maag pedes rasanya, kepala nyut2an, paha sampai kaki kesemutan. Sebelum pulang kami wajib mandi di RS. Wajib bersih dulu sebelum pulang. Nanti di rumah, kami mandi lagi.
Saya harus ngeluh ke siapa? Mama? Amor eset? Bukankah ini tugas saya.
Papa. Seandainya papa ada. Saya bisa menelponnya, berteriak marah, menangis, memaki, semua hal yang tidak saya suka bisa saya katakan dengan lantang. Saya punya tempat sampah yang menampung seluruh emosi saya, papa.
Tapi, papa ngga ada. Papa ngga disini lagi, pa.
Saya menarik nafas dan menghembuskannya dengan pelan, berulang kali. Menenangkan saya. Diri saya. Membuang jauh lelah yang harus saya hadapi.
Tiba2 ada seorang anak kecil berlari ke arah saya, dia berhenti tepat di samping saya. Saya bergeming menatapnya. Dia tersenyum ke arah saya. Neneknya memanggil namanya, Andra.
Tau apa yang dia bilang untuk saya?
"Tatih oodok. Tatih." Sambil memeluk tungkai atas saya.
Saya berjongkok di hadapannya. Melepaskan pelukannya. Memberikan choki2 yang masih tersisa di tas saya.
Neneknya datang, menghampiri kami, mendengar anak kecil tu berucap, si nenek menjadi penerjemah "makasih dokter, katanya andra."
Tiba2 saja, saya merasa lelah saya hilang. Saya menundukkan kepala saya, menyembunyikan airmata yang menggantung disudut sana. Hati saya menghangat. Saya mengangguk sambil menyeka airmata saya yang sulit di bendung.
Makasih, dokter.
Ucapan sesederhana ini, mengembalikan keberanian saya. Menghapuskan kelelahan saya. Setidaknya, di antara ribuan protes yang singgah untuk kami, tenaga medis, masih ada orang yang menghargai keberadaan kami. Masih ada orang, yang memerlukan keilmuan yang kami miliki.
Bagi saya, inilah penghargaan tertinggi dalam profesi saya. Ucapan tulus, ungkapan syukur yang terlantun dengan jujur, bahwa keberadaan saya membawa berkat untuk orang lain.
Saya menganggkat kepala saya dan menatapnya.
"Nih, saya masih punya choki2 lagi. Untuk andra aja ya."
Neneknya mengucapkan terima kasih. Anak kecil itu berlari kembali ke arah keluarganya.
Saya?
Menguatkan hati saya, karna masih terlalu pagi untuk menyerah.
Memberanikan diri saya, karna menjadi lemah bukan pilihan.
Terima kasih, Tuhan Yesus.
Terima kasih. Terim kasih. Terima kasih.
Tolong kasih tau buat noke,
Anak perempuannya baik2 saja disini.
Lelahnya, capeknya, sakitnya, marahnya, sedihnya, kecewanya,
Tidak akan menghentikan apapun yang sudah dia kerjakan.
Untuk yedijah,
Terima kasih karna selalu menemukan alasan untuk berjuang kembali diantara begitu banyak alasan untuk pergi.
Semoga juli, agustus, september,
Kita bisa saling berjabat erat, berangkulan, tanpa jarak.
Tuhan semesta alam menjaga Indonesia.
Benyada Remals 'dyzcabz'
Tuhan punya cara, nyed. Dia bisa mengirimkan malaikat2 tak terduga untuk menguatkan kita. Salah satunya andra. Tuhan lagi bicara dengan caraNYA untuk lo, nyed. Untuk sampai disini, ada doa ibu lo yang selalu memeluk lo dan nasehat bapak lo yang menjaga langkah lo.
Jadi jangan takut, lo sangat di berkati karna hidup lo di kelilingi oleh orang2 yang bgitu mencintai lo. Salah satunya, gue, nyed. Tom-tom.
Kekayaan yang saya miliki adalah mereka yang menerima saya tanpa kecuali.
Anugerah terbesar saya, adalah Noke dan Sinsi.
Tangan Noke yang menjaga saya dan Cinta sinsi yang senantiasa menguatkan saya.
Hingga dalam keadaan paling hancurpun, saya tau, saya tidak boleh menghancurkan diri saya, karna disana ada doa ayah ibu saya, ada nama baik mereka, ada kebanggaan mereka dan ada harapan mereka.
Kemenangan yang benar bukan mengangkat piala untuk dirimu sendiri, yedijah. Kemenangan sejati adalah saat kamu, melihat sekitarmu menang sebab keberadaanmu ditengah mereka. Noke.
Sebab itu, lelahmu, tidak boleh membuatmu kalah dan meninggalkan panggilanmu.
Karna bagaimanapun ceritanya besok, hari ini harus kamu lewati dengan benar. Selalu ada ucapan syukur yang naik, sekalipun hari ini terasa begitu sulit untuk dihidupi. Sinsi.
Ada amin?
Saya berdiri kelelahan di depan ugd, menunggu jemputan. Rasanya ngga sanggup harus naik KRL lagi bahkan nyetir pun rasanya ngga mampu.
Saat saya berdiri di depan UGD, ambulance terus berdatangan membawa pasien baru. This is normal? Hanya beberapa hari dalam sebulan biasanya serame ini. Namun, 3 bulan ini, setiap hari kami seperti berperang melawan covid bangsat ini.
Setiap hari ada saja perawat, dokter, lab, ob, admin yang harus off dulu karna menjadi pdp bahkan positif.
Capek rasanya. Capek. Aseli, malam itu saya berdiri di UGD, untuk pertama kalinya, sepanjang 10 tahun saya menjadi dokter, saya merasa begitu lelah berada di rumah sakit.
Saya tau, ini pekerjaan saya. Saya sangat mencintai pekerjaan ini. Namun, hari itu saya bener2 merasa lelah. Lelah, badan sakit, maag pedes rasanya, kepala nyut2an, paha sampai kaki kesemutan. Sebelum pulang kami wajib mandi di RS. Wajib bersih dulu sebelum pulang. Nanti di rumah, kami mandi lagi.
Saya harus ngeluh ke siapa? Mama? Amor eset? Bukankah ini tugas saya.
Papa. Seandainya papa ada. Saya bisa menelponnya, berteriak marah, menangis, memaki, semua hal yang tidak saya suka bisa saya katakan dengan lantang. Saya punya tempat sampah yang menampung seluruh emosi saya, papa.
Tapi, papa ngga ada. Papa ngga disini lagi, pa.
Saya menarik nafas dan menghembuskannya dengan pelan, berulang kali. Menenangkan saya. Diri saya. Membuang jauh lelah yang harus saya hadapi.
Tiba2 ada seorang anak kecil berlari ke arah saya, dia berhenti tepat di samping saya. Saya bergeming menatapnya. Dia tersenyum ke arah saya. Neneknya memanggil namanya, Andra.
Tau apa yang dia bilang untuk saya?
"Tatih oodok. Tatih." Sambil memeluk tungkai atas saya.
Saya berjongkok di hadapannya. Melepaskan pelukannya. Memberikan choki2 yang masih tersisa di tas saya.
Neneknya datang, menghampiri kami, mendengar anak kecil tu berucap, si nenek menjadi penerjemah "makasih dokter, katanya andra."
Tiba2 saja, saya merasa lelah saya hilang. Saya menundukkan kepala saya, menyembunyikan airmata yang menggantung disudut sana. Hati saya menghangat. Saya mengangguk sambil menyeka airmata saya yang sulit di bendung.
Makasih, dokter.
Ucapan sesederhana ini, mengembalikan keberanian saya. Menghapuskan kelelahan saya. Setidaknya, di antara ribuan protes yang singgah untuk kami, tenaga medis, masih ada orang yang menghargai keberadaan kami. Masih ada orang, yang memerlukan keilmuan yang kami miliki.
Bagi saya, inilah penghargaan tertinggi dalam profesi saya. Ucapan tulus, ungkapan syukur yang terlantun dengan jujur, bahwa keberadaan saya membawa berkat untuk orang lain.
Saya menganggkat kepala saya dan menatapnya.
"Nih, saya masih punya choki2 lagi. Untuk andra aja ya."
Neneknya mengucapkan terima kasih. Anak kecil itu berlari kembali ke arah keluarganya.
Saya?
Menguatkan hati saya, karna masih terlalu pagi untuk menyerah.
Memberanikan diri saya, karna menjadi lemah bukan pilihan.
Terima kasih, Tuhan Yesus.
Terima kasih. Terim kasih. Terima kasih.
Tolong kasih tau buat noke,
Anak perempuannya baik2 saja disini.
Lelahnya, capeknya, sakitnya, marahnya, sedihnya, kecewanya,
Tidak akan menghentikan apapun yang sudah dia kerjakan.
Untuk yedijah,
Terima kasih karna selalu menemukan alasan untuk berjuang kembali diantara begitu banyak alasan untuk pergi.
Semoga juli, agustus, september,
Kita bisa saling berjabat erat, berangkulan, tanpa jarak.
Tuhan semesta alam menjaga Indonesia.
Benyada Remals 'dyzcabz'
Tuhan punya cara, nyed. Dia bisa mengirimkan malaikat2 tak terduga untuk menguatkan kita. Salah satunya andra. Tuhan lagi bicara dengan caraNYA untuk lo, nyed. Untuk sampai disini, ada doa ibu lo yang selalu memeluk lo dan nasehat bapak lo yang menjaga langkah lo.
Jadi jangan takut, lo sangat di berkati karna hidup lo di kelilingi oleh orang2 yang bgitu mencintai lo. Salah satunya, gue, nyed. Tom-tom.
Kekayaan yang saya miliki adalah mereka yang menerima saya tanpa kecuali.
Anugerah terbesar saya, adalah Noke dan Sinsi.
Tangan Noke yang menjaga saya dan Cinta sinsi yang senantiasa menguatkan saya.
Hingga dalam keadaan paling hancurpun, saya tau, saya tidak boleh menghancurkan diri saya, karna disana ada doa ayah ibu saya, ada nama baik mereka, ada kebanggaan mereka dan ada harapan mereka.
Kemenangan yang benar bukan mengangkat piala untuk dirimu sendiri, yedijah. Kemenangan sejati adalah saat kamu, melihat sekitarmu menang sebab keberadaanmu ditengah mereka. Noke.
Sebab itu, lelahmu, tidak boleh membuatmu kalah dan meninggalkan panggilanmu.
Karna bagaimanapun ceritanya besok, hari ini harus kamu lewati dengan benar. Selalu ada ucapan syukur yang naik, sekalipun hari ini terasa begitu sulit untuk dihidupi. Sinsi.
Ada amin?
Saya pulang dengan "hati yang ringan"
Melewati pos satpam, Pak Timo "lepas jaga dok? Ati2 pulangnya. Sehat selalu, dok. Istirahat, dokter."
Saya mengangguk. "Bapak juga ya. Saya masuk malam besok."
Kalah? Ngga. Tempat lo bukan disini.
Tetap lah semangat. Sesungguh nya saya takut kamu ketularan tapi tugas tetap harus di lakukan. Tuhan Yesus menjaga dan melindungi mu.
BalasHapus