Langsung ke konten utama

Postingan

Untuk kita, Untuk Indonesia.

Saya mengerti ketika ada sebagian orang, yang sama sekali tidak mungkin untuk diam saja di rumah. Mereka adalah kepala keluarga, yang harus menbawa nafkah, atau bisa jadi mereka petugas2 yang harus siap siaga dalam kondisi seperti ini. Walaupun, bisa saja, mereka menjadi sumber penularan bagi orang sekitarnya. Ironi memang. Di saat kita meneriakkan, diam dirumah aja, namun kenyataannya tidak segampang itu. Tuhan menyertai kalian, yang memang bekerja untuk menafkahi keluarga dan tidak mungkin untuk diam di rumah saja. Tapi, untuk manusia laknat yang tidak ada kepentingan apapun, tapi bebal, dableg, untuk diam di rumah aja. Semoga keluargamu baik2 saja. Ingat, terpaparnya kamu dengan virus ini, membuat keluargamu, seisi rumahmu menjadi orang yang paling rentan terinfeksi. Jangan lupa, orang tuamu, yang sudah usia lanjut, dengan penyakit penyerta membuat virus ini jauh lebih jahat. Sebelum keluar rumah, tanyakan pada dirimu, pentingkah saya pergi? Mendesakkah keperluan ini? Jak...

#diamdirumahaja

Mungkin bagi sebagian orang, Virus ini hanya sekedar saja, Setiap kali di sebutkan, berapa angka kematian, Mungkin hanya terdengar sebagai data dan statistik. Seandainya saja boleh, Sebagai dokter, saya ingin di rumah saja. Tidak perlu berjibaku dan menghadapi keadaan kacau ini. Seandainya saja, Saya adalah orang yang bisa bekerja dari dan di rumah saja, Saya akan sangat lega. Artinya, saya tidak perlu getir menghadapi keadaan ini, Lalu mendengar bahwa senior2 saya, bahkan guru2 saya, perlahan tumbang satu persatu. Pemerintah tidak sigap. Apalagi siap. Dengungan yang di dengarkan di TV sangat bagus, terlihat siap. Nyatanya di lapangan tidak begitu. Di lapangan protokoler yang di buat justru ambigu. Alat tes kosong. Rapid tes hanya pada RS Rujukan dan itupun hanya pada orang2 dengan suspek sesuai protokoler. Jadi, kapan wabah ini selesai? Kapan bisa meredam kepanikan massal yang nenjalar kalau pemerintah seolah gamang sendiri. Tenaga medis, tidak di siapkan ala...

Belum bisa merem.

2020. 2 bulan pertama. Begitu banyak kejadian yang menyesakkan hati. Bulan ke 3, sudah mengintip. Semoga saja, kebaikkan Tuhan menyertai kita. Tidak selalu harus menyenangkan untuk di jalani, Setidaknya kuat untuk di hadapi.  2020. Tahun perjuangan dan memperjuangkan. Tahun rahmat Tuhan. Semoga, segala mimpi berlabuh pada tujuan yang benar. Apa yang di harapkan menjadi nyata dan benar. Apa yang di perjuangkan, tidak terhenti lalu lenyap. Namun, memasuki tahap baru yang jauh lebih menyenangkan untuk di lewati. Come on, nyed. You can do it. Sampai sejauh ini, ada Yesus disini. Sampai sehebat ini, karena Yesus bersama kita. Benyada Remals "dyzcabz" Saya, tidak bisa terlelap, ketika tanya, belum terjawab.  Saya, tidak mampu terpejam, bila pikir tidak selesai dengan solusi. Saya, menangguhkan laju saya, untuk memenangkan orang lain.  Sebagai bentuk janji saya, pada beliau yang saya hormati. Dan saya, harus mempelajari dengan benar, Bagaimana menghadapi hidup dengan menghidupka...

Tentang Noke #68

Hari ini, tidak ada kabar yang baik, pa. Tidak ada juga yang menyenangkan untuk di lewati, pa. Everythings not okay, pa. Saya ngga gereja, ini minggu ke 4 kali saya bolos gereja.  Seharusnya, tidak seberat ini'kan, pa? Seharusnya, ada yang bisa saya syukuri. Saya masih bernafas. Saya tetap hidup. Saya.... I dont get that value on me, pa. I just lost.  Bahkan saat saya menulis ini pun, Saya tidak dalam keadaan baik. semoga Yesus, masih baik pada saya.  Diantara begitu banyak, keluhan saya, ketidakpatuhan saya, permintaan saya, saya begitu tidak tahu dirinya saya, saya tidak memuliakan dia, di hari yang DIKUDUSKANNYA. Such like an ash, ya? Minta banyak, beribadah nol. Ngeluh bla, bla, bla, ngerasa ga adil tentang a, b, c, d, tapi giliran masuk gereja banyak beudh nyeeeed alasan lo. Dari saya, Yang tidak patut di contoh. Yang tau, tapi pura2 tidak mau tau. Bebal. Ndableg. Yang ngeluh, tapi tidak bersyukur. Dari saya, Yang jauh dari kata bijak bahkan sempurna. Yang tulisannya...

we dont know, when...?

kematian adalah sebuah kepastian. sepasti mentari yang terbit dan terbenam. tidak pernah ada yang tau, kapan waktunya. dimana. bagaimana. Bahkan dengan cara apa, kita tidak pernah tau. maut datang seperti pencuri, tidak mengenal waktu.  Hanya saja, mungkin meninggalkan beberapa isyarat yang terabaikan. Dan, untukmu yang masih berduka, sedang berduka atau sudah tenang dan ikhlas, aku mendoakan yang terbaik. Agar semesta memelukmu dengan damai sejahteranya, melimpahimu dan melingkupimu dengan kasih setianya, hingga hatimu kuat untuk menerima bahwa setiap cerita hidup yang terjadi adalah bagian dari rencana besarnya.  Menjadi kuat, tabah dan ikhlas, tidak bisa hanya dalam sekejap. Semua orang yang kehilangan, akan mengalaminya, ada satu fase, di mana kita akan mempertanyakan keputusan Semesta. Kenapa?  Fase ini akan memudar perlahan, bersama waktu, walaupun kekosongan itu selamanya nyata dan tinggal. KEtidak biasaan, menjadi sebuah keterbiasaan baru, TA...

Tentang Noke #67

Pa, saya kangen banget sama papa. Ada ruang kosong yang ngga bisa di gantiin oleh siapapun, seberapa besar mereka berusaha. Sesederhana, melihat orang lain bisa menelpon papanya dan ngadu. Lalu, saya ngga bisa. Saya ngga punya papa lagi. Saya ngga bisa manja lagi. Saya ngga bisa ngadu lagi. Saya ngga bisa nelpon beliau lagi. Dan lalu, saya bisa menangis pa. Hampir 2 tahun ya, pa? Dan anak perempuan papa, masih juga sama. Cengengnya. Maaf ya, pa. Seharusnya saya sudah jauh lebih baik. Ive tried, pa. I do it, pa. Tapi, ada masa di mana, kangen papa, bisa muncul tiba2 lalu saya seperti "disadarkan", papa saya ngga ada. Dan saya tidak tau bagaimana mengontrol emosi saya. Sehebat apapun saya membujuk diri saya, menenangkan hati saya, yang saya dapati hanyalah tangis yang sulit reda. Saya tidak melakukannya di depan orang, pa. Papa tau, saya bgitu sulit mengungkapkan rasa saya. Saya tidak bisa menangis di depan orang lain. Mungkin dulu, saya selalu mengangg...

Im just...

Seandainya, saya tidak jadi dokter... Saya akan jadi? Jurnalis. Arsitek. Pernah ngga nyed lo mikirin kalo lo bukan dokter. Pernah ngga lo nyesel jadi dokter? Jarang sih ya. Jarang banget. Nyesel? Hm. Ada. Banget. Ketika pasien gagal gue tolong. Mereka datang dengan keadaan yang "jelek" nyatanya keberadaan saya, tidak menolong sama sekali. Setiap kali, petugas IGD mendorong brankar ke arah Kamar Jenazah, hati saya sedih. Sebagian diri saya, merutuki saya. Seandainya, lo lebih kompeten, kalo aja di bawanya jauh lebih cepat, coba aja orang terdekatnya lebih aware. Lalu saya bertanya-tanya pada diri saya, mungkin kalo saya jadi jurnalis, saya tidak akan menyakiti banyak orang ya? Atau kalo saya jadi arsitek, mungkin aja, ngga membuat orang kehilangan sanak keluarganya. Mungkin saja. Bekerja di emergency room, bukan hal yang menenangkan, namun sangat menyenangkan. Karena setiap pasien yang datang, membawa cerita yang berbeda. Menjadi dokter, ngga se"...