Langsung ke konten utama

Im just...

Seandainya, saya tidak jadi dokter...

Saya akan jadi?

Jurnalis. Arsitek.

Pernah ngga nyed lo mikirin kalo lo bukan dokter. Pernah ngga lo nyesel jadi dokter?

Jarang sih ya. Jarang banget.

Nyesel? Hm. Ada. Banget.

Ketika pasien gagal gue tolong. Mereka datang dengan keadaan yang "jelek" nyatanya keberadaan saya, tidak menolong sama sekali.

Setiap kali, petugas IGD mendorong brankar ke arah Kamar Jenazah, hati saya sedih.

Sebagian diri saya, merutuki saya. Seandainya, lo lebih kompeten, kalo aja di bawanya jauh lebih cepat, coba aja orang terdekatnya lebih aware.

Lalu saya bertanya-tanya pada diri saya, mungkin kalo saya jadi jurnalis, saya tidak akan menyakiti banyak orang ya? Atau kalo saya jadi arsitek, mungkin aja, ngga membuat orang kehilangan sanak keluarganya.


Mungkin saja.

Bekerja di emergency room, bukan hal yang menenangkan, namun sangat menyenangkan.

Karena setiap pasien yang datang, membawa cerita yang berbeda.

Menjadi dokter, ngga se"enak" yang kamu tonton di film atau drama korea. Mereka sudah di "tatar" lalu mengikuti "skrip" juga alur cerita. Mereka tidak perlu berpikir banyak, menduga, merunut diagnosis lalu menyingkirkan diagnosis bandingnya, dan anamnesisnya cuman sesederhana itu. Tiba2 lo bisa tau, penyakit langka bin ajaib.

Keren kan?

Pada kenyataannya, pasien yang kamu hadapi di IGD tidak 'segampang' terlihat. Oh, dan satu lagi, tidak semua RS tersedia fasilitas yang mumpuni seperti di TV. Mungkin pada beberapa center ada, tapi pasiennya berjubel dan ngantri kayak mudik di stasiun. Kalo yang kamu liatkan enak, pasien cuman 1-2, terus semua dokternya terlihat "free", kalo pada kenyataannya ngga se"epic" itu.

Contoh nih, sesak. Sesak itu keluhan umum. Tapi untuk tau kenapa pasien sesak, kami harus merunut kembali aktivitasnya, riwayat sakitnya, ada trauma àtau ngga, minum obat apa terakhir.

Oh, bentar.... sesak itu bisa di sebabkan oleh paru, jantung, lambung. Mau tau nama kerennya?
Paru :
status asmatikus, asma bronkiale.
Tension Pneumothorax
Odem Pulmo (*cuman ini biasanya karna Heart Failure sih)
Emboli Pulmonal
Impending respiratory failure ec ARDS

Jantung :
Chronic Heart Failure
Syok Kardiogenik
Infark Miokard
Dissection Aorta
Coronary Artery Dissease (Unstabel Angina, Non - STEelevation Miocard infark)

Lambung :
Gastroesofagel Reflux Disseases
Cholesistitis (*kadang sih)

Psikosomatis.


Masih banyak sih, cuman saya ndak sepintar itu hahahahaahahaaahaa...

Nah, dari banyak itu, kita memilah tuh dalam hitungan menit (*biasanya sih dari pasien masuk udah harus di "baca" sih ya, beliau kenapa.) Saya mau apa, harus gimana, tindakan pertolongan pertama apa.

Kalo menurut ACLS C-A-B-D. Kalo ATLS A-B-C-D.

Prinsip dasarnya sih sama, tindakan apapun juga harus mengutamakan keselamatan pasien dan kestabilan pasien.

Ada hal yang konyol menurut saya ya, dalam sebagian besar film, drama, sinetron (*hupf....),
pada saat pasien tidak sadarkan diri, lalu di pasang monitor untuk memantau pergerakan a.k.a listrik jantungnya, lalu terlihat FLAT (*garis lurus datar), bahasa kerennya ASISTOL. Ngapain di pakein "kejut jantung" atau defib. Lah kan ngga ada denyutnya. Ngapain harus di "strumin" kalo tidak ada "listrik jantung" yang membuat iramanya atay jantungnya berdenyut. Harusnya, ketika FLAT terjadi, RJP. Baru tuh obat2an masuk, intubasi, cek irama.

Pembodohan seperti ini, membuat masyarakat awam yang ke IGD sok tau. Setiap kali kita lakukan resusitasi pada kasus ASISTOL pasti ada keluarganya yang datang lalu bilang "kenapa ngga di kasih kejut aja?"

Mau di jelasin, lagi tindakan. Ngga di jelasin makin nyerocos dan mencak2. Lucu ya?

Kalo, dalam usaha resusitasi itu di temukan jantung kembali berdenyut dan iramanya "kacau" atau bahasa kerennya Ventrikel Fibrilasi, dalam fase ini, jantungnya menggelepar kayak ikan keluarin dari air. Nah, kalo ada gambaran ini nih, harus di lakukan Kejut Jantung a.k.a DEFIBRILASI.

Jadi, setiap tindakan medis itu ada alasannya. Bukan asal2an di kasih. Atau ikutin maunya pasien.


Nih contohnya, pasien dengan status asmatikus (*sesak nafas hebat karena asma),
Rujukan dari klinik, sampai di RS keadaan memburuk, kesadaran berkabut (*somnolen), keadaan umum sesak, pucat, sianotik. GCS 9/10. Spo2 88%. TD 120/90 HR 142 x RR 36 S 36,7 C. Di pakaikan NRM naik menjadi 97%. Di pasang infus untuk tindakan emergency. Di suntikan epinefrin di mulai dari 0.3 mg/ 5 menit di naikkan 0.1 mg sampai 3 kali. Pada suntikan kedua, sesak mereda, os sudah merespon baik. Di nebu dengan ventolin 1 amp. Dexa sudah di injeksi di klinik.


40 menit kemudian, os sudah "baikkan" lalu tertawa2 dengan suaminya.

Awal datang, keluarganya bilang "ini mau di uap aja", pertanyaannya apa iya di "uap" saat itu bakalan menolong? Nggalah. Status Asmatikus itu "bagian emergency" dari asma. Ketika orangnya udah setengah sadar, lalu lo mau uapin aja? Yang bener dong. "Alert"nya dia aja udah ngga ada. Dikit lagi di biarin gagal nafas ujung2nya henti nafas. Harus di berikan epinefrin dulu, yang bekerja pada reseptor.... bla.....bla.....blaaaaaa..... "mengendurkan bronkospasme" lalu, udah tenangan, udah enakkan, respon baik, baru tuh kita "uap".

Cuman kan keluara yang datang ke IGD kan ngga ngerti ya. Mereka cuman taunya, apa yang mereka ngerti aja. Padahal, saya percaya, ngga pernah ada, dokter yang mencelakai pasiennya. Hanya kadang, dalam keadaan emergency, waktu kami terbatas untuk menjelaskan keadaan secara detail. Kami merangkumnya dalam kalimat3 sederhana yang kadang tidak sesederhana itu di telinga pasien. Iyakan?


Gilaaaaak panjang beudh ya gue ngecapnya?
Hahhahahahahaahahahahaahaaaaa

Di hari saya jatuh cinta melihat Oma De, Om Nus, Mama Mi mengenakan jas putih itu,
Saya tau, dokter adalah jalan hidup saya.

Di hari opa menceritakan bagaimana hebatnya seorang dokter,
Saya tau, suatu hari, saya akan menjadi apa yang opa impikan.

Saya, dr. BENNU BEKHORAH JEDIJAH.


agak kedengaran sombong ya? Bangke ya? Hahahahahhaahahahahahaaaa...

Hmmmmm....


My wish?

Saya selalu di beri hikmat dan kebijaksaan dalam menggunakan akal budi saya, untuk melayani sesama.

Sama seperti Salomo, yang di berikan hikmat dan kebijaksaan untuk memimpin Israel,
Seperti itulah yang saya inginkan.

Salomo adalah nama lain Yedijah, Tuhan mengasihi anak ini.

Dan Noke menaruh nama itu untuk saya.


Berasak Melow ya?

Tulisan ini di buat dengan tidak begitu bercanda sih tapi ngga seserius itu juga.

Tulisan inI sebuah tulisan bodoh. Dari manusia yang selalu di kira paling tau segala hal. Nyatanya, kadang dia dodol. Untungnya dalam kedodolannya, dia tidak pernah kehilangan kontrol untuk setiap case di depannya.


Dan, tulisan ini,
di buat ketika kesedihan saya mulai mereda tentang Jagoan saya, Kobe.

Saya akhirnya mengerti bahwa ada orang yang bisa berdampak luar biasa dalam hidup seseorang, sekalipun mereka tidak ada hubungan darah atau kerabat keluarga.

Kehilangan idola masa remaja hingga dewasa.


Hm. Apa lagi ya?

02.03, 6 Febuari 2020

Jaga kali ini mendebarkan sekaligus menyenangkan.

Mau tau, apa yang menyenangkan bila kamu menjadi dokter?
Keluarga pasien yang mengenalmu, selamanya mengingatmu.
Dan lebih jauh dari itu, ucapan "terima kasih dok, sudah di bantu" adalah hal terindah setelah hari jaga yang melelahkan.

Terima kasih juga, karena sudah percaya.


Benyada Remals "dyzcabz"

Saya bahkan ndak tau harus di beri judul apa. Karna saya menulis saat mood saya baik.

Semua yang di ceritakan di atas bukan dongeng, semua adalah kenyataan yang terjadi bila kamu menjadi dokter IGD.

Thats what I say,
Whenever ive come home,
The first thing i wanna hear is my dad question about my day.
Everytime my father was asked me, i knew he had been praying for me a lot.

Its make me warm and greatfull.
AS i always know everybattle ive fought at IGD, someone is hugging me tight with his pray.

And me?
Beyond greatfull, because the gift i was stolen from above is Noke and Sinsi.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

25 Facts about me

25 facts about me Ini salah satu chalenge yang agak menatang bin unik, karena saya harus benar-benar mengenali siapa dan bagaimana saya. Memang hanya sebuah keisengan saja, tapi tetap saja, membuat saya berpikir cukup keras untuk ini... And, this is it... 25 fact about me : 1. Saya adalah sulung dari 5 bersaudara, namun tunggal perempuan dari 3 bersaudara, kedua adik perempuan saya meninggal. Dirumah semua memanggil saya Kakak, bahkan yang lebih tua dari saya. (*kocakkan?) 2. Saya lahir di Salatiga, tumbuh dan berkembang di berbagai kota, palembang, surabaya, makasar, namun sebagian umur saya, dihabiskan di Metropolitan. Hmmm,,,,tapi saya Ambon! 3. Saya menghabiskan waktu luang saya dengan nulis, denger musik, baca buku, but almost novel my fave reading. Hohoho... 4. Hal yang tidak pernah salah buat saya adalah CHOKI-CHOKI, karena teman terbaik sekaligus musuh teeberat saya (*sometimes) Yep, Im chocofreak!  5. Saya suka bertualang kemana saja. Apalagi kepegunungan. T...

Obsesi YANG SALAH!!!

Obsesi yang salah! Saturday, September 25, 2010 6:15 AM Mungkin aku harus mengatakan BAHWA aku PEREMPUAN yang sangat beruntung! Dengan segala keterbatasan yang aku miliki,aku mampu memikat hati siapa saja. Aku mampu mendiamkan,ANJING HERDER!<loh kok=""></loh> ************************************************************** Kenapa aku mengatakan AKU BERUNTUNG??? Disatu sisi,aku dicintai oleh seorang lelaki yang nyaris sempurna. Dia memiliki ketampanan dan kemapanan yang menjadikannya sebuah OBSESI yang diminati oleh setiap HAWA. Kecuali aku! Aku benci COWO! Mereka adalah makhluk egois yang tidak pantas dicintai. Mereka lebih baik untuk dicampakkan. Tidak ada toleransi untuk rasa benciku pada makhluk terkutuk itu. Aku membenci mereka. Sangat membenci mereka. Entah untuk alasan apa! Tapi,AKU MEMBENCI COWO. Sampai DIA datang… Membuatku runtuh dari KESOMBONGANku yang menilai bahwa akulah yang paling benar tentang segala hal. Dia menamp...

I am a proud sister!!!

I am a proud sister!!!! First thing first... Congratz, Melf! Calon Sp.B menunggu waktu aja sih. Pembicaraan tentang sekolah lagi itu sudah ada beberapa tahun ke belakang, sejak PTT, well kita udah hampir 8 tahunan jadi dokter. Mulai dari dokter ptt di pedalaman, hingga magang di RSUD, hingga akhirnya menetap dan menjadi PNS di RSUD Kota Sorong lalu di angkat menjadi Kepala IGD (*melf) Jadi saya mengerti betul, bahwa kakak saya sangat menginginkan "sekolah" lagi. Sama saya juga. Tapi, usia epit adalah batas rawan. Kenapa? Dia udah 33, tahun ini, 34. Sedangkan batas usia yang di tetapkan itu 35 tahun. Jadi saya mengerti betul, kenapa dia berjuang dan berusaha sekuatnya untuk masuk PPDS. Mungkin ada banyak yang akan bertanya, ngapain sih ngotot jadi ppds atau sekolah spesialis. Toh udah dokter, ngga capek sekolah lagi. Well, tergantung caramu memandang sebuah "nilai" dari gelar yang tersemat. Untuk kami, menjadi Spesialis bukan hanya tentang "keuntungan...