Langsung ke konten utama

i just can't #mambaout


Saya pikir, saya harus deactivated IG.

Sebab 1 minggu belakangan ini, semua tentang Kobe. Semua tentang memory Kobe dan Gigi, tentang the best momentnya Kobe selama NBA, moment2 kocak, seru, "moment" dimana dia menciptakan sesuatu yang luar biasa. 

Dan saya hampir tidak pernah melewatkan game yang ada Kobe and LA Lakers. Mungkin ini alasannya kenapa kuota saya bisa 100 GB dalam 1 bulan #oops

Kehilangan sosok yang saya idolain dari saya kecil, bahkan menjadi panutan saya, bahkan menjadi "my forever teenager crush" (*Kobe itu punya senyum yang manis, dan Smily-eyes), hmmmm... Kobe tuh panutan saya "dulu" untuk nyari cowo anak basket loh hahahahhahahahaaaa... am i creep? (*definitely nyed)

Apa ya. Something lost. Bahwa nanti setiap LAkers bertanding Black mamba ngga ada lagi untuk nonton, bahwa nanti saya tidak bisa lagi melihat postingan tentangnya, senyumnya, muka sombongnya. 

Lalu, saya sedih. Tiba2 semua terasa begitu menyebalkan. Melelahkan. Mama aja tau, kalo Kobe itu favorite saya. 

Waktu kita berdua makan di McD, tiba2 mama bilang "kaka, punya atlit basket favorite meninggal ya?" Saya terdiam mendengarnya. Saya lupa bahwa pernah bercerita tentang Kobe. Atau mungkin mama pernah melihat saya menonton gamenya. 

"Kok mama tau?"
"Taulah, kakakan suka cerita ke mama."

Suka cerita ya? Basket? Kobe? Ke mama? Oh, okay, fix...gue udah tua. Pikun. 

Walaupun, saya belum pernah menyaksikan secara langsung pertandingannya di Staples Center (*bucketlist banget nih), saya selalu nonton gamenya Kobe. 

Saya tau Kobe tidak pernah menyerah, dia selalu positif dalam banyak hal, bahkan ketika tendonnya cedera, dia masih sempat loh freethrow dulu sebelum masuk. Gilaaaaak, sakitnya kayak apa coba. Tapi, Kobe, dia tidak membuat alasan agar di maklumi. Dia bekerja keras untuk mimpinya, passionnya, keluarganya. 

Mamba mentality have to lived forever in me. 

Saya ingat, hari dimana itu game terakhirnya, Lakers menang, lalu dia menyumbang 60 point, ketika dia mau berjalan masuk, mereka meminta dia untuk speech, Kobe hanya bilang "what can i say? Mamba's out" Gilaaaaaaaaak, loooooh, dia bilang begitu dan saya terharu bin mewek. Saya loh saya, yang bukan siapa2nya. 

Setidaknya saya menyimpan bgitu banyak video pertandingannya, the best moment of Kobe BRyant. Percaya atau ngga, setiap kali IGD terasa melelahkan ada 2 video yang selalu saya putar, videonya gempita dan video Kobe tanding. Kalo sekarang, ditambah Videonya papa pas memberikan berkat ke Petra. 

Setiap kali saya merasa bodoh, tolol, gagal, saya selalu nonton video pas Kobe menciptakan rekor 81 points dalam 1 pertandingan. Selesai menonton itu, myself will always be better than before.

Hufph...

Ga tau mau nulis apa. Ga tau juga harus nulis apa.

Saya cuman sedih, kalo ingat keluarganya, bukan hanya Keluarga Kobe tapi semua orang yang kehilangan akibat jatuhnya helikopter itu. 

As i say before, kehilangan tidak pernah semudah itu di ikhlaskan. Tidak pernah sesederhana itu untuk di hadapi. Kehilangan seseorang yang kita cintai, hormati, sayangi, idolakan, membuat luka dan meninggalkan amarah yang susah di redam. Lalu, membuat sebuah kekosongan yang memilukan. 


Kekosongan yang entah kapan bisa di hadapi kembali. Bahwa sebagian dirimu akan selalu merasa bersalah, "coba kalo waktu itu....", "seandainya lebih cepat....", "mungkin kalo....", akan selalu ada kalimat seperti ini yang membuat kita semakin merasa bersalah. 

Kita tidak tau pasti, kapan waktu Tuhan, kita berjalan dalam waktuNYA, tapi waktu kematian bukan sebuah tanya yang jawabnya pasti. Tidak terduga. Tidak ada yang tau pasti. Semua dalam rancangan Tuhan semesta alam.

Bahkan orang yang baru beberapa jam aja bicara dengan kita, bisa jadi tiba2 meninggal. 

Nafas hidup itu bukan oksigen, tapi belas kasih Allah, papa bilang.

Karena itu setiap nafas yang kita hembuskan, patutnya syukur harus terus terlantun dengan lantang.

Semoga keluarga Kobe Bryant dan seluruh keluarga yang turut kehilang dalam tragedi jatuhnya helikopter itu, di kuatkan, di hiburkan, di naungi oleh damai sejahtera dari Sang Pemilik Hidup, agar mereka mampu menerima bahwa kejadian ini merupakan bagian dari rencana semesta. 

My heart was broken too. I just cant. I just dont. Its so unreal.

Dear Kobe Bryant, my forever teenager crush...
Dalam 18 tahun terakhir, kamu membuat saya tidak berkedip, bahkan histeris dengan semua permainan basketmu, baik saat kamu mengangkat trofi itu ataupun ketika kamu tertunduk lesu karena kalah. Saya tidak peduli. Bagi saya, kamu yang terbaik. 

Bagaimanapun, orang mengatakan hal2 bodoh yang menjatuhkanmu, bagi saya, kamu selalu menjadi atlit favoritenya saya. Selalu. 

Lebron James said "mamba's out" is meant "not forgotten".

For me, legends never die. I know for sure, there are a lot of basketball players which the best on its own, but for me KOBE IS ENOUGH!

Farewell, Legend!

Mamba's out. Long live, Black Mamba. Keep rocking. Still playing. Dont stop to teach gigi like you did before. 

Someday, when we meet...

I just want to thanks to you. For made my teenage life so worthwhile because i got you, Kobe. 

Once again, thank you!


Benyada Remals "dyzcabz"

Melf ngga terlalu mengidolakan Kobe, dia lebih suka Chris Paul, Lebron James. Hari itu, kita lagi nonton pertandingannya Lakers, lalu saya bilang saya suka banget sama Kobe. Seperti biasa, melf beragumen tentang kobe, bahwa dia ginilah, gitu lah, pokoknya kobe itu jelek di matanya. 

Saya?  I just dont care. Like i said it before, FOR ME KOBE IS ENOUGH.

IG @shamelessdunker (photo)


Komentar

Postingan populer dari blog ini

25 Facts about me

25 facts about me Ini salah satu chalenge yang agak menatang bin unik, karena saya harus benar-benar mengenali siapa dan bagaimana saya. Memang hanya sebuah keisengan saja, tapi tetap saja, membuat saya berpikir cukup keras untuk ini... And, this is it... 25 fact about me : 1. Saya adalah sulung dari 5 bersaudara, namun tunggal perempuan dari 3 bersaudara, kedua adik perempuan saya meninggal. Dirumah semua memanggil saya Kakak, bahkan yang lebih tua dari saya. (*kocakkan?) 2. Saya lahir di Salatiga, tumbuh dan berkembang di berbagai kota, palembang, surabaya, makasar, namun sebagian umur saya, dihabiskan di Metropolitan. Hmmm,,,,tapi saya Ambon! 3. Saya menghabiskan waktu luang saya dengan nulis, denger musik, baca buku, but almost novel my fave reading. Hohoho... 4. Hal yang tidak pernah salah buat saya adalah CHOKI-CHOKI, karena teman terbaik sekaligus musuh teeberat saya (*sometimes) Yep, Im chocofreak!  5. Saya suka bertualang kemana saja. Apalagi kepegunungan. T...

Obsesi YANG SALAH!!!

Obsesi yang salah! Saturday, September 25, 2010 6:15 AM Mungkin aku harus mengatakan BAHWA aku PEREMPUAN yang sangat beruntung! Dengan segala keterbatasan yang aku miliki,aku mampu memikat hati siapa saja. Aku mampu mendiamkan,ANJING HERDER!<loh kok=""></loh> ************************************************************** Kenapa aku mengatakan AKU BERUNTUNG??? Disatu sisi,aku dicintai oleh seorang lelaki yang nyaris sempurna. Dia memiliki ketampanan dan kemapanan yang menjadikannya sebuah OBSESI yang diminati oleh setiap HAWA. Kecuali aku! Aku benci COWO! Mereka adalah makhluk egois yang tidak pantas dicintai. Mereka lebih baik untuk dicampakkan. Tidak ada toleransi untuk rasa benciku pada makhluk terkutuk itu. Aku membenci mereka. Sangat membenci mereka. Entah untuk alasan apa! Tapi,AKU MEMBENCI COWO. Sampai DIA datang… Membuatku runtuh dari KESOMBONGANku yang menilai bahwa akulah yang paling benar tentang segala hal. Dia menamp...

I am a proud sister!!!

I am a proud sister!!!! First thing first... Congratz, Melf! Calon Sp.B menunggu waktu aja sih. Pembicaraan tentang sekolah lagi itu sudah ada beberapa tahun ke belakang, sejak PTT, well kita udah hampir 8 tahunan jadi dokter. Mulai dari dokter ptt di pedalaman, hingga magang di RSUD, hingga akhirnya menetap dan menjadi PNS di RSUD Kota Sorong lalu di angkat menjadi Kepala IGD (*melf) Jadi saya mengerti betul, bahwa kakak saya sangat menginginkan "sekolah" lagi. Sama saya juga. Tapi, usia epit adalah batas rawan. Kenapa? Dia udah 33, tahun ini, 34. Sedangkan batas usia yang di tetapkan itu 35 tahun. Jadi saya mengerti betul, kenapa dia berjuang dan berusaha sekuatnya untuk masuk PPDS. Mungkin ada banyak yang akan bertanya, ngapain sih ngotot jadi ppds atau sekolah spesialis. Toh udah dokter, ngga capek sekolah lagi. Well, tergantung caramu memandang sebuah "nilai" dari gelar yang tersemat. Untuk kami, menjadi Spesialis bukan hanya tentang "keuntungan...