Langsung ke konten utama

Postingan

Miss you,go.

Miss you. Hei,goel. How life up there? Happy rite? Joyfull? I miss you. I do. U already know it,rite? Jesus dont tell you? Jesus, dont tell you, how much i miss you. I speak to him through my pray. He didnt tell you yet? Goel. I felt lonely. I cant tell anyone. I was angry and sad at the time. I lost my faith in my dream. Everyone dont know how broken am i,go. I think, i need somebody. Somebody to talk to. Somebody who relly knew me. I tired and go drunk. But i still cant sleep. I wacth tv until the sun comes up and i still wake for no reason. Am i crazy,go? Suddenly, silly mind came to me. Can, we replace each other? Could I borrow your heaven, just for a while? I just want to know, how wonderfull is. You have astrid with you,rite? You hve Jesus too. You have grandma. Both of them. Oma yo and oma tuti. Have you met mama mi and luly? They will make you delicious roomtart,go. I bet you will love it. You wont stop to eat it again and again. I do it, all the time they cook it. You...

Resiko sebuah pilihan

Resiko sebuah pilihan Cerita ini terulang lagi. Saya kehilangan seorang yang saya sayang. Seseorang yang sudah saya anggap seperti mama saya. Tante kesayangan saya. Orang yang selalu ceria, menyenangkan, suka melucu dan yang selalu menjaga kami. Sedih. Beliau terkena stroke lebih dari 3 kali. Hingga akhirnya menghembuskan nafas pada hari Senin. Susah sekali untuk tidak sedih. Kehilangan lagi. Perpisahan lagi. Tapi bukan itu yang saya pelajari dengan mahal. Pelajaran yang saya ambil dengan taruhan sebuah nyawa. Berat ya? Bukan hanya makna konotatifnya tapi makna sesungguhnya. Tante saya, meninggal dalam kondisi patah hati. Tekanan batin yang tiada tara. Pikiran serta kemelut hidup yang membebani. Dikeluarga besar saya, kebanyakan tante2 saya, menikah diatas kepala 3. Sangat jarang menemukan tante saya menikah dibawah 29-30 tahun. Dalam pencarian dan penantian akan pasangan hidupnya. Kebanyakan dari mereka, memasrahkan pada "penglihatan" para tetua. Namun tidak juga lup...

My ego vs My worship

Saya masuk gereja sore. Awalnya, saya pikir yang bakalan khotbah adalah KMJnya. Ternyata, bukan. Soalnya jadwal minggu diwarta jemaat gitu sih. Okeeeh, tiba2 yang muncul adalah orang yang saya tidak suka dan tidak respect. Kenapa? Karna saya tau, bapak pendeta yang PF sore ini, yang berdiri tepat diatas mimbar didepan saya adalah salah satu manusia munafik, muka belakang beda, suka cerita omong kosong, jatuhin teman sepelayanan, giliran butuh datang dengan baik2. Iya, dia. Lalu saya pikir, apa sebaiknya saya berdiri aja ya? Pulang aja? Atau ke GKI aja ya? Tapi,ngga. Saya tetap duduk, saya tau bahwa beliau hanyalah manusia biasa dengan sifat "kemanusiawian"nya. Sore ini, beliau berdiri dimimbar, sebagai pelayan Tuhan, Orang yang diurapi, yang melalui beliau Yesus mau menyampaikan Firmannya bagi jemaat, termasuk saya. Perkara, sejahat apa dia diluar jubah putihnya itu urusan DIA dan Tuhan. Iyakan? Saya bisa saja membenci apa yang dia lakukan, tapi saya tidak mempunyai hak untuk...

IGD tidak sebercanda itu.

IGD tidak sebercanda itu. 03.30 Serombongan keluarga besar datang ke IGD. Panik. Ketakutan. Berteriak histeria ibunya. Sampe satupun daei keluarganya ga ada yang "sadar" harus daftar dulu. Intinya si anak gadis semata wayang kesayangan semua orang, mengeluh sesak, ampe "berasak" mau mati. Ditaruh diatas brankar. Didorong masuk. Kesan pertama saya, "okeh ni anak sesak???" Saya berlari menuju si adek manis nan imut ini. O2 3L/m. TTV baik. KU Tampak Sakit Sedang. Kes CM (*dan sedikit lebay) hmmmm... pemeriksaan fisik baik. EKG normal. Kenapa saya bilang baik.Pupil isokor. Rflk cahaya +/+. Conjungtiva tidak anemis. JVP normal. Parunya ga ada bunyi aneh, selain suara nafas vesikuler normal. Wheezing ga ada. Ronki ga ada. Crackles apalagi. Okeh, jantungnya berdetak sewajarnya. Gallop tidak. Murmur juga. Iregular? Ngga. Semua normal. Abdomen? Bising usus baik. Nyeri tekan epigast ga ada. Pas diteken sih "melenguh" tapi ga bereaksi seperti sakit. Sia...

Paskah, setahun yang lalu....

Paskah, tepat setahun yang lalu Tepat setahun yang lalu, Dihari Paskah. Oma masih dirawat di ICU. Kondisinya kian menurun. Tepat setahun yang lalu, Dihari Paskah. Kami bergantian menjaga Oma si ICU. Saya, Nan dan Ema, kita bertiga tidur di mobil. Sementara Om Jhon dan Tt Wid, Mama Uci yang jaga didalam. Kami terbangun karna Pawai Obor dari GKI Imanuel Boswesen. Tepat setahun yang lalu, Sehari setelah Paskah. Oma pergi. (*6 April) Paskah tahun ini, seperti mengingat kembali, kejadian setahun yang lalu. Kini Oma sudah tenang bersama Yesus, dan juga Cintanya. Seperti lagu yang selalu Oma nyanyikan, When Will We meet again? Oma, Paskah tahun ini jatuh di Akhir Maret. Artinya, sebentar lagi, peringatan 1 tahun Kematian Oma. Ketika menghadiri ibadah Paskah kemarin, tiba2 saya kangen Oma. Kangen suasana pagi di rumah Oma. Kangen duduk berjam-jam tunggu Oma makan. Kangen wangi sabun Oma sehabis mandi. Kangen cerita-cerita konyol yang membuat kita tertawa. Ah,Oma... I Miss you, o...

Cerita tentang sebuah "PASSION"

Passion. Keinginan. Niat hati. Ketika saya membicarakan tentang passion, artinya saya berbicara tentang impian dan sebuah pencapaian masa depan. Apa yang akan saya lakukan nanti. Apa yang akan tetap saya kerjakan sampai ajal menjemput saya.  Dokter. Ini pilihan saya. Passion saya. Keinginan yang sudah saya tetapkan sejak awal. Apapun kondisinya, saya akan tetap menjadi dokter. 2 hari yang lalu, salah satu kenalan mama datang kerumah. Dia bercerita tentang anaknya yang gagal dikedokteran. Anaknya memilih kuliah disalah satu universitas swasta yang terkenal di Jakarta. Mereka memang orang dari daerah. Padahal didaerah mereka ada juga universitas negeri yang memiliki FK, hanya saja menurut si anak, kualitasnya tidak begitu baik.  Singkatnya, si anak jadi kuliah FK. Saya berteman di FB, walaupun jarang berkomunikasi. Kami bertemu beberapa kali saja. Saya juga tidak terlalu peduli dengan dia. Toh, saya pikir setiap manusia memiliki privacynya. Dia butuh ruang untuk berkemban...

Good Friday!

Good Friday. Sejak 9 tahun yang lalu. Saya mulai ikut merayakan Jumat Agung. Duduk didalam meja perjamuan ataupun turut serta dalam perjamuan kudus. Dalam ajaran Gereja saya, perjamuan kudus bukanlah hal yang bisa dilakukan setiap kali ibadah minggu ataupun sesering mungkin. Kami melakukannya hanya pada beberapa peristiwa penting Gerejawi. 4 kali dalam setahun. Sehingga membuat saya sangat "merinding" setiap kali ikut perjamuan. Jumat Agung. Hari kematian Yesus Kristus. Hari dimana Anak Manusia disalibkan untuk menebus dosa manusia. Hari dimana DIA yang tidak berdosa menggantikan kami yang bernoda cela. Hari dimana Bapa memberikan Putra Tunggalnya sebagai ganti manusia. Setiap tahun pada Perayaan Jumat Agung. Saya selalu diliputi perasaan takut, sedih, merasa tidak layak. Iya, setiap kali saya duduk untuk masuk perjamuan, saya selalu merasa saya tidak pantas untuk diselamatkan. Saya selalu merinding. Saya selalu bertanya didalam hati, sudahkah yang terbaik saya lakukan u...