Langsung ke konten utama

Resiko sebuah pilihan

Resiko sebuah pilihan

Cerita ini terulang lagi.

Saya kehilangan seorang yang saya sayang. Seseorang yang sudah saya anggap seperti mama saya. Tante kesayangan saya. Orang yang selalu ceria, menyenangkan, suka melucu dan yang selalu menjaga kami.

Sedih.

Beliau terkena stroke lebih dari 3 kali. Hingga akhirnya menghembuskan nafas pada hari Senin.
Susah sekali untuk tidak sedih. Kehilangan lagi. Perpisahan lagi.

Tapi bukan itu yang saya pelajari dengan mahal. Pelajaran yang saya ambil dengan taruhan sebuah nyawa. Berat ya? Bukan hanya makna konotatifnya tapi makna sesungguhnya.

Tante saya, meninggal dalam kondisi patah hati. Tekanan batin yang tiada tara. Pikiran serta kemelut hidup yang membebani. Dikeluarga besar saya, kebanyakan tante2 saya, menikah diatas kepala 3. Sangat jarang menemukan tante saya menikah dibawah 29-30 tahun.

Dalam pencarian dan penantian akan pasangan hidupnya. Kebanyakan dari mereka, memasrahkan pada "penglihatan" para tetua. Namun tidak juga lupa, membawa hati dan rasanya. Termasuk tante saya yang baru saja berpulang ini. Sedih rasa bercerita tentang cerita cintanya dan juga kisah hidupnya. Sakit melihat dan mendengarnya. Saya bahkan tidak berharap ini menimpa siapapun.

Tante saya, menjatuhkan hati dan cintanya pada laki2 bangsat. Laki2 yang tidak tau caranya menghargai sebuah nilai pernikahan. Kenapa sih orang sebAik ini, dilukai sejahat itu?

3 tahun lalu, tante saya masih sehat. Sangat sehat. Memang beliau punya riw. HT. Tapi, tidak terkontrol. Okehlah. Awal PTT, kita ketemu di manokwari. Makan bareng. Ketawa. Lalu janjian, untuk ketemu lagi di Sorong. Karna beliau akan pindah kerja diSorong. Seneng banget. Karna beliau sudah seperti mama. Setidaknya ada sosok mama dalam beliau, yang bisa diajak bercerita saat kangen. 1bln sebelum stroke I, kita b2 masih ngobrol lalu makan jajanan dirumah OMA. Saya bahkan mau minta tolong beliau untuk menemani potong rambut. Tapi apa daya. Beliau stroke. Stroke I.

Saya menjenguknya dirumah sakit. Saya terkejut melihat sinar dimatanya meredup. Badannya ringkih dan bau. Tidak terurus. Beliau hanya menangis dan meronta sebisanya. Saya berusaha kuat, walau sebagian hati saya hancur. Yang saya tau, beliau jatuh dikamar mandi, tapi didiamkan dulu dirumah. Setelah beberapa hari baru dibawa. Saat itu, semua masih tampak baik. Suaminya pun ada untuk menjaga.

Ketika, beliau sudah membaik, tiba2 terdengar Stroke II kembali terjadi. Hari itu, saya bahkan terdiam melihatnya. Gimana ceritanya sih! Teriak saya dalam diam. Usut punya usut, si laki2 bangsat itu meminta berpisah. Ketika saya mendengar hal itu. Darah saya mendidih. Beberapa kali saya menjenguk beliau dirumah, saya selalu bilang "Ga usah lagi balik! Tante ace lebih baik tanpa dia. Jangan susah. Kita ada buat tt ace!" Tt kace tersenyum. Setiap kali sebelum naik saya sempatkan utk melihat beliau.

Lalu saya mendengar ada yang membiayai pengobatan rehabilitasi ke Makasar. Dan disana sudah jauh lebih sehat. Lalu balik lagi ke sorong. Dan terjadi lagi, Stroke ke III, yang saya dengar, si laki2 itu memulangkan semua barang2 tante saya. Bangsat ya? Tai bangetkan?

Disaat senang dan sedih? Suka dan duka? Untung dan rugi? Apa itu cuman sebuah rutinitas sebuah seremonial? Apa itu tidak bermakna apapun? Bahwa ketika tulang rusukmu terbaringbsakit, lalu dengan alasan "kebutuhan", kau bisa bebas melenggang? Meninggalkan dia, menanggung beban itu sendiri? Apa anda manusia, yang punya hati pahit?

Dan terakhir, Stroke IV, stroke yang akhirnya pelan2 merengut hidup tante saya. Mereka bilang, laki2 itu datang dan meminta izin untuk menikah lagi. Lalu tante saya hanya bisa pasrah. Dia merasa putus asa. Dia merasa tidak ada tujuan lagi. Beliau menolak makan, membiarkan tubuhnya "mati" perlahan.

Aarrrtgggghhhhh! Bangsaaaaaat!

Apa perempuan hanya berharga, apabila bisa "melayani diatas kasur?". Apa perempuan hanya bernilai, bila mampu menghasilkan uang untuk membantu sang tulang punggung? Apa hanya sebegitu nilai perempuan? Lalu saat dia sakit, dia tidak layak mendapat kasih sayang dan perhatian?

Tidak berhenti sampai disitu. Bahkan saat tante saya sudah menjadi jenazahpun, beliau seolah acuh. Dan malah mengurus hal yang tidak penting. Laki2 itu hnaya hadir ketika ibadah pelepasan. Ketika ditanya oleh beberapa orang jawabnya "iya sudah tau"
Gilaaaak, yang meninggal ini istrimu loh. Bagian terpenting dalam hidupmu. Orang yang kamu pilih dan direstui oleh Tuhan untuk menemanimu disaat kamu hebat, senang dan kuat. Bahkan kamu tidak ada disaat2 terakhir hidupnya. Anda masih manusia?

Apa cinta, hanya indah bila keduanya dalam raga yang sehat? Apa cinta, terasa sempurna saat keduanya sama2 hebat? Apa cinta, memang diciptakan bukan untuk saling melengkapi?

Seandainya saja, saya laki2, seandainya juga saya ada disana. Saya pastikan laki2 itu tidak boleh datang dan masuk untuk mengotori ibadah pelepasan dan pemakaman.

Suami macam apa yang hanya menuntut istrinya melayani dia dengan baik. Namun saat istrinya berada dalam titik paling rendah dan kesakitan, dia malah pergi atas nama "kebutuhan". Suami macam apa, yang meninggalkan istrinya sendirian, disaat dia sangat butuh dukungan.

Atau pertanyaannya, apa semua laki2 sebrengsek itu?
Ketika belum menikah, semua terlihat baik dan manis. Seolah2 mereka menyembunyikan karakter monsternya.

Yeah, masa sulit selalu memperlihatkan karakter yang sesungguhnya. Iyakan?

Disaat, kita uring2an. kita keponakan2nya marah dan sedih juga jengkel, melihat perlakuan kurang hajar dari laki2 itu.

Namun, malam kemarin, saya dan mama duduk diteras rumah. Seperti biasa. Dengan 2 gelas jeruk nipis hangat. 1 toples biskuit. Kami membahas tentang hal ini. Mama juga marah. Sebagai orang, yang dibesarkan bersama, tante ace sudah menjadi anak2 opa. Tante kami. Mama kami. Orang yang akan kami bela, apapun yang terjadi. Orang yang tidak rela kami liat, dia tersakiti oleh siapapun.

Obrolan panjang itu, membawa mama pada sebuah pernyataan penting. Dan pernyataan itu, membawa saya pada sebuah perenungan panjang tentang "pasangan hidup"

"Itu pilihan kace. Sehebat apapun kita marah. Dia sah, suaminya. Itu resiko sebuah pilihan. Kita tidak bisa menyalahkan, atau memisahkan, karna Tuhan blg "apa yang dipersatukan Allah, tidak boleh dipisahkan manusia", Jadi, kace harus menerima resiko dari sebuah pilihan, seburuk dam sebagus apapun itu. Itu harus dijalani. Karna janji yang disebutkan dialtar, "dalam suka dan duka, dalam untung dan rugi, dalam senang dan sedih", kalau bagi mama, bukan cintanya yang salah. Orangnya yang keliru. Kita menjatuhkan pilihan pada orang yang keliru. Tidak ada yang perlu disesali. Kita boleh marah, boleh kesel. Tapi, kita juga harus ingat, kace cinta sama dia. Bagaimanapun perbuatannya, dialah suami sah yang kace pilih dihadapan Tuhan. Kalau sampai terjadi sesuatu, Tuhan yang akan berperkara dengan dia. Jangan kita. Sebab,itulah resiko kita jatuh hati pada orang yang salah"

Dan saya terdiam. Saya tidak bisa membantah mama. Mendebatnya pun tidak. Karna apa yang mama blg itu benar. Inilah resiko sebuah pilihan. Pilihan yang kita buat, selalu ada tanggung jawab besar yang mengikuti. Sebenci apapun kita hari ini, pada laki2 itu, tante ace pernah mencintai dia, bukan... dialah pria yang dicintai walaupun cintanya tidak sebesar tante ace. Itu kenyataan yang sulit dibantah. Bahwa kekecewaan yang dirasakan oleh tante ace, karna belahan jiwanya bisa menyakitinya sehebat ini. Tega meninggalkannya dalam keadaan seburuk ini. Tante ace, bahkan tidak menolak saat laki2 itu, menyuruhnya harus pulang kembali kerumahnya, walaupun hadiah yang didapat adalah stroke yang berulang.

Kenapa?

Cinta.

Hanya cinta. Karna cinta. Sebesar apapun benci dan sesal, tapi cinta tante ace tidak berkurang. Mungkin hatinya tawar, tapi tidak pernah terbersit untuk benar2 pisah.

Ketika malam ini, saya duduk merenungi semua yang terjadi sendiri. Kesadaran itu menyentak saya. Saya bukan tidak siap untuk menikah. Saya takut, bahwa pilihan yang saya jatuhkan, melukai saya nantinya. Saya takut dilupakan. Saya takut berhenti dicintai. Saya takut berhenti diperjuangkan. Saya takut mendapati kenyataan, bahwa cinta yang saya perjuangkan, tidak sebesar yang saya terima.

Saya hanya takut memilih.

Karna resiko sebuah pilihan, dalam sebuah pernikahan sudah banyak saya lihat. Pernikahan, bukan pesta sehari dengan gegap gempita juga kemewahannya. Pernikahan adalah hari yang dijalani setelah itu. Hati yang dijaga sampai maut memisahkan. Raga yang menua bersama setelah bgitu banyak kisah dilewati.

Menikah tidak sebercanda itu, pernikahan juga tidak semenarik yang terlihat itu.

Siapa yang bisa menjamin, bahwa pilihan itu benar atau salah? Siapa yang bisa menebak bahwa tidak akan ada perpisahan? Siapa yang bisa tau, bahwa janji suci itu tidak akan diingkari? Siapa yang tau bahwa, orang yang berdiri bersamamu dialtar itu, adalah orang yang tetap memegang tanganmu 15 tahun kemudian, disaat masa2 tersulit datang? Tuhan?

Langit memang merestui, semesta menyaksikan, tapi manusia sering mengkhianati apa yang dia jalani. Bahkan ketika itu terikat dilangit, dia bisa melenggang pergi untuk mencari yang lain.

Jadi, siapa yang harus disalahkan, bila akhirnya kamu menaruh hatimu pada tempat yang salah?
Saya memahaminya secara sederhana, bila kamu berkomitmen sampai maut memisahkan. Artiya, kamu menenggelamkan hatimu pada dia. Kamu menghentikan pencarianmu pada seseorang yang sempurna, karna jauh lebih menyenangkan bersama yang menyamankan. Berhenti mencari. Berhenti menebak segala kemungkinan. Berhenti bertualang.

Kalo kata tom2, kamu menaruh hatimu pada dia, namun meletakkan kuncinya pada Tuhan. Hingga, maut memisahkan, bukan sebuah kalimat romantis. Kalimat itu butuh pembuktian. Makanya, mama selalu bilang "untuk segala sesuatu, letakkan Tuhan sebagai dasar. Bahkan ketika, kalian merasakan cinta pada lebih pada seseorang, berdoa pada Tuhan. Sebab Tuhan yang merancangkan masa depan yang indah. Segalanya akan indah tepat pada waktunya"

Pernikahan adalah perjuangan bersama. Namun, ketika ceritanya berubah ditengah jalan, salah satunya mengalami hal buruk. Lantas,kalian melangkah dengan ringan tanpa mengingat ikrar itu?

Untuk tante ace,
Sedih rasanya tidak lagi mendengar tawa tante ace. Tawa yang riang dan stengah teriak. Ceplas-ceplos ringan ala tante ace. Cerita lucu. Obrolan singkat namun dalem. Saya akan merindukan itu.
Diantara kesedihan saya, saya bersyukur Yesus memanggilmu kembali. Kerumah tempat yang senang, dimana tidak ada lagi duka dan kecewa. Berkumpul dengan semua yang kembali pada Yesus.
Tante ace, tidurlah dengan tenang sebab semua sakit sudah selesai. Tuhan Yesus menyertai tt ace disana. Sampai bertemu lagi.
Jangan lupa cerita sama Yesus, pada yang diperbuat oleh DIA yang berikrar sebagai pasangan hidup.
Sampaikan pada Yesus, semua hal menyakitkan itu.

Untuk anda, laki2 biadab!
Setidaknya adalah hati pait sedikit saja. Hanya untuk melihat sebentar saja. Mungkin sudh ada yang lain. Tapi setidaknya pernah bersama disaat suka,senang dan sehat. Walaupun tidak menemani dikala sakit dan malang. Entah apapun alasan anda. Kami tidak bisa membalas, walau Tuhan melihat. Semoga saja beliau yang belum sempat melihat, walaupun sudah, karna masih ada kesibukkan yang lain. Semoga hidup anda selalu bahagia, jauh dari segala penyakit juga susah celaka marabahaya, diberkati dalam setiap hal yang dibuat dan diusahakan, semoga apa yang ditabur, tidaj menjadi tuaian yang menyedihkan dikemudian hari. Dan bila, anda akan menjalani altar itu lagi, tolong janji suci itu benar2 dimaknai dengan baik, bukan hanya sekedar diucapkan. Semoga tidak ada lagi perempuan yang kurang beruntung seperti tante saya, yang mendampingi anda. Tuhan memberkati anda dan keluarga anda.

Cinta.
Seperti pedang bermata dua.
Disatu sisi dia menyenangkan,
Disisi lain dia membunuh.

Benyada Remals "dyzcabz"

Semoga ketakutan saya, mampu saya atasi.
Semoga semesta melihat yang terbaik dari yang terburuk.
Semoga saya masih berani bermimpi tentang sebuah pilihan.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

25 Facts about me

25 facts about me Ini salah satu chalenge yang agak menatang bin unik, karena saya harus benar-benar mengenali siapa dan bagaimana saya. Memang hanya sebuah keisengan saja, tapi tetap saja, membuat saya berpikir cukup keras untuk ini... And, this is it... 25 fact about me : 1. Saya adalah sulung dari 5 bersaudara, namun tunggal perempuan dari 3 bersaudara, kedua adik perempuan saya meninggal. Dirumah semua memanggil saya Kakak, bahkan yang lebih tua dari saya. (*kocakkan?) 2. Saya lahir di Salatiga, tumbuh dan berkembang di berbagai kota, palembang, surabaya, makasar, namun sebagian umur saya, dihabiskan di Metropolitan. Hmmm,,,,tapi saya Ambon! 3. Saya menghabiskan waktu luang saya dengan nulis, denger musik, baca buku, but almost novel my fave reading. Hohoho... 4. Hal yang tidak pernah salah buat saya adalah CHOKI-CHOKI, karena teman terbaik sekaligus musuh teeberat saya (*sometimes) Yep, Im chocofreak!  5. Saya suka bertualang kemana saja. Apalagi kepegunungan. T...

Obsesi YANG SALAH!!!

Obsesi yang salah! Saturday, September 25, 2010 6:15 AM Mungkin aku harus mengatakan BAHWA aku PEREMPUAN yang sangat beruntung! Dengan segala keterbatasan yang aku miliki,aku mampu memikat hati siapa saja. Aku mampu mendiamkan,ANJING HERDER!<loh kok=""></loh> ************************************************************** Kenapa aku mengatakan AKU BERUNTUNG??? Disatu sisi,aku dicintai oleh seorang lelaki yang nyaris sempurna. Dia memiliki ketampanan dan kemapanan yang menjadikannya sebuah OBSESI yang diminati oleh setiap HAWA. Kecuali aku! Aku benci COWO! Mereka adalah makhluk egois yang tidak pantas dicintai. Mereka lebih baik untuk dicampakkan. Tidak ada toleransi untuk rasa benciku pada makhluk terkutuk itu. Aku membenci mereka. Sangat membenci mereka. Entah untuk alasan apa! Tapi,AKU MEMBENCI COWO. Sampai DIA datang… Membuatku runtuh dari KESOMBONGANku yang menilai bahwa akulah yang paling benar tentang segala hal. Dia menamp...

I am a proud sister!!!

I am a proud sister!!!! First thing first... Congratz, Melf! Calon Sp.B menunggu waktu aja sih. Pembicaraan tentang sekolah lagi itu sudah ada beberapa tahun ke belakang, sejak PTT, well kita udah hampir 8 tahunan jadi dokter. Mulai dari dokter ptt di pedalaman, hingga magang di RSUD, hingga akhirnya menetap dan menjadi PNS di RSUD Kota Sorong lalu di angkat menjadi Kepala IGD (*melf) Jadi saya mengerti betul, bahwa kakak saya sangat menginginkan "sekolah" lagi. Sama saya juga. Tapi, usia epit adalah batas rawan. Kenapa? Dia udah 33, tahun ini, 34. Sedangkan batas usia yang di tetapkan itu 35 tahun. Jadi saya mengerti betul, kenapa dia berjuang dan berusaha sekuatnya untuk masuk PPDS. Mungkin ada banyak yang akan bertanya, ngapain sih ngotot jadi ppds atau sekolah spesialis. Toh udah dokter, ngga capek sekolah lagi. Well, tergantung caramu memandang sebuah "nilai" dari gelar yang tersemat. Untuk kami, menjadi Spesialis bukan hanya tentang "keuntungan...