Passion. Keinginan. Niat hati.
Ketika saya membicarakan tentang passion, artinya saya berbicara tentang impian dan sebuah pencapaian masa depan. Apa yang akan saya lakukan nanti. Apa yang akan tetap saya kerjakan sampai ajal menjemput saya.
Dokter. Ini pilihan saya. Passion saya.
Keinginan yang sudah saya tetapkan sejak awal.
Apapun kondisinya, saya akan tetap menjadi dokter.
2 hari yang lalu, salah satu kenalan mama datang kerumah. Dia bercerita tentang anaknya yang gagal dikedokteran. Anaknya memilih kuliah disalah satu universitas swasta yang terkenal di Jakarta. Mereka memang orang dari daerah. Padahal didaerah mereka ada juga universitas negeri yang memiliki FK, hanya saja menurut si anak, kualitasnya tidak begitu baik.
Singkatnya, si anak jadi kuliah FK. Saya berteman di FB, walaupun jarang berkomunikasi. Kami bertemu beberapa kali saja. Saya juga tidak terlalu peduli dengan dia. Toh, saya pikir setiap manusia memiliki privacynya. Dia butuh ruang untuk berkembang. Apalagi dia baru saja lepas dari "rumah", merantau dan belajar mandiri.
Hanya saja, beberapa kali saya lihat. Ah sebenarnya bukan beberapa kali, sering kali saya lihat dia upload foto yang berisi tentang "jalan2 di mall", "shopping", "perawatan kecantikkan", hingga foto selpie sebatas kepala dengan "make up" yang IN banget. Okeeeh, apa saya iri? Hahahahahahahahaa.... nggalah, ngga ada tempatnya saya untuk iri. Cuman, dimata saya yang pernah kuliah di FK. Dan saya cukup tau bahwa keluarganya bukan berasal dari yang berkelimpahan. Gaya hidup anak ini, tergolong manusia kaget kota.
Kenapa saya bilang kaget kota?
Rasa-rasanya, ga begitu penting juga untuk setiap saat upload foto lagi ngemall. Apalagi kalo tujuan datang ke Jakarta untuk kuliah. Kuliah dibidang yang cukup sulit, Kedokteran. Dan biayanya masuk serta persemesternya aja udah ngelus dada dan ikat pinggang. Kalau hanya beberapa kali, atau hanya untuk refreshing saja, saya sangat memaklumi. Saya tau benar bagaimana susah FK. Jadi kita butuh hiburan. Tapi kalo tiap hari ngemall dan perawatan. Saya pikir, harus dipertanyakan lagi, niat lo kuliah atau mau jadi model?
Okeeeeh baiklah. Bukan kapasitas saya untuk mengomel. Anak bukan. Saudara juga ngga. Dia hanya kenalan mama. Saya hanya menjadi pengamat yang baik tapi bukan yang benar. Ketika nilai semester I nya keluar, mamanya cerita kemama, minta tolong anaknya dinasehati, karna nilainya rata2 C. Bahkan ada yang harus mengulang.
Begini ya, untuk seseorang yang "katanya" passionnya mau jadi DOKTER. Bukankah dia harus berjuang dengan sangat keras? Dia harus membuktikan bahwa dia memang layak dan pantas menjadi dokter. Bahwa inilah passionnya. Bahwa uang ratusan juta yang diberikan tidak menguap sia-sia. Saat mamanya menegur, si anak balik marah dengan nada cukup menjengkelkan "saya sudah berusaha",(*ini cerita mamanya)
Semester II pun sama anjloknya. Padahal mama dan papanya sudah setengah hidup buat cari uang semesteenya yang bener-bener elus dada. Tapi, gimana life style nya? Semakin menjadi-jadi. Semakin metropolitan style. Semakin larut pada gaya "belajar di cafe". Oh, ayolah... saya dulu juga nakal. Saya juga suka nongkrong, bolos pada pelajaran yang saya ga suka, saya juga balapan, pulang pagi, kalo teler ga masuk kuliah. Tapi saya tau bagaimana menghargai apa yang papa dan mama saya perjuangkan. See, saya selesai tepat pada waktunya. Kerja sesuai dengan apa yang saya impikan.
Saya tau darimana saya berasal, bagaimana saya dididik, saya bukan orang kaya, senakal-nakalnya saya, saya masih memiliki hati pahit untuk tidak melukai papa dan mama karna kemalasan dan kesok-borjuan saya.
Jadi kalau bilang nakal, pulang pagi, bolos, ngebeer ampe teler, nongkrong di cafe, balapan, yup saya. Saya melalui semua itu. Tapi nilai saya stabil.
Saya dididik dengam sangat keras, tegas, disiplin, tapi bersamaan dengan itu mama juga mengajarkan kita bagaimana hidup dalam kesederhanaan. Bagaimana caranya bersyukur atas setiap berkat yang ada. Percaya ngga kalo dulu, 11 tahun lalu, harga kosan saya 350 rb. Ditambah cuci baju jadi 450 rb. Kamar seadaanya. Sempit. Ga berAC. Ga ada kamar mandi dalamnya. Ga ada TV kabel dan wifinya. Semuanya terbatas. Tapi, apa yang bisa membuat saya bgitu nyaman tinggal disana.
Passion. Keinginan kuat saya untuk menjadi dokter. Saya mengerti dengan baik bahwa Passion yang saya miliki, menuntun saya untuk belajar menghargai sebuah perjuangan, menguatkan iman saya bahwa segala hal yang diperjuangkan dengan benar akan membuahkan hasil yang manis. Passion yang saya miliki, membuat saya paham artinya legowo pada apa yang bisa saya miliki hari ini. Passion yang saya jalani, membuat saya menikmati segala ketidakmudahan sambi mengucapsyukur bahwa tidak semua orang bisa seperti saya.
Kenapa saya menuliskan note tolol ini?
Saya menyombongkan dirikah?
Saya berasa megaloman-kah?
Bukan. Bukan itu.
Karna 2 hari yang lalu, si Ibu itu datang kemama dan bilang anaknya di DO. Dinyatakan gagal. Dia tidak bisa lagi melanjutkan mimpinya. Dia ga bisa jadi dokter! Karna nilai IPKnya selama 3 smester berturut-turut dibawah 2. Okeh, sekian.
Padahal, lagaknya selangit. Selalu kayak tau tentang banyak hal. Setiap nongkrong di Cafe atau Ngemall, selalu bawa-bawa diktat. Atau text book tebel yang nunjukkin kalo "nih gue anak FK, blajar dimana aja"
Miris rasanya. Bukankah saya pernah berucap, jadi dokter jangan hanya untuk sombong, gaya-gayanya, atau supaya keliatan keren! Yang ada jatoh2nya menjijikan. Kalau niatnya bener, tulus dan tekun belajarnya, Tuhan pasti merestuinya.
Untuk pertama kalinya, saya sadar sesadar sadarnya, ternyata untuk membuat anda memakai JAS PUTIH itu bukan hanya tentang uang yang banyak, tapi otak yang encer harus diperhitungkan!
Si Ibu menangis, si anak juga. Tapi alangkah lucunya dia menangis. Kenapa dia harus nangis? Toh, diakan yang nyebabin semua ini. Kalau saja dia mau sadar, bahwa datang ke kota Jakarta untuk kuliah. Bukan hanya pentantang-petenteng ndak jelas. Sok bergaya kaya. Sok jadi gahol ibukota. Kalau saja, dia mau tekun untuk belajar. Kalau saja dia punya rasa malu, pada orang tuanya yang berjuang keras menyediakan biaya pendidikan yang terbilang WOW. Kalau saja dia bisa sedikit menyederhanakan gaya dan tingkah lakunya. Kalau saja dia bisa berpikir secara jernih. Dia pasti bisa menyelamatkam mimpi dan masa depannya.
Kalau saja, dia benar-benar ingin menjadi seorang DOKTER. Dia tidak akan melakukan sesuatu hal yang sangat bodoh. Dia tidak akan membuat hal yang justru menutup masa depannya.
Jadi, pantaskan...bila saya bertanya "passion lo jadi dokter?" Atau sederhananya "niat lo beneran jadi dokter?"
Saya sedih bukan karena DOnya anak ini. Saya sedih, karena ada orang yang tidak mensyukuri apa yang tidak dimiliki oleh orang lain. Ada manusia yang tidak bisa mensyukuri, kerja keras dan usaha orang tuanya. Ada manusia yang seenaknya menggunakan haknya sebagai anak, tanpa menjalankan kewajibannya dengan baik. Ada loh,manusia seperti ini. Dan saya tau, banyak yang model begini.
Kenapa saya marah, simpel...nyari duit itu susah! Kerja keras baik itu secara tenaga, pikiran, waktu, itu beneran susah. Tapi mereka melakukannya dengan kasih sayang, demi cita-citanya anaknya. Demi masa depan anaknya. Lalu, apa susahnya anda membalasnya dengan memberikan hasil yang memuaskan. Bukan dengan hal yang memalukan.
Melihat drama ini, entahlah saya speachless. Bagaimanapun, sedih rasanya melihat mimpi yang hancur. Ah, tapi benarkah ini mimpinya? Its you or your ego? Benarkah, kamu benar-benar ingin menjadi dokter? Atau hanya demi sebuah prestius dan ego supaya dibilang hebat!!! Hmmmmmmm....
Apapunlah alasannya.
Untuk tante yang sedang bersedih, sabar ya. Mungkin saja, Tuhan punya rencana yang lebih baik. Bisa jadi, menjadi Dokter bukanlah jalan yang terbaik. saya selalu percaya, Tuhan membuka jalan dan memperbaiki segala hal tepat pada waktunya. Semoga yang terbaik, segera ditunjukkan. Amin.
Untuk kamu, iya kamu. Kamu yang katanya mau jadi dokter. Kalau kamu menganggap dokter, hanyalah profesi mulia yang bisa dijadikan ajang pamer, atau sok hebat-hebatan. Atau supaya dibilang keren. Kamu salah. Profesi Jas Putih itu tidak seremeh itu. Perbaiki pola pikirmu dengan baik, carilah kuliah sesuai dengan kemampuanmu, berhentilah bergaya yang berlebihan, dan sebaiknya jangan jadi dokter, bila niatnya tidak benar-benar serius. Kamu tidak perlu hebat atau sepintar einstein, untuk menjadi dokter, kamu harus tekun dan niat yang benar untuk melayani sesama.
Sebab PASSION, adalah melakukan apa yang kamu cintai sekalipun kamu lelah.
Benyada Remals "dyzcabz"
Hari dimana saya melihat kata passion menjadi lelucon yang menakutkan, karena dikeluarkan oleh seorang anak ABG yang labil. Mungkin untuknya, menjadi dokter hanya seperti sulap. Tolong dicatat, setiap profesi yang terlihat keren, ada banyak pengorbanan yang tidak kamu lihat, ada kerja keras yang tidak bisa kamu bayangkan, ada airmata yang sulit kamu cerna, ada banyak jerih lelah yang tidak bisa kamu hitung.
Sejauh yang saya tau, sukses adalah sebuah pencapaian dari kerja keras.
Komentar
Posting Komentar