Langsung ke konten utama

Postingan

My ego vs My worship

Saya masuk gereja sore. Awalnya, saya pikir yang bakalan khotbah adalah KMJnya. Ternyata, bukan. Soalnya jadwal minggu diwarta jemaat gitu sih. Okeeeh, tiba2 yang muncul adalah orang yang saya tidak suka dan tidak respect. Kenapa? Karna saya tau, bapak pendeta yang PF sore ini, yang berdiri tepat diatas mimbar didepan saya adalah salah satu manusia munafik, muka belakang beda, suka cerita omong kosong, jatuhin teman sepelayanan, giliran butuh datang dengan baik2. Iya, dia. Lalu saya pikir, apa sebaiknya saya berdiri aja ya? Pulang aja? Atau ke GKI aja ya? Tapi,ngga. Saya tetap duduk, saya tau bahwa beliau hanyalah manusia biasa dengan sifat "kemanusiawian"nya. Sore ini, beliau berdiri dimimbar, sebagai pelayan Tuhan, Orang yang diurapi, yang melalui beliau Yesus mau menyampaikan Firmannya bagi jemaat, termasuk saya. Perkara, sejahat apa dia diluar jubah putihnya itu urusan DIA dan Tuhan. Iyakan? Saya bisa saja membenci apa yang dia lakukan, tapi saya tidak mempunyai hak untuk...

IGD tidak sebercanda itu.

IGD tidak sebercanda itu. 03.30 Serombongan keluarga besar datang ke IGD. Panik. Ketakutan. Berteriak histeria ibunya. Sampe satupun daei keluarganya ga ada yang "sadar" harus daftar dulu. Intinya si anak gadis semata wayang kesayangan semua orang, mengeluh sesak, ampe "berasak" mau mati. Ditaruh diatas brankar. Didorong masuk. Kesan pertama saya, "okeh ni anak sesak???" Saya berlari menuju si adek manis nan imut ini. O2 3L/m. TTV baik. KU Tampak Sakit Sedang. Kes CM (*dan sedikit lebay) hmmmm... pemeriksaan fisik baik. EKG normal. Kenapa saya bilang baik.Pupil isokor. Rflk cahaya +/+. Conjungtiva tidak anemis. JVP normal. Parunya ga ada bunyi aneh, selain suara nafas vesikuler normal. Wheezing ga ada. Ronki ga ada. Crackles apalagi. Okeh, jantungnya berdetak sewajarnya. Gallop tidak. Murmur juga. Iregular? Ngga. Semua normal. Abdomen? Bising usus baik. Nyeri tekan epigast ga ada. Pas diteken sih "melenguh" tapi ga bereaksi seperti sakit. Sia...

Paskah, setahun yang lalu....

Paskah, tepat setahun yang lalu Tepat setahun yang lalu, Dihari Paskah. Oma masih dirawat di ICU. Kondisinya kian menurun. Tepat setahun yang lalu, Dihari Paskah. Kami bergantian menjaga Oma si ICU. Saya, Nan dan Ema, kita bertiga tidur di mobil. Sementara Om Jhon dan Tt Wid, Mama Uci yang jaga didalam. Kami terbangun karna Pawai Obor dari GKI Imanuel Boswesen. Tepat setahun yang lalu, Sehari setelah Paskah. Oma pergi. (*6 April) Paskah tahun ini, seperti mengingat kembali, kejadian setahun yang lalu. Kini Oma sudah tenang bersama Yesus, dan juga Cintanya. Seperti lagu yang selalu Oma nyanyikan, When Will We meet again? Oma, Paskah tahun ini jatuh di Akhir Maret. Artinya, sebentar lagi, peringatan 1 tahun Kematian Oma. Ketika menghadiri ibadah Paskah kemarin, tiba2 saya kangen Oma. Kangen suasana pagi di rumah Oma. Kangen duduk berjam-jam tunggu Oma makan. Kangen wangi sabun Oma sehabis mandi. Kangen cerita-cerita konyol yang membuat kita tertawa. Ah,Oma... I Miss you, o...

Cerita tentang sebuah "PASSION"

Passion. Keinginan. Niat hati. Ketika saya membicarakan tentang passion, artinya saya berbicara tentang impian dan sebuah pencapaian masa depan. Apa yang akan saya lakukan nanti. Apa yang akan tetap saya kerjakan sampai ajal menjemput saya.  Dokter. Ini pilihan saya. Passion saya. Keinginan yang sudah saya tetapkan sejak awal. Apapun kondisinya, saya akan tetap menjadi dokter. 2 hari yang lalu, salah satu kenalan mama datang kerumah. Dia bercerita tentang anaknya yang gagal dikedokteran. Anaknya memilih kuliah disalah satu universitas swasta yang terkenal di Jakarta. Mereka memang orang dari daerah. Padahal didaerah mereka ada juga universitas negeri yang memiliki FK, hanya saja menurut si anak, kualitasnya tidak begitu baik.  Singkatnya, si anak jadi kuliah FK. Saya berteman di FB, walaupun jarang berkomunikasi. Kami bertemu beberapa kali saja. Saya juga tidak terlalu peduli dengan dia. Toh, saya pikir setiap manusia memiliki privacynya. Dia butuh ruang untuk berkemban...

Good Friday!

Good Friday. Sejak 9 tahun yang lalu. Saya mulai ikut merayakan Jumat Agung. Duduk didalam meja perjamuan ataupun turut serta dalam perjamuan kudus. Dalam ajaran Gereja saya, perjamuan kudus bukanlah hal yang bisa dilakukan setiap kali ibadah minggu ataupun sesering mungkin. Kami melakukannya hanya pada beberapa peristiwa penting Gerejawi. 4 kali dalam setahun. Sehingga membuat saya sangat "merinding" setiap kali ikut perjamuan. Jumat Agung. Hari kematian Yesus Kristus. Hari dimana Anak Manusia disalibkan untuk menebus dosa manusia. Hari dimana DIA yang tidak berdosa menggantikan kami yang bernoda cela. Hari dimana Bapa memberikan Putra Tunggalnya sebagai ganti manusia. Setiap tahun pada Perayaan Jumat Agung. Saya selalu diliputi perasaan takut, sedih, merasa tidak layak. Iya, setiap kali saya duduk untuk masuk perjamuan, saya selalu merasa saya tidak pantas untuk diselamatkan. Saya selalu merinding. Saya selalu bertanya didalam hati, sudahkah yang terbaik saya lakukan u...

Mengenang itu menyenangkan.

Mengenang itu menyenangkan. Dari aku, Aku yang tegak didepanmu, namun tidak bergerak menggapaimu. Aku tidak tau, apa yang sedang dirancang oleh semesta. Yang aku inginkan, kamu bahagia. Itu saja. Bahkan rindu yang mengintippun, aku haramkan untuk ada. Aku mengerti, kamu harus melanjutkan ceritamu. Orang bilang, rasa yang belum pudar, selalu menahan cerita diseberang sana untuk terbang. Aku menghilangkan segala rasa tentangmu. Meletakkan ceritamu, pada sebuah kotak hitam yang aku lempar disudut terjauh hatiku. Tidak untuk diingat lagi. Tidak untuk dibuka kembali. Bahkan tidak untuk disentuh. Mendung yang terlihat, melukis gurat gelisah diwajahmu. Kita duduk dalam sebuah tempat dimana, cerita itu pernah dilewati disini. Kebisingan yang beranjak reda, hilir mudik yang kian lengang. Kita, pada sudut ruangan. Dibawah lampu tua yang biasanya bergoyang, setiap kali derit pintu terbuka. Berapa lama, kita saling mengasingkan? Bahkan anginpun, enggan meniupkan namamu, serta cerita...

Nasehat yang baik.

Terima kasih, karena mau mengerti. Bergayalah sesuai dengan isi dompetmu. Berucaplah sebesar isi pengetahuanmu. Bertingkahlah sebagaimana adamu. Kamu bernilai sebagaimana kamu bertutur, berpikir, bertindak serta apa yang mampu kamu karyakan. Kamu berpikir maka kamu ada. Esensi sebuah hidup. Hiduplah untuk menghidupkan orang lain. Kamu tidak perlu terlihat kaya, bila hidupmu memang sederhana. Kamu tidak perlu memaksa bergaya berada, bila hidupmu sejujurnya biasa saja. Orang tidak akan mati, hanya karna jujur tentang keberadaannya. Orang menjadi sulit, saat dia bergaya dan bertingkah diluar batas kemampuannya. Kamu tidak pantas menyombongkan apapun yang ada padamu, karna udara yang kamu hirup adalah gratis dari Sang Pencipta. Kamu belum sampai pada tingkat, dimana kamu harus membayar setiap liter O2 demi sebuah kehidupan. Kamu tidak harus, apalagi mengharuskan dirimu mengikuti segala peradaban modern atau perubahan jaman bila kamu tidak memiliki cukup kemampuan untuk mengik...