Langsung ke konten utama

Postingan

Antara aku, kamu dan tuberkulose

Antara aku, kamu dan tuberkulose. Tulisan tolol ini, saya dedikasikan untuk semua yang berteman baik dengan TBC a.k.a KP, baik yang sudah dinyatakan sembuh total, atau dalam pengobatan atau putus obat karna alasan biaya dan bandel kalo dikasih tau. Tuberkulose. TB Paru. Flex Paru. Koch Pulmonal. Penyakit Batuk Darah. Sebagian menyebutnya Paru-paru basah. Atau Penyakit paru berobat 6 bulan. Mungkin akan terdengar lebih keren walaupun penyakit ini tidak keren, kita sebut saja KP. Sebab mendengar TBC kadang membuat orang menjadi lebih "berjarak" dari si sakit. Begitu banyak pasien yang saya temui di klinik, PKM atau UGD dengan penyakit KP. Keluhannya beragam, mulai dari batuk berdahak sudah lama, hilang timbul, kalo minum obat sembuh nanti kambuh lagi. Kalo ditanya tentang "pernah batuk darah ga?" selalu disangkal, walau ujung2nya ngaku juga. Sesak nafas. Nyeri dada. "Gringgingan" setelah mandi sore. Nafsu makan menurun. Berat Badan tidak naik bahkan sema...

Pernah disuatu masa

Pernah disuatu masa Pernah disuatu masa, disebuah tempat, Seseorang hampir menyerah pada sebuah rasa. Cerita tentang bertahan. Mempertahankan. Berjuang. Memperjuangkan. Selalu diakhiri dengan terlukanya sebuah hati. Pudarnya sebuah rasa. Retaknya sebuah harapan. Logika vs Hati. Bila itu tentang CINTA, rasanya logika pasti padam. CINTA adalah RASA. Untuk merasakan sesuatu, kita mematikan nalar untuk mau melihat segala "kemungkinan" yang ada. Setelah CINTA dijalani, dinikmati, sampai pada titik dimana RASA mulai memudar. Menghilang. RASA lelah tercipta karna segalanya terasa pahit, bila hanya satu sisi yang berjuang. Ada sebuah cerita, tentang sebuah rasa. Perempuan ini begitu mencintai Pria itu. Dalam setiap perdebatan hebat, perempuan ini mengalah. Apalagi yang mampu dia buat? Dengan ancaman si pria itu, akan meninggalkannya. Perempuan ini, tidak mauvkehikangan. Bukan, perempuan ini tidak siap kehilangan. Keterbiasaan bersama dengan Pria itu, membuatnya sulit untuk ...

Cerita yang sama.

Cerita yang sama. Thursday, March 19, 2015 11:36 PM     Saya melihatnya menangis lagi. Tangisan yang sama. Dengan judul serta alasan yang sama. Cinta. Kesetiaan. Perselingkuhan. Kecuekkan. Egois.   Rasanya hampir basi untuk mendengar hal itu. nyatanya tema tangisan sebagian orang yang saya degar hanya berkisar tentang itu. entah sebagai pihak yang bersalah atau diopersalahkan.   Sore ini, sama seperti sore-sore kemaren. Sama seperti sore-sore bertahun yang berlalu. Kami duduk dengan segelas MOCCA LATTE, sehabis berjalan cukup jauh untuk membuang penah. Jenuh. Suntuk.   Diseberang sana, aku melihatnya terduduk dan mematung.   Kali ini, selesai. Tidak boleh begini lagi. Ucapnya pelan. Aku tersenyum mendengarnya. Ratusan kali kalimat itu terdengar, terucap dan meluncur sempurna, namun nyatanya? Sejarah selalu berulang. Kisah yang sama. Kesalahan yang sama. Tangisan dan cacian yang sama. Sumpah serapah yang sama.   Cinta katanya.   ...

I love you more than chocolate

I love you more than chocolate Hey, kamu. Kamu yang sedang serius didepan laptop. Yang baru saja selesai menelponku. Ini untukmu. Iya,kamu. Kamu yang masih serius dengan diagram dan grafik perencanaan. Juga hitung-hitungan yang ruwet bila diterjemahkan. Dengarkan ini, Pagi tadi, aku membuat segelas hot chocolate. Iya, aku membuatnya dari hadiah yang kamu beri. Hot Chocolate. Terima kasih, karna kamu tau seberapa gilanya aku dengan chocolate. Semoga kamu membaca ini, Selain chocolate, kamu adalah favoriteku. Setiap mengingatmu, aku tau dalam hidupku, kamu adalah tujuan akhir dibelakang sana. Kalau katamu, hal yang kamu perjuangkan untuk masa depan. Chocolateku, mungkin saja berubah-ubah bentuk. Seiring berjalannya waktu, aku akan mencoba begitu banyak jenis dan macam2 chocolate. Tapi, kamu tidak. Aku tidak akan menggantikan kamu dengan "rasa lain" atau "merek lain", bahkan ketika nanti "bisa saja" ada banyak pilihan lain. Aku hanya ingin ...

Hate speech.

Hate Speech Beberapa hari belakangan ini. Disalah satu TV swasta, banyak yang mempertanyakan tentang Hate Speech. Judulnya Hate Speech atau Demokrasi yang dikebiri? Saya setuju dengan pemberlakuan hukuman Hate Speech di media sosial. Apalagi memang sudah ada Hukum IT-nya. Menurut saya, sudah saatnya generasi kita diajar untuk megutarakan PENDAPATNYA dengan cara2 yang benar dan bahasa yang terdidik serta mendidik. Disertai dengan data2 serta informasi yang benar. Beberapa kali dalam sebuah diskusi, dibeberapa acara, mereka meminta tanggapan saya tentang hal ini. Memang bukan diskusi yang dihadiri oleh ratusan orang, tapi hanya diruang lingkup kecil. Dimana kami terbiasa duduk dan membahas hal2 yang sedang terjadi. Kenapa saya setuju adanya Hukuman terhadap Hate Speech? Apa itu juga berarti saya "mengebiri demokrasi"? Apa sama dengan saya "membungkam kebenaran"? Atau saya mulai tumpul dan tidak vokal terhadap kebenaran dan ketidak adilan? Silahkan menduga2 alasan...

Hidup adalah karya.

Hidup adalah karya. "Kenapa sih lo harus jaga terus?" "Ngejar setoran apa sih?" "Gilaaaak lo kerja rodi?" Pertanyaan kocak ini muncul dari beberapa teman baik saya. Ini penjelasan saya. 1. Saya kuliah 6 tahun, ilmu yang saya dapat memang sudah semestinya di"amal"kan. Bukan hanya buat dijadiin "pengalaman pernah kuliah". Learning by doing, lebih baik. 2. Saya tidak terlahir dengan "terlanjur kaya", sehingga dengan sulap saya bisa memenuhi semua yang saya mau. Saya dari keluarga berkecukupan saja. Bukan mewah dan berlimpah. Didalam keluarga saya, semua harus bergerak dan berkarya. Itu selalu nasehat papa saya setiap pagi, ketika masih sekolah. Bukan menjadi orang kaya, tapi menjadi orang hebat. Orang pintar dan cerdas. Karna buat apa hanya kaya, tapi tidak pintar. Gimana mau mengelola kekayaannya? Jadi, bagi saya kerja adalah karya. 3. Saya bosan hanya duduk-duduk dirumah. Bukankah point no.2 diatas sudah jelas? Saya buk...

Selamat hari KESEHATAN NASIONAL

Selamat hari Kesehatan Nasional. (*Rest In Love, dr. Dionisius Giri) Selamat hari Kesehatan Nasional, Hari ini, kami merayakannya sekaligus kami berduka. Salah seorang Pahlawan Kesehatan, dr. Dionisius Giri Samudra, Telah berpulang pada Sang Pencipta. Banyak orang menghujat dan menyudutkan profesi Jas Putih ini. Bahkan tidak sedikit yang mempertanyakan rasa kemanusiaan kami, Tidak sedikit juga yang mencemooh tugas pengabdian kami, Kami diam, tidak membalas. Kami tetap berdiri pada keyakinan kami untuk melayani anda, sekalipun sebagian dari anda sering merendahkan kami, Membandingkan kami dengan dokter negara tetangga. Bahkan ada beberapa petinggi negara yang dengan jelas menyatakan diri lebih baik berobat pada negara tetangga. Hari ini, Kepergian sahabat, saudara, teman sejawat kami Membuktikan pada negeri ini. Kami masih dibutuhkan sampai pelosok negeri ini. Kami masih diperlukan sampai pada tingkatan terendah bangsa ini. Kami tetap pergi dan mengabdi walaupun sebagi...