Saya dan "dingin"
Sejak kecil, bahkan sejak lahir, papa selalu bilang kalo saya itu ngga suka panas. Kalo udaranya panas, saya langsung uring-uringan. Saya lahir di sebuah kota teduh yang asri, Salatiga. Kota yang sejuk. Bisa dibilang kota yang dingin 30 tahun lalu.
Saya tidak menyukai pantai, walaupun kalo diajak jalan ke sana sih ya ayok aja. Hanya saja, saya tidak menyukai udara panas di pantai.
Saya menyukai dingin, menyukai udara sejuk, dan gunung. Walaupun saya ngga suka hiking, dan belum pernah hiking. Saya sangat menikmati berada di pegunungan.
1,5 tahun disini. Yang saya lakukan adalah jalan2 dan makan. Menikmati hidup. Saya ke tawamangu, candi Cetho, candi sukuh, Telaga Sarangan, Selo Boyolali, Tumpeng Menoreh, Dieng, Bukit Klangon. Pokoknya, saya jalan2 ke daerah pegunungan. Kebetulan Solo adalah kota yang dikelilingi oleh Gunung-gunung besar di Pulau Jawa. Sebut saja, merapi, lawu, merbabu. Bahkan dari kosan saya, bila cuaca sedang cerah, bisa banget melihat puncaknya Lawu dan Merapi. Relief gunungnya beneran terlihat dengan jelas.
Kenapa gunung, nyed?
Saya suka udara yang sejuk, pemandangan saat sunrise di gunung, kabut yang turun, hingga gulungan awan yang berarakan pada hari yang cerah.
Saya tahan dingin. Mau sedingin apapun itu, saya kuat. Saya sama seperti papa. Bahkan terkadang, saya tidur dengan kipas angin dan AC. (*Agak ajaib ya?)
Kok lo ngga pernah update status jalan-jalan. Karena bagi saya, moment itu untuk dinikmati aja. Ngga perlu di update dan harus banget dapet pengakuan darimanapun. Lagian, saya ngga suka di foto. Foto yang saya abadikan ketika jalan2, sangat sedikit. Bisa dihitung dengan jari.
Lo pergi kesana dengan siapa?
Supir pribadi saya, Pak Pariman hahahahahahahahahahaa.... Beliau sudah sering mengantar saya kemana2. Beliau ini adalah supir taksi, namun bisa banget diminta tolong nganterin saya kemana2, apalagi kalo saya lagi gabut. Bisa banget. Tinggal telpon aja.
Gini ya, mungkin sebagian orang terkejut, ngapain saya sering keluar dengan taksi, apa ngga boros? Atau saya terlihat sok banget.
Dude, di jakartapun, ketika ada mobil dirumah, saya sering banget memilih pergi dengan taksi. Ngapain kek. Kemana kek. Muterin Jakarta waktu malam kek. Pokoknya, kemanapun itu. Gabut. Lagi bosen aja, pengen muter2 aja, tapi males nyetir sendiri.
Mungkin kalo lo nanti punya suami pastiin aja dia suka juga city tour kalo gabut, intinya sih suka jalan-jalan aja. Iyakan? Biar lo ada temennya. Semoga aja.
Dalam 1 bulan ini, sudah 2 kali saya mengatur jadwal jaga supaya bisa menemani teman2 baik saya, menjadi tour guide mereka. Padahal nih ya, saya juga ngga paham2 banget jalannya. Cuman ngandalin Pak Pariman hahahahahahahahahhaaa.....
Oh, ya, kamu harus ke Tumpeng Menoreh. Harus. Wajib. Kudu. Bagus banget viewnya. Bagus banget. Hanya saja, sebaiknya lewat jogja aja. Jangan lewat magelang atau Borobudur, karna ngga bisa mobil naik sampai ke Tumpeng Menoreh. Harus extension pake ojek warga lokal.
Kalo kalian tau medannya untuk naik ojek itu, saya pikir kalian bakalan setuju, lebih baik lewat jogja, lebih lama perjalanan nya tapi lebih "nyaman". Kecuali, kamu memang suka bertualang. Suka medan2 berbahaya seperti offroad. Ya monggo....
Naik ojek ke Tumpeng Menoreh itu menguji nyali. Sangat amat menciutkan iman, melafalkan doa tanpa amin, semenantang itu medannya. Masalahnya, tepi2 jalannya itu jurang. Kalo oleng dikit, ya jatuh dan selamat tinggal. Beneran jurang. Berasak kembali pas jaman PTT dulu.
Pokoknya paket lengkaplah. Banget. Tapi, sampai ke Tumpeng Menorehnya, memang sebagus itu. Bagus banget. Nanti, saya mau kembali dengan mama, untuk menikmati sunset disana. Menikmati indahnya senja.
Kenapa lo harus nyeritain disini?
Ngga papa, sebagai sebuah kenangan. Album fotonya saya. Untuk mengingat kembali moment2 di saat berada disana dan menikmati hidup.
Pada akhirnya, saya harus mengakui,
Saya bersyukur bahwa Yesus menempatkan saya di kota ini. Solo.
Sesuatu yang saya tolak dulunya. Sesuatu yang dengan setengah hati saya jalani.
Namun, pada akhirnya saya memahami, Yesus punya rancangan yang indah untuk saya disini.
Yesus menempatkan saya disini, DIA akan membuat saya memiliki masa depan ditempat ini.
Saya percaya Yesus.
Dan pada akhirnya, Solo adalah rumah ke dua. Sekalipun jakarta adalah tempat kembali, namun disana bukan tempat tinggal saya. Bukan tempat saya hidup dan berkarya.
Terima kasih Yesus, atas hadiah tak terduganya.
Yesus selalu punya cara yang ajaib.
Benyada Remals "dyzcabz"
Jangan menolak, sesuatu yang belum dijalani. Kalimat ini pernah saya tulis, disalah satu cerpen saya. Menulisnya mudah, nyatanya menghadapinya susah.
Karna banyak kemungkinan2 yang saya buat didalam pikir saya. Menciutkan nyali. Menghentikan langkah. Membuat pertimbangan tidak berimbang. Menjadi tawar untuk pergi.
Kadang saya lupa, Yesus yang saya cintai itu, DIA lebih tau apa yang saya butuhkan untuk hari esok. DIA mempersiapkan semua, lebih dari yang saya butuhkan. DIA jauh mengenal pribadi saya dengan baik.
Yang harusnya saya lakukan, mengimaninya dengan benar. Bahwa, saya memasrahkan pijakkan langkah saya kedepannya bersama DIA.
Begitu kan yang bener?
ini di tumpeng menoreh. Keren kan?
Liat awannya deh, kereeeeeeen bangeeeeeet. Hanya aja, kalo datengnya siang, panasnya lumayan buat "terbakar". Mendingan datengnya sore, menikmati sunset. Tempat ini 24 jam kok.
Saya bukan fotografer handal, jadi ini foto seadanya aja. Bagus kan? Iyalah. Ini view dari Tumpeng Menoreh itu.
Ini disampingnya Candi Cetho. Tau ngga wish saya? Saya pengen banget punya rumah di kaki gunung. Seperti daerah ini. Bagus banget kan?
Semoga saja, suatu hari nanti,
Yesus menjawab doa saya,
Memiliki rumah di kaki gunung.
Hampir 2 tahun saya disini,
Dan saya menyadari,
Saya jauh lebih nyaman dan menikmati hidup di sebuah kota yang tenang, tidak berisik, jauh dari hiruk pikuk kota besar.
Disini, Solo,
Saya telah memilih dengan tepat.
Komentar
Posting Komentar