Iya, aku tau kamu tegak di depanku, tepat di hadapanku. Namun rasanya begitu jauh untuk ku peluk.
Pernah terpikir, rasanya jadi aku?
Merindukanmu, menyukaimu, dalam kediaman hatiku.
Aku meredam egoku, manjaku, rasaku, agar kamu tidak menemukan celah untuk singgah.
Aku tidak menginginkanmu tinggal, aku hanya cukup mengagumimu.
Karna kewarasanku menolak hadirmu.
Aku sudah cukup dengan berada pada sekitar duniamu. Bukan untuk menjadi pusat rotasimu.
_____________________________________________
17.42
Kamu datang dengan rombonganmu ke rumah sakit, ayahnya temanmu di rawat yang kebetulan RS tempatku bekerja.
And thats not my good day. Its my black friday.
Aku berpapasan dengan kalian. Kamu dan perempuan yang selalu bersamamu. Clara, namanya clara. Sahabat kecilmu yang selalu menggandengmu kemanapun kamu pergi. Menghentikan langkahku untuk berada dekat denganmu.
Aku, hanyalah seorang pendatang, yang tempatnya di luar seputar kediaman. Karna pikirku, dialah, pemilikmu.
"Hai, non" sapamu sedingin biasanya, manusia tanpa basa basi itu.
Aku mengangguk senang, menemukanmu diantara hari buruk yang baru saja aku lewati namun belum bisa aku akhiri. Lalu, tatapan ku jatuh padanya. Pada kalian, dan logikaku, menampar jatuh rasaku, menyodorkan logika baru, "here's come the bride, zil!!!!"
"Hei, mau jenguk siapa?" Ucapku basa-basi paling busuk yang ku keluarkan hari itu.
"Om Tonny, papanya Jely, kebetulan ya, Zil. Lagi jaga?" ucapnya dengan anggun, ah tolol, mana mungkin aku mampu bersikap seanggun dia. Dan sebagai wanita saja, akupun mengagumi tutur bhasa dan caranya berbicara.
"Iya, gue shift sore-malam. Oke, gue duluan ya."
Kamu? Hanya mengangguk seadanya. Seadanya. Bukankah, setidaknya kamu bisa berbasa-basi sedikit saja? Berbicara hal tidak penting mungkin? Hatiku nyeri melihat tingkahmu. Dingin. Dan, aku tau, jalanku tertutup.
Aku berlalu meninggalkan kalian. Berpapasan dengan Theo, lalu bercanda seadanya. Kemudian, aku menemukanmu melihat ke arah kami, tanpa senyum, hanya melihat.
______________________________________________
5 hari yang lalu,
Kamu mengajakku makan malam berdua. Entah ada angin apa, kamu tiba2 mengajakku keluar berdua.
Romantis? Tidak. Mencekam. Karna obrolan kita begitu kaku. Kamu begitu dingin, kamu acuh. Dan aku menjadi kacau karena di depanmu, aku tidak bisa menjadi aku.
Kamu sebiasa itu. Memang apalagi yang aku harapkan? Terlihat jelas, bahwa kamu hanya butuh teman makan. Itu saja. Kamu makan dengan lahap, tanpa suara. Berbicara sesekali, thats the date? I dont think so!
Aku menghela nafas berkali-kali, ingin rasanya menyudahi peran ini. Entah kenapa, aku selalu gugup dan gelagapan berhadapan dengan tatapanmu. Bahkan ketika kamu hanya menatap, tanpa kata.
Satu hal yang aku benci, bersamamu, aku tidak bisa menjadi aku yang aku mau.
"Fal, abis ini, gue cabut duluan ya?"
"Kemana?"
"Gue ada urusan penting"
"Mau di temani?"
Aku menggeleng cepat. "Ngga. Lo ga bakalan suka."
Dengan satu gerakan cepat, aku menaruh beberapa lembar uang di samping piringmu. Lalu, bergegas pergi.
Aku mau belanja make up. Seandainya saja kamu memaksa untuk ikut. Seandainya saja, kamu meminta dengan lembut. Seandainya saja, kamu memang memiliki rasa, mungkin sekarang kamu ada disini menemaniku.
Sayangnya, aku mencintai seseorang, yang begitu jauh dari anganku.
____________________________________________
00.53
Kita berpapasan lagi di koridor Rumah sakit ini. Aku berjalan menunduk hingga tidak menyadari keberadaanmu. Airmata menggantung di sudut mataku.
This is my bad day. Very bad day.
"Jalan yang tegak. Jangan nunduk, dokter harus selalu siaga." ucapmu mengagetkanku
Entah mengapa, melihatmu, rasanya aku ingin menangis menumpahkan semua kekesalanku hari ini. Kemarahanku. Kecapekkanku. Aku ingin di peluk.
"Kamu ngapain?"
"Mau jenguk papanya temen"
"Oh."
...........hening.
"Ok, gue duluan ya."
Aku berjalan melewatimu. Tidak perlu menunggu, zil. Dia datang bukan buat lo!
"Udah makan?"
Aku menoleh. Lalu, pandanganku jatuh pada plastik di tanganmu. Itu buatku?
"Ini udah tengah malam, fal. Gue ga makan jam segini."
"Yah, trus ini gimana?" tanyamu
"itu buat gue?"
Kamu berjalan menghampiriku. Memberikan plstik itu.
"Ketoprak Mang Boncel. Tahunya banyak. Pedesnya sedengkan?"
Saya tersenyum mendengarnya. Kamu juga begini sama semua temanmu.
"Thanks ya."
"Pulang jam berapa?"
"Besok siang."
Kamu mengangguk. "Mau di jemput?"
"Ngga ada theo, kok."
Entah aku yang merasa, atau memang benar, kamu menatapku dengan terkejut, saat nama THEO ku sebut.
"Oke, aku boong. Aku kesini bawain makan buat kamu. Aku pikir, kamu mau makan malam. Jaga sore-malam, pasti butuh makanan banyak."
Saya menatapmu. Kenapa ngga bilang sih. Kenapa ngga ngasih tau dulu. Kenapa tadi harus boong dulu.
"Thanks, fal. Gue balik ke igd ya."
______________________________________________
Pernah terpikir, rasanya jadi aku?
Merindukanmu, menyukaimu, dalam kediaman hatiku.
Aku meredam egoku, manjaku, rasaku, agar kamu tidak menemukan celah untuk singgah.
Aku tidak menginginkanmu tinggal, aku hanya cukup mengagumimu.
Karna kewarasanku menolak hadirmu.
Aku sudah cukup dengan berada pada sekitar duniamu. Bukan untuk menjadi pusat rotasimu.
_____________________________________________
17.42
Kamu datang dengan rombonganmu ke rumah sakit, ayahnya temanmu di rawat yang kebetulan RS tempatku bekerja.
And thats not my good day. Its my black friday.
Aku berpapasan dengan kalian. Kamu dan perempuan yang selalu bersamamu. Clara, namanya clara. Sahabat kecilmu yang selalu menggandengmu kemanapun kamu pergi. Menghentikan langkahku untuk berada dekat denganmu.
Aku, hanyalah seorang pendatang, yang tempatnya di luar seputar kediaman. Karna pikirku, dialah, pemilikmu.
"Hai, non" sapamu sedingin biasanya, manusia tanpa basa basi itu.
Aku mengangguk senang, menemukanmu diantara hari buruk yang baru saja aku lewati namun belum bisa aku akhiri. Lalu, tatapan ku jatuh padanya. Pada kalian, dan logikaku, menampar jatuh rasaku, menyodorkan logika baru, "here's come the bride, zil!!!!"
"Hei, mau jenguk siapa?" Ucapku basa-basi paling busuk yang ku keluarkan hari itu.
"Om Tonny, papanya Jely, kebetulan ya, Zil. Lagi jaga?" ucapnya dengan anggun, ah tolol, mana mungkin aku mampu bersikap seanggun dia. Dan sebagai wanita saja, akupun mengagumi tutur bhasa dan caranya berbicara.
"Iya, gue shift sore-malam. Oke, gue duluan ya."
Kamu? Hanya mengangguk seadanya. Seadanya. Bukankah, setidaknya kamu bisa berbasa-basi sedikit saja? Berbicara hal tidak penting mungkin? Hatiku nyeri melihat tingkahmu. Dingin. Dan, aku tau, jalanku tertutup.
Aku berlalu meninggalkan kalian. Berpapasan dengan Theo, lalu bercanda seadanya. Kemudian, aku menemukanmu melihat ke arah kami, tanpa senyum, hanya melihat.
______________________________________________
5 hari yang lalu,
Kamu mengajakku makan malam berdua. Entah ada angin apa, kamu tiba2 mengajakku keluar berdua.
Romantis? Tidak. Mencekam. Karna obrolan kita begitu kaku. Kamu begitu dingin, kamu acuh. Dan aku menjadi kacau karena di depanmu, aku tidak bisa menjadi aku.
Kamu sebiasa itu. Memang apalagi yang aku harapkan? Terlihat jelas, bahwa kamu hanya butuh teman makan. Itu saja. Kamu makan dengan lahap, tanpa suara. Berbicara sesekali, thats the date? I dont think so!
Aku menghela nafas berkali-kali, ingin rasanya menyudahi peran ini. Entah kenapa, aku selalu gugup dan gelagapan berhadapan dengan tatapanmu. Bahkan ketika kamu hanya menatap, tanpa kata.
Satu hal yang aku benci, bersamamu, aku tidak bisa menjadi aku yang aku mau.
"Fal, abis ini, gue cabut duluan ya?"
"Kemana?"
"Gue ada urusan penting"
"Mau di temani?"
Aku menggeleng cepat. "Ngga. Lo ga bakalan suka."
Dengan satu gerakan cepat, aku menaruh beberapa lembar uang di samping piringmu. Lalu, bergegas pergi.
Aku mau belanja make up. Seandainya saja kamu memaksa untuk ikut. Seandainya saja, kamu meminta dengan lembut. Seandainya saja, kamu memang memiliki rasa, mungkin sekarang kamu ada disini menemaniku.
Sayangnya, aku mencintai seseorang, yang begitu jauh dari anganku.
____________________________________________
00.53
Kita berpapasan lagi di koridor Rumah sakit ini. Aku berjalan menunduk hingga tidak menyadari keberadaanmu. Airmata menggantung di sudut mataku.
This is my bad day. Very bad day.
"Jalan yang tegak. Jangan nunduk, dokter harus selalu siaga." ucapmu mengagetkanku
Entah mengapa, melihatmu, rasanya aku ingin menangis menumpahkan semua kekesalanku hari ini. Kemarahanku. Kecapekkanku. Aku ingin di peluk.
"Kamu ngapain?"
"Mau jenguk papanya temen"
"Oh."
...........hening.
"Ok, gue duluan ya."
Aku berjalan melewatimu. Tidak perlu menunggu, zil. Dia datang bukan buat lo!
"Udah makan?"
Aku menoleh. Lalu, pandanganku jatuh pada plastik di tanganmu. Itu buatku?
"Ini udah tengah malam, fal. Gue ga makan jam segini."
"Yah, trus ini gimana?" tanyamu
"itu buat gue?"
Kamu berjalan menghampiriku. Memberikan plstik itu.
"Ketoprak Mang Boncel. Tahunya banyak. Pedesnya sedengkan?"
Saya tersenyum mendengarnya. Kamu juga begini sama semua temanmu.
"Thanks ya."
"Pulang jam berapa?"
"Besok siang."
Kamu mengangguk. "Mau di jemput?"
"Ngga ada theo, kok."
Entah aku yang merasa, atau memang benar, kamu menatapku dengan terkejut, saat nama THEO ku sebut.
"Oke, aku boong. Aku kesini bawain makan buat kamu. Aku pikir, kamu mau makan malam. Jaga sore-malam, pasti butuh makanan banyak."
Saya menatapmu. Kenapa ngga bilang sih. Kenapa ngga ngasih tau dulu. Kenapa tadi harus boong dulu.
"Thanks, fal. Gue balik ke igd ya."
______________________________________________
Benyada Remals "dyzcabz"
Komentar
Posting Komentar