Mei banyak cerita ya, nyed?
saya jarang sekali mer-review tentang drama korea yang sudah saya tonton. Pertama, karna malas, thats the final answer. Then, ngga hafal nama pemain dan takut salah menyebutkan namanya. Hanya beberapa drama korea yang saya tulis reviewnya, karna memiliki cerita yang berbeda dan menarik untuk ditonton.
Ketika saya mengatakan sesuatu "menarik" untuk ditonton artinya benar-benar menarik untuk diikuti dengan baik. Drama yang membuat saya "kagum" entah apa bahasa yang pas untuk mendeskripsikan perasaan saya setelah menontonnya, sedih, marah, seneng tapi secara keseluruhan "amaze" sama yang menulis scenario dan cara dia menyelesaikan konflik tanpa meninggalkan tanya.
Drama korea itu kadang ya, finallnya "gantung". Memang, tidak semua ending harus berakhir dengan "happy". Namun, dalam ekspektasi semua orang, happy ending is the answer. Setuju ya?
Drama ini on-going, hanya saja pada awalnya saya melihat drama ini, saya merasa malas nontonnya. Namun, suatu hari 1 minggu lalu, selesai buat tugas aktualisasi, saya iseng download episode 1 dan 2. Menarik. Penasaran. Plottwistnya rame banget. Tidak bisa menebak dan menduga. Saya menikmati setiap konflik yang terjadi di drama itu.
FYI, saya bukan fansnya artis korea ya. Ngga. Saya cuman mengagumi bagusnya kulit mereka dan akting yang mumpuni. Gilak, akting mereka juara. Saya bahkan tidak dapat celah untuk mengatakan "kenapa sih", "kok gitu" dan lainnya.
Ops...belum disebutin ya nama dramanya apa "MOUSE". Judul drama korea itu kadang terlihat begitu "aneh", "nyeleneh" namun dibalik itu ada cerita yang roller coster dan butuh perhitungan yang sangat matang dalam detail adegannya. Dalam alur cerita dan koneksi antara satu kejadian dan yang lainnya. Kenapa? Kalo satu saja tidak nyambung atau terasa aneh, biasanya sampe "klimaks"nya ga bakalan dapet "goldnya".
MOUSE ini bercerita tentang sebuah issue genetik dan psikologis. Dimana mereka mempertanyakan tentang ayah yang psikopat mungkinkah anaknya akan mewariskan watak dan karakter yang sama? Nah, disuatu waktu ada 2 wanita hamil dengan hasil pemeriksaan genetik bahwa anaknya mewarisi gen psikopat. Untuk menghindarkan dunia dari kejahatan yang mungkin akan dilakukan dimasa depan oleh anak2 calon psikopat ini, diperjuangkan RUU Perijinan Melakukan Aborsi. Masih diperjuangkan ya.
Lanjut, akhirnya si kedua ibu ini bertukar anak. Dengan harapan bahwa mereka tidak akan tumbuh menjadi psikopat dan mendidik anak2nya (walaupun ditukar) dengan baik. Nyatanya, salah satu dari mereka menjadi Psikopat paling sadis dalam 20 tahun terakhir. Ayahnya adalah Head Hunter, Dokter Spesialis Bedah Saraf terkemuka yang ternyata seorang Psikopat. Yang menjadi menarik adalah kita ngga menduga bahwa sebenernya si psikopat (anak) yang tumbuh dengan keluarga lain itu dan dituduh membunuh keluarganya adalah anaknya head hunter itu. Sampe diepisode terakhir baru kita dapat clue.
Yang menyebalkan lagi, ternyata mereka berdua (anak2 yang terlahir dari gen pshyco) itu menjadi "tikus lab" (inilah kenapa diberikan judul MOUSE, mungkin ya....) yang dijadikan bahan penelitian dan dipancing untuk membunuh orang lain oleh sekelompok organisasi. Organisasi itu dikepalai oleh seorang peneliti yang tujuannya meloloskan RUU Legal Aborsi itu.
Complicated rite?
Yang membuat saya sedih adalah adegan, ketika si psikopat yang sudah dewasa (jung Ba reum) bertemu dengan dia versi masa kecilnya. Jung ba reum versi kecilnya yang selalu merasa terintimidasi, dengan julukan monster, dianggap pembunuh orang tuanya, hingga dia meminta pada Tuhan, untuk menyembuhkan dia. Psikopat, tidak memiliki emosi.
Ketika di episode terakhirnya, jung ba reum memeluk dia versi masa kecilnya dan berkata "Tuhan mendengar doamu. Kamu bukan lagi monster", ini sedih banget. Saya aja yang terbiasa biasa aja dengan adegan sentimentil begini, saya nangis loh. Entah gimana menjelaskannya, namun saya merasakan sakitnya Jung Ba Reum. Tidak ada anak yang ingin dilahirkan dengan keistimewaan yang mampu mencelakai banyak orang. iyakan?
Bahkan sebagian orang, bukannya membantu untuk menyembuhkan malah melihatnya sebagai objek. Sebagai pesakitan yang harus dibunuh. Iya dia salah. Dia membunuh banyak orang, tapi orang yang meloloskan pembunuhannya dan membuat itu menjadi sebuah alasan untuk melegalkan aborsi, thats the real devil.
Setelah menonton drama ini ya, tau ngga apa yang saya pikirin?
Apa yang akan saya katakan pada benyada kecil, bila suatu hari waktu bisa membawa saya kembali pada dia.
dari semua scene yang saya liat, scene ini salah satu hal yang mencuri perhatian saya dan scene dimana Detektif Ko Mochi menangis pada salah seorang ibu korban. Saat dia berusaha menerima dan memaafkan pembunuh keluarganya. See? Memaafkan tidak pernah semudah itu. Sama seperti kehilangan, kekosongan yang ditinggalkan selalu menganga dan menjaga cerita sakit yang sulit ditutupi.
Ngga tau kenapa, namun rasanya melihat scene dimana, kamu bisa menemui kamu dimasa kecil adalah hal termanis. Memastikan bahwa kamu dimasa depan, menjaga mimpi-mimpi kecilnya, kamu membuat ceritanya di masa kini menjadi hebat. Luka yang didapat dimasa kecilnya yang ditanggung tidak lagi menjadi cerita menyedihkan.
Seolah, kamu bilang pada masa kecilmu "Kita berhasil melewatinya, terima kasih karena bertahan sejauh ini". aarrrggghhhhhh.....
i love me. my self and i.
------------------------------------------------------------------------------------------
Dear, my little me...
Aku akan menjaga kita. Memperjuangkan mimpi kita.
memastikan kita, baik-baik saja.
Aku akan memperbaiki segala kurang dan salah, yang kita lewati dan lakukan,
dengan memaknai setiap langkah yang kubuat hari ini.
Sampai sejauh ini,
Aku masih tetap mengingatmu.
Karna kamulah, semua langkah dimulai. Pijakan demi pijakkan aku kuatkan.
Terima kasih ya...
----------------------------------------------------------------------------------------------------
Kamu bertumbuh dewasa, merangkai cerita dan membuat kesalahan.
Kegagalan dalam hidup membuat sebagian orang datang sebagai hakim yang merasa berhak memutuskan arah hidup seseorang.
Kamu, tidak gagal, kamu sedang dibentuk semesta.
Seberapa besarpun kesalahanmu, Tuhan yang akan menghukummu.
Hukum manusia melihat sebatas keadilan yang kadang timpang dan luput dari mata.
Bila dosamu seberat bumi, maka bertelutlah dibawah langit...
Semesta akan mengampunimu, sekalipun keadilannya tetap berlaku diakhirat nanti...
Bertobatlah, sebelum waktumu tiba. Sebab segala yang kamu lakukan akan diukurkan kepadamu nanti. Karena itu, mintalah pengampunan yang benar dari Tuhan Semesta Alam.
Tidak anak yang bisa memilih dilahirkan dalam keluarga yang seperti apa atau membawa penyakit genetuk apa. Tidak ada.
Namun, semesta memberimu keleluasaan untuk menentukan pasangan hidupmu.
Maka, temukan penolong yang sepadan untuk menemanimu.
Sekian dan terima kasih.
Benyada Remals "dyzcabz"
Mey, selalu ada banyak cerita. Karna, memasukinya saja sudah cukup "nelangsa"...
Terima kasih mei...
Komentar
Posting Komentar