I need to OFF.
belakangan ini, saya berusaha untuk tidak melihat medsos.
setidaknya, saya berusaha dan mengusahakan diri saya untuk tidak memposting apapun di medsos.
Terutama IG.
entah gimana ceritanya, beberapa bulan belakangan kok saya menjadi manusia yang rasa-rasanya harus memposting segala hal di medsos. Saya tau, itu hak setiap orang, termasuk saya. Hanya saja, saya akhirnya menyadari, IM NOT SOCIAL MEDIA PERSON. ITS NOT MY LIFE.
Walaupun yang saya posting, tampilin, upload bukan sebuah hal "hate speech" atau sebagainya. Hanya saja, saya mengambil jeda dan merenung, PENTINGKAH SETIAP HAL DI UPLOAD?
saya jarang memposting tentang makanan, minuman, ke-hedonan, atau segala hal about my private ke ranah public. Ya, ngga penting aja untuk di share. Yang selalu saya share adalah my random opinion about something whose disturbing me. Atau sesuatu yang menarik perhatian saya. Intinya sih, semua yang saya post itu, murni isi kepala saya. Ngga merugikan orang lain juga sih.
Dan kebanyakan tuh, berupa note. JAdi tulisan-tulisan pendek tentang apa saja. Tanggapannya? Bagus. Bahkan ada beberapa yang meminta ijin untuk merepost. Ada yang bahkan DM hanya untuk bilang, dia selalu menunggu IGs saya.
Tapi, entah kenapa, 2 bulan terakhir ini... saya merasa "enough" dengan semua medsos. FB? Ngga begitu diperhatiin dan dibuat hanya untuk belajar aja. IG? Ya ada sih, sesekali aja diliatnya. Sekali banget. Blog? Ya ini, seperti sekarang, kalo lagi ada unek2 yang mau saya sampein. atau ada kegelisahan yang mengganggu, blog ini pasti penuh.
Mungkin, mindset saya mulai berubah, keadaan membuat saya beradaptasi dengan baik walaupun tidak selalu benar. Berubah? Bukan karakter ya, tapi cara saya memandang sesuatu. Saya tidak lagi "seantusias" dulu saat saya menginginkan sesuatu. Apatis? Bukan, tidak apatis. Saya berjuang mencapainya namun dengan berbagai pertimbangan yang logis.
misal, ketika dulu saya jalan di mall, saya akan ambil apapun yang saya mau. Entah nanti dipakai atau tidak, yang penting "ingin" saya terpenuhi. Sekarang? Ngga gitu. Saya lebih memilah, mana yang beneran saya butuhin, mana yang hanya sebatas ingin saja. Ngga, semua hal harus ada dalam kantong belanja, nyed!
Lebih hemat, karna gajinya ngga sebesar dulu? Ngga juga sih. Dari dulu juga, pemikiran ini sudah ada hanya saja menjadi bias, karena "keangkuhan" saya. Dulu kan, segala hal tersedia ya, papa ada. Ops, thats my point. Nope, bukan karena papa juga sih.
Hanya saja, hidup dan bekerja di kota yang asing ini. Membuat saya menyadari, bahwa hidup itu berjalan bukan ikut maunya saya. Bukan selalu memenuhi mimpi saya. Saya berdiri, dengan segala hal yang saya punya. Saya memulai, diatas kaki saya sendiri. Yup, dan segala kesombongan saya luluh lantah. Disini, saya bukan apa-apa. Tidak juga punya siapa-siapa. Hingga, semua yang saya buat, kerjakan, usahakan, semua bergantung pada kemampuan saya. dan...perkenanan Yesus.
Balik lagi, pada medsos. Medsos tidak pernah menjadi toxic buat saya, karena saya cukup handal dalam menilai mana yang harus diajak berteman dalam dunia khayal dan dunia nyata. Tidak sembarang orang juga harus dijawab DMnya. Yup, im protecting my self far away from ass.
Ini sudah 3 minggu, tanpa saya update. Dari dulu sekali, saya memang orang yang jarang meng-upload segala hal ke media sosial. dalam sebulan bisa banget dihitung berapa kali. Kecuali ada moment besar dikeluarga saya, atau ada hal yang konyol, kocak, tolol yang membuat saya geli. Namun, sejak papa meninggal. Saya menjadi sangat konsumtif terhadap media sosial. Dalam 1 minggu kadang saya bisa mengupload sampai 3-4 kali. Buat sebagian orang, itu masih normal, tapi tidak untuk seorang yedy.
Im not social media person. once again ive told you.
Jadi, apa yang kamu baca dan liat di media sosial saya, apapun itu. Hanyalah sebagian kecil yang saya inginkan kamu tau, bukan apa yang sebenar-benarnya saya.
saya pada kenyataannya bukan seorang yang cukup ramah untuk diajak berteman. Tidak juga suka bercengkrama dan menjadi akrab dengan orang asing yang tidak saya kenal.
i need to OFF.
karna, buat saya, apa yang saya upload terkadang, menjadikan saya manusia yang "memamerkan" keberadaan saya. Sekalipun, sekalipun... itu hak saya. Hanya saja, saya kok ngerasa itu bukan hal yang benar dan baik. Ada beberapa kali, ketika saya menunjukkan foto-foto tentang keluarga. Entah itu saya dan mama, saya dan papa, kita ber 5, kita ber 3, ber 4. Selalu saja, ada yang DM, "bersyukur ya yed, keluarga lo baik-baik aja", "Beruntung ya, masih ada mama.", "Lo punya Noke yang buat lo hebat seperti hari ini"
dan, ketika saya bercerita tentang kasus2 yang saya temui di RS. Pasien2 yang saya temui dan bagaimana cara saya menangani setiap kasus. Bahkan saat saya menunjukkan rasa "tidak bersyukur" ketika saya lulus CPNS. Saya pikir, apa yang saya bagikan di media sosial saya, bukan sesuatu hal yang bisa "membangun" orang lain. Memang, tidak ada yang mempermasalahkan juga apa yang saya upload, karena apa yang saya upload bukan sebuah hal yang "menyakiti" banyak orang.
Hanya, saya aja yang merasa itu hal yang tidak seharusnya saya lakukan. Semacam instrospeksi diri, berkaca dari apa yang sudah saya upload. Im an overthingker.
Bagi saya, media sosial itu harus memberi dampak yang positif untuk orang lain yang berteman dengan kita. SOK BENER LO, NYED.... hahhahaahahhaaa... GIni, hal ini selalu saya utamain saat saya mulai bermain media sosial. Saya tidak akan menulis hal2 yang memprovokasi orang lain, kecuali didalam blog ini. Kayaknya ada banyak tulisan saya diblog ini, yang isinya unfaedah dan saya akui itu. KArna blog ini adalah diary saya.
Berbeda dengan IG, FB, dimana kita bisa bersentuhan langsung dengan teman2 dan orang yang entah siapa tiba2 memfollow kita. Makanya kenapa saya private IG saya, kecuali 1 bulan terakhir karena tugas latsar. Bagi saya, apapun yang saya bagikan ke medsos, itu hak saya. Setuju ya? Namun, dampak yang dirasakan orang lain itu bisa menjadi lain cerita bagi orang sekitarnya. Ada yang bisa menanggapinya dengan bijak, ada yang bisa menanggapinya dengan "normal", ada yang "salah" menanggapi sebuah postingan. Tingkat pendidikan dan analisis seorang berbeda dalam melihat sebuah tulisan di media sosial.
Mungkin, sebagian orang akan berpikir, itu masalah orang itulah. Ngga ada hubungannya sama kita. Toh, kitakan ngga salah. Itukan media sosial kita. SIap untuk bermain medsos harus siap dengan berbagai opini dan reaksi setelah opini tersebut beredar, seperti bola liar. Bener ya?
Hanya saja, ketika saya menampilkan foto keluarga, mama, papa, dan lalu, beberapa orang menjadi sedih, karna mereka tidak lagi mempunyai keluarga yang lengkap, atau mereka tidak tumbuh dalam keluarga yang harmonis, thats hit me.
i know, syukur yang saya ucapkan bisa menjadi kesakitan bagi orang lain. Paham juga, kalo itu bukan salah saya, toh...yang saya lakukan hanyalah bersyukur dan mensyukuri apa yang saya punya. Setiap orang bertanggung jawab pada apa yang dia upload bukan pada bagaimana opini orang lain terhadap apa yang dia upload.
Kenapa lo jadi ribet ya, nyed? Nope, ini bukan ribet kalo buat saya. Saya hanya belajar berempati dengan sekitar. Bahwa, sebelum saya menulis sesuatu, mengupload foto, bercerita tentang sesuatu, saya harus berpikir panjang tentang dampaknya. Apa tulisan saya bermanfaat, apa mungkin bisa menjadi singgungan bagi orang lain, apa ada yang bakalan merasa.
Saya akan tetap menulis, apa yang menurut saya benar. dan memang kebenaran yang bisa diukur dan dikaji dengan jelas, bukan hanya suara sumbang anak kecil. Hanya saja, mungkin dalam hal upload-upload di medsos, saya akan jauh lebih aware. Bukan karena takut, orang lain menjadi sedih, tersinggung atau marah. Itu hak mereka. Namun, lebih kepada sayanya, apakah benar-benar ada manfaatnya ketika saya mengupload sesuatu.
kita, tidak pernah tau, apa dampak yang terjadi dari tulisan2 dan upload yang kita buat di medsos. Iyakan? Tapi, kita mampu, mengendalikan ingin kita, agar setiap "gerakan" kita menjadi berkat untuk sekitar.
Hidup di media sosial itu melelahkan, tidak akan ada habisnya.
Setiap kita, berlomba untuk menunjukkan eksistensi yang semu. Buat siapa? buat apa?
Menang dalam pertarungan di media sosialpun, ngga berarti apapun.
Tulisan ini, hanya sebuah instrospeksi saya terhadap media sosial yang saya miliki.
Bisa saja, kita berbeda pendapat. Toh, ada banyak orang yang bekerja melalui medsos. Jadi, ya silahkan. Tulisan ini tidak menjadi patokan, bagaimana seharusnya media sosial mempengaruhi innercirclemu.
Kamu bebas menentukan apa yang baik menurut ukuranmu.
Benyada Remals "dyzcabz"
untuk mereka yang bertanya, "kemana aja nyed, tumben ngga ada IGs lo...?"
saya sedang bosan dengan medsos. saya tidak melihat hal yang menarik disana. sesekali saya buka untuk melihat apa yang terjadi. Tapi, tidak akan lagi berbagi apa yang terjadi pada saya, sesering dulu.
Bermain medsos adalah hak kalian, hak yang kalian pakai itu sebaiknya memberikan dampak yang positif bagi orang lain.
merubah hal yang biasanya, menjadi hal yang "biasa aja sih" tapi maknanya luar biasa.
saya masih belajar dan selama saya hidup, saya akan terus belajar.
karna hidup yang saya maknai adalah chapter-chapter pembelajaran, setiap kali kita berhasil memaknai sesuatu dari kesulitan yang dihadapi, kamu akan "naik tingkat".
papa saya bilang... "hidup berhenti, ketika kamu tidak belajar."
saya ngga mencoba jadi bijak, atau menjadi "orang sok bener", nope.
Sekonsisten kemaren, saya tetap manusia menyebalkan seperti kemarin.
hanya saja, dalam perbaikan sana-sini. #angkatbeer
Komentar
Posting Komentar