Langsung ke konten utama

Tentang Noke #40

Mewakili Noke

8 desember

Saya dan mama berangkat ke Semarang. Tepatnya, ke GPIB Sion Banyumanik Semarang untuk mewakili papa (*sebagai mentor I) dari Vik. Gloria T Salouw, lebih akrab disapa Fanny.

Mama tidak mau jalan sendiri. Akhirnya, saya menemani beliau. Kita berdua berangkat kesana. Jalan dengan mama selalu punya cerita lucu dan unik. Mama selalu punya sisi humor yang luarbiasah. Hahahahahahhahaahhahahaa...

Sampe dibandara semarang yang sudah terlihat sangat bagus, walaupun dari pintu ke pintu "jalan"nya lumayan jauh. Lumayan sampe lumanyun. Itung2 olah tubuh lah. Kita duduk di aw untuk sarapan pagi, lalu tidak sengaja bertemu dengan Tante Elly Pitoy. Beliau yang nanti akan memimpin acara peneguhan Pendeta Fanny. Tante Elly bukan orang baru bagi saya, karna ketika dulu kita di Surabaya, beliau bertugas di Sidoarjo dann beliau sangat sering meminta papa dan mama membantu juga untuk melayani disana. Sehingga bertemu dengan beliau seperti bernostalgia kembali.

Kita menunggu Tante Like, KMJ GPIB Sion Banyumanik Semarang, mentor tahun ke II dari Fanny, sekaligus adik sepupunya papa. Yang selalu berdiskusi banyak hal dengan papa. Dan beberapa minggu sebelum papa meninggal, Tante like, suami dan anaknya, sempat tidur di PETRA, dikamar tidur yang disediakan untuk papa.

10.00

Tante Like, Suaminya (*serius saya lupa namanya hahajahahahhahhaahahah... Padahal om ini yang sepupuan sama papa.) Bersama Pdt. Marena dari Polpeskesnya Sion, Kenongo dan Ketua PKB. Kita ngobrol sebentar lalu berangkat menuju hotel untuk taruh barang.

Sepanjang jalan, Tante Like, Tante Elly mereka bercrita banyak ke mama tentang bagaimana Fanny. Tentang Flight of idea. Tentang linglung yang tiba2. Tentang banyak hal. Okey, ini ranah teologia sehingga saya tidak terlalu tau dan masuk jauh, saya hanya mendengarkan dan tertawa seadanya.

Satu hal yang pasti, papa saya tidak pernah salah dalam menilai panggilan hati seseorang, vikaris ini, sudah 3 kali gagal dalam tes, hingga akhirnya "ada" yang meminta tolong papa untuk membinanya, hingga akhirnya papa menjadi mentor I. Yang saya pahami, digembleng dibawah Ihalauw bukan sebuah hal yang "mudah" tanya aja sama vikaris2nya, Om Sem Karinda, Om Piet Souisa, Kak Yuniar Jauhari, Kak Roro, Kak Evi Zebua, dan beberapa orang lagi yang saya lupa. Ada fase selama masa vikariat mereka, mereka menangis karna "kekerasan dan ketegasan" ihalauw. Ada fase dimana mereka, takut akan bentakan juga hardikan Noke. Ga percaya tanya aja sendiri. Masih ada beberapa orang lagi sih yang "dibesarkan" dibawah "didikan" ihalauw, cuman saya lupa. Mereka tinggal dirumah sampe masuk jadi vikaris lalu keluar sebagai pendeta GPIB. Ihalauw, tidak pernah menuntut apapun, trima kasih pun tidak, yang penting kamu berhasil jadi orang dan melayani Yesus dengan sungguh. Itu aja.

Saya tidak mengenal Fanny dengan baik. Beberapa kali saja, saya melihat dia. Itupun pada acara2 perayaan gereja juga ulang tahun papa. Tapi untuk ngobrol secara aktif, nggalah. Saya bukan manusia seramah itu. Tapi, papa beberapa kali bercerita tentang vikarisnya, bagaimana karakternya, kejadian lucunya, sampai pada "kenapa dia bisa jadi vikarisnya". Kita? Oooooh gitu, selesai. Tidak ada yang tertarik untuk menelusuri atau mengenal. Kenapa? Ga penting untuk kita tau. Lagipula, dia bukan orang pertama yang papa bina supaya tidak gagal lagi.

For our secret, dulu ada seorang pendeta GPIB yang sebenernya gagal dalam evaluasi akhir. Saat itu papa adalah tim pembina vikaris GPIB. Tau apa yang noke buat? Dia masuk didalam rapat evaluasi itu dan dia pertaruhkan toganya untuk pendeta itu. Sampe ketua sinode saat itu sangat jengkel dengan papa. Karna jaminan papa, dia akhirnya diteguhkan menjadi Pendeta GPIB. Mau tau apa yang papa bilang? Kamu tidak bisa mengukur panggilan dan pengutusan Tuhan atas seseorang berdasarkan angka2 yang kamu tetapkan. Saya taruh toga saya, kalau kamu berani gagalkan dia menjadi pelayan Tuhan. Saya letakkan pakaian jabatan ini kalo kamu menggagalka anak orang yang orang tuanya berjerih lelah untuk dia menjadi Hamba Tuhan.

Dan mau tau, beberapa tahun lalu, dia menjadi salah satu orang yang menjelekkan papa. Lucu ya? Menjadi salah satu orang yang paling aktif untuk menjatuhkan GPIB dimedsos. Ketika itu terjadi, ketua sinode itu menelpon papa dan bilang "ale su liat dia yang dolo tu? Yang ale mati2an bela tu. Dia kas tai par se,Noke." Noke hanya tertawa saja. Sedih ya? Dia bahkan tidak membalas hal jahat dengan kejahatan. Sebenernya bisa ajakan, dia ceritain tentang pendeta itu di medsos juga. Bisa ajakan dia kasih tau, bahwa dia hampir gagal. Tapi, noke bukan orang seperti itu. Bukan. Kamu tidak akan bisa mengenalnya dengan baik, selain kita ber4.

Saya turun di hotel. Saya tidak ikut sampai ke gereja dan pospel kenongo. Karna saya merasa tidak penting juga keberadaan saya disana. Dan saya ngantuk, karna semalam begadang dengan amor eset. Biasa rumpi hahahahahahaha... Padahal obrolannya itu2 aja sih. Ngga tau kenapa tiba2 udah subuh aja.

20.00

Mama dan rombongan datang untuk menjemput saya makan malam. Ternyata saya baru tau, kalo disamping kamar kita itu ada Oom Pdt. Benyamin Syauta (*mewakili GPIB Petra Bogor sebagai tempat vikaris Tahun I) dan juga ada PHMJ GPIB Petra Bogor. Rame ternyata!

Kita makan malam bersama. Cuman ada yang sedikit menyita perhatian saya, bahkan sampe malam itu, khotbahnya Vikaris itu masih juga ada koreksinya. Padahal kalo cerita papa dan mama (*bukan ngebandingin ya) ketika mereka mau peneguhan malamnya sudah selesai semuanya. Bahkan khotbah "sulung" mereka tidak ada koreksinya. Dan sudah siap dari jauh hari. Okeh, mungkin zaman berbeda hingga ada hal2 yang harus diperbaiki. (*Sekali lagi, teologi bukan ranah saya, sehingga mengomentari hal2 tentangnya adalah hal yang tidak semestinya)

Pulang ke Hotel, seperti biasa. Saya dan mama cerita dulu. Hahahahahahahahahahaha... Membahas ini dan itu, mama bercerita banyak tentang pergumulan keluarganya. Saya cukup prihatin mendengarnya. Thats it, setiap "rumah" memiliki pergumulannya, setiap "keluarga" punya bebannya. Iyakan?

Jadi jangan pernah, menaruh ukuranmu atau mengukur seseorang dengan ukuranmu. Itu salah. Percaya deh, ngga pernah ada manusia yang menginginkan musibah atau kemalangan dalam hidupnya. Tapi ketika itu terjadi, mennjadi kuat adalah keharusan bukan lagi sebuah pilihan.

9 desember

GPIB Sion Banyumanik.

Gereja ini unik, minimalis, namun tertata dengan baik. Jemaatnya kurang dari 300 KK yang saya dengar. Hari ini adalah pertama kalinya dalam sejarah GPIB Sion Banyumanik, menyelenggarakan peneguhan pelayan firman dan sakramen. Ini sejarah. Dan dalam 19 tahun terakhir, inilah kali pertama ada kembali peneguhan pendeta di wilayah Kota Semarang (*khususnya GPIB).

Dan bagi saya, ini pertama kali saya mengikuti dan menyaksikan peneguhan pendeta. Speechless. Terharu. Merinding. Dan saya melihat papa berdiri diantara Tante Elly dan Oom Benny. Papa ikut menumpangkan tanganya memberikan berkat. Papa ada disana, untuk menghantarkan vikaris terakhirnya menuju gerbang baru sebagai seorang pelayan firman dan sakramen.

Im crying, Nok.

Ketika, Fanny memberikan kata sambutan, dia berterima kasih pada Papa. ....terima kasih untuk mentor pertama I pdt. Ihalauw, beliau benar2 hamba Tuhan yang luar biasa. Orang mau bilang apapun tentang beliau, bagi saya, beliau adalah pelayan Tuhan yang setia memikul salib kristus sampai pada akhirnya. Pakaian jabatan saya ini, beliau yang memberikannya. Bahkan pakaiannya ini sudah ada sebelum evaluasi akhir saya. Ketika saya ke bogor ada pertemuan mupel, beliau bilang "pakaianmu sudah ada ya", jadi setiap kali saya masuk kamar,lihat toga ini, saya menangis mengingat beliau....

Dan, yeeesss... Saya menangis,pa. Saya bisa mengerti bagaimana terimakasihnya untuk bimbingan papa. Bagaimana terimakasihnya karna Yesus memakai papa untuk mewujudkan panggilannya yang tertunda selama ini. Bagaimana bisa, saya tidak bersyukur karna memilikimu, seumur hidup saya, sebagai papa. I always miss you,pa.

Setelah selesai acara, kita pulang ke hotel. Dan malamnya kita jalan2 dengan Tante Penny, Tante conni, dan oom pdt.Benny. menikmati semarang diwaktu malam,pa. Papa ingat, kapan terakhir kita mampir disemarang sebelum ke salatiga. Tapi waktu itu kita mampir ke GPIB Immanuel Semarang. Ituloh,pa...pas ulang tahunnya Bukit Kasih,pa. Kita longroad jalan darat aja. Iyakan?

Paaaaa, mau tau, hal tersweet yang terjadi pas kita makan malam. Tiba2 tante penny (*phmj petra bogor) bilang untuk kita "bu sin, pak pendeta ari itu cinta banget loh sama Ibu. Bapak itu cemburuan sama ibu." Hahahahahahaahahahaha... Nok, itu bukan rahasia lagi'kan? Kita tau banget bahwa papa ngga bisa kalo mama ngga ada. Papa bisa uring2an kalo mama belum pulang. Apalagi kalo perkunjungan. Bahkan kadang papa jemput ke gereja dengan alasan "udah kelamaan perginya" wakakakakakakakak.... Apaaaaaaaa cobaaaaaa,nok.

Orang yang pertama kali papa cari ketika masuk rumah adalah "mamaaa siiiin", "nonaaaaaaa", "mamaaaaaaa", itu aja dulu. Baru kita anak2. Kalo kita jawab "mama masih pelayanan", papa akan duduk di kursi coklatnya sambil menggerutu "pelayanan apa sih, sampe lama amat." Lalu kalo kita jawab "digereja,pa" hitungin aja 20 menit kemudian, papa akan ambil kunci mobil. "Mau kemana,pa?" Dan jawabnya "jemput mama digereja." Hahahahahaahahahahahahahahahaa...

Kocakkan? Yeppp...thats my noke and his sinsi.

Pa, Fanny mengucapkan rasa terima kasih dan hormatnya untuk papa. Semua pendeta yang datangpun, bertanya bagaimana kita, setelah papa pergi.

Bahkan tante like bilang dalam setiap forum2 yang biasanya papa ada, mereka selalu menyebutkan nama papa. Orang pintarnya GPIB. Terkesan sombong ya? Hahahahahahahahhaaa... Saya pa, saya yang begitu sombong, karna memiliki papa. Saya,pa. Saya yang selalu bangga menghadiri rapat2 sinode atau persidangan2 gpib atau pembinaan vikariat hingga kadang pertemuan departemen teologi, bersama papa. Kenapa? Karna disatu sisi, saya tau, tidak ada yang bisa "mengalahkan" papanya saya. Tidak ada yang bisa "mencapai" otaknya papa saya. Saya,pa. Mungkin karna kesombongan saya, Yesus memanggil papa kembali. Supaya saya belajar menundukkan kepala pada setiap ego yang biasanya papa diijinkan. Supaya saya belajar berdamai dengan kekerasan kepala saya, karna papa ada sebagai pembela saya.

Yesus mengajarkan saya untuk rendah hati, dengan mengambil ego terbesar saya. Noke. Merengut seluruh kesombongan saya. Meluluh lantahkan ke-sok-pamer-an saya. Menghantam jatuh angkuh saya.

Papa akan tersenyum bila dia membaca ini. Sejauh yang saya tau, berdiri disamping papa adalah kenangan terbaik didalam hidup saya. Ego terbesar saya. Noke.

Lucukan? Bahkan mungkin sebagian orang akan mencibir, kok bisa menuhankan papanya. Kok bisa segitunya membanggakan papanya. Padahal papanya selalu bermasalah. Kasar. Tempramen. Harus mau didengar. Bukain aib orang dimimbar. Gimana sih!

Tanpa kalian bilangpun, saya mengenal Noke dengan baik. Baik buruknya, saya tau. Kalian mengenal hal yang terlihat dari luarnya. Tapi, bila kamu, benar2 mengenal beliau seutuhnya, kamu akan tahu, mengapa saya begitu mengaguminya. Mencintainya. Membanggakannya.

Kamu akan mengerti mengapa sampai hari ini, kenangan tentangnya adalah hal pertama yang melemahkan saya.

Papa saya, bukan manusia tanpa dosa, tanpa cacat, tanpa cela, tapi... Bahkan didalam kekurangannya, dia tidak pernah mematikan piring nasi orang. Dalam kelemahannya, dia tidak pernah membalaskan kejahatan orang untuknya dengan kejahatan. Dalam ketidakberdayaannya, dia memanusiakan manusia lebih dari yang kamu bayangkan. Dalam keburukkannya yang mereka teriakkan, dia ikut berbela rasa bersama janda,anak yatim dan orang susah. Dia, menjadi milik semua jemaatnya. Yang walaupun tidak melayani hari minggu, beliau akan tempat pergi ke Petra untuk menyambut mereka dimuka pintu.

Beliau, yang kamu klaim sebagai pendosa itu, adalah papa saya, kebanggaan saya. Dan sampai kapanpun, kamu tidak akan melihat dan menemukan yang seperti beliau.

Ada orang yang hidupnya panjang namun tidak berguna bagi hidup banyak orang. Namun ada orang yang hidupnya pendek, namun apa yang dilakukannya cukup banyak menyentuh hati banyak orang.

Untuk semua orang yang pernah merasakan pelayanan papa dan merasa terberkati karna kehadirannya, bersyukurlah kalian sebab pernah disuatu masa, kamu dilayani oleh beliau, yang tidak pernah membedakan rupamu, hartamu, kedudukanmu. Beliau yang memberikan hidupnya untuk pelayanan dan menerima segala konsekuensi dari melayani serta menegakkan ajaran Yesus ditengah umat.

Beliau yang kamu sebut pdt.ihalauw. namun saya, diberikan berkat untuk memanggilnya papa, dan meletakkannya pada inti jantung saya.

Benyada remals "dyzcabz"

7 bulan, namun setiap namanya disebut. Hati saya masih sedih dan hancur.

Komentar

  1. Oh jadi papa kamu bersaudara dengan suaminya pdt Like?? Mereka kebetulan orang sekampung dengan orang tua saya dan sepertinya dengan pdt Like saya ada hubungan keluarga tapi ngga tau bagaimana garis keturunannya mungkin keluarga jauh kali yaaa... Gak penting juga sih...
    Saya setuju dengan prinsip papa kamu. Bahwa... siapa yang berani... menggagalkan panggilan Tuhan untuk seseorang yang akan melayani Dia? Makanya saya juga heran di GPIB ada pdt yang dipecat lalu tidak boleh pake toga lagi dan gelar pdt nya dicabut selamanya padahal kan yang memberkati pdt tsb pada saat peneguhan adalah Tuhan sendiri yang diwakilkan oleh tangan manusia. Apakah berkat tsb bisa dicabut dari pdt yang dipecat itu? Menurut saya sih nggak... Tapi untuk hal ini saya juga perlu diskusi dengan ahlinya.
    Lagi lagi Tuhan itu memang baik ya buat papa kamu. Di akhir karier nya sebagai hamba Tuhan bukan hanya bangunan gereja megah yang beliau dirikan tapi papa kamu masih dikasih kesempatan untuk mencetak seorang hamba Tuhan lagi walaupun vikaris itu sudah gagal berkali-kali tapi ditangan papa kamu dan pdt Like dia selamat dan jadi pdt bahkan kamu lihat papa kamu ikut tumpang tangan buat dia...saya sampai speechless membacanya... Terharu banget
    Buat saya hidup papa kamu memang singkat karena penyakitnya tapi padat dalam karya pelayanannya karena tekad beliau memang hidup untuk Tuhan bukan untuk yang lain bahkan keluarganya pun dikesampingkan jika beliau harus memilih. Sangat berbeda dengan yang lain termasuk yang di tempat saya.
    Seperti yang pdt Fanny bilang bahwa orang mau bilang papa kamu sejelek apapun tapi bagi dia papa kamu hamba Tuhan yang luar biasa... Itu bener banget dan sebetulnya banyak orang kok yang bilang begitu saat papa kamu tiada makanya ribuan orang datang melihat dan menghormati kepergian beliau dengan air mata. Saat papa kamu sudah dikremasi saya sengaja bikin status saya memuji beliau dan menutup dengan kalimat "tak ada gading yang tak retak" yang sebetulnya menyindir mereka yang merasa sok suci dan sok benar. Kamu memang beruntung jadi anaknya dan mama kamu beruntung jadi istrinya.
    Btw pdt siapa sih yang kurang ajar banget sudah ditolong jadi pdt malah menjelekkan papa kamu... Kacang lupa kulit... Kamu kalo cerita suka bikin saya penasaran...

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

25 Facts about me

25 facts about me Ini salah satu chalenge yang agak menatang bin unik, karena saya harus benar-benar mengenali siapa dan bagaimana saya. Memang hanya sebuah keisengan saja, tapi tetap saja, membuat saya berpikir cukup keras untuk ini... And, this is it... 25 fact about me : 1. Saya adalah sulung dari 5 bersaudara, namun tunggal perempuan dari 3 bersaudara, kedua adik perempuan saya meninggal. Dirumah semua memanggil saya Kakak, bahkan yang lebih tua dari saya. (*kocakkan?) 2. Saya lahir di Salatiga, tumbuh dan berkembang di berbagai kota, palembang, surabaya, makasar, namun sebagian umur saya, dihabiskan di Metropolitan. Hmmm,,,,tapi saya Ambon! 3. Saya menghabiskan waktu luang saya dengan nulis, denger musik, baca buku, but almost novel my fave reading. Hohoho... 4. Hal yang tidak pernah salah buat saya adalah CHOKI-CHOKI, karena teman terbaik sekaligus musuh teeberat saya (*sometimes) Yep, Im chocofreak!  5. Saya suka bertualang kemana saja. Apalagi kepegunungan. T...

Obsesi YANG SALAH!!!

Obsesi yang salah! Saturday, September 25, 2010 6:15 AM Mungkin aku harus mengatakan BAHWA aku PEREMPUAN yang sangat beruntung! Dengan segala keterbatasan yang aku miliki,aku mampu memikat hati siapa saja. Aku mampu mendiamkan,ANJING HERDER!<loh kok=""></loh> ************************************************************** Kenapa aku mengatakan AKU BERUNTUNG??? Disatu sisi,aku dicintai oleh seorang lelaki yang nyaris sempurna. Dia memiliki ketampanan dan kemapanan yang menjadikannya sebuah OBSESI yang diminati oleh setiap HAWA. Kecuali aku! Aku benci COWO! Mereka adalah makhluk egois yang tidak pantas dicintai. Mereka lebih baik untuk dicampakkan. Tidak ada toleransi untuk rasa benciku pada makhluk terkutuk itu. Aku membenci mereka. Sangat membenci mereka. Entah untuk alasan apa! Tapi,AKU MEMBENCI COWO. Sampai DIA datang… Membuatku runtuh dari KESOMBONGANku yang menilai bahwa akulah yang paling benar tentang segala hal. Dia menamp...

I am a proud sister!!!

I am a proud sister!!!! First thing first... Congratz, Melf! Calon Sp.B menunggu waktu aja sih. Pembicaraan tentang sekolah lagi itu sudah ada beberapa tahun ke belakang, sejak PTT, well kita udah hampir 8 tahunan jadi dokter. Mulai dari dokter ptt di pedalaman, hingga magang di RSUD, hingga akhirnya menetap dan menjadi PNS di RSUD Kota Sorong lalu di angkat menjadi Kepala IGD (*melf) Jadi saya mengerti betul, bahwa kakak saya sangat menginginkan "sekolah" lagi. Sama saya juga. Tapi, usia epit adalah batas rawan. Kenapa? Dia udah 33, tahun ini, 34. Sedangkan batas usia yang di tetapkan itu 35 tahun. Jadi saya mengerti betul, kenapa dia berjuang dan berusaha sekuatnya untuk masuk PPDS. Mungkin ada banyak yang akan bertanya, ngapain sih ngotot jadi ppds atau sekolah spesialis. Toh udah dokter, ngga capek sekolah lagi. Well, tergantung caramu memandang sebuah "nilai" dari gelar yang tersemat. Untuk kami, menjadi Spesialis bukan hanya tentang "keuntungan...