Kejadian
belakangan ini membuat saya perlu, emegency
exit terdekat untuk menadapatkan
Emergency "mood booster". My mood
underreconstruction. So i need some help. Could you please?
Saya bolos
jaga, bukan ding, saya izin jaga. Saya
sedang tidak ingin berada pada zona itu. Saya ingin berada pada zona kenyamanan
saya. Am i too skeptic? Maybe. Ah,
seandainya saja, saya pintar untuk menolak "permintaan" itu. Mungkin ceritanya tidak akan semenyedihkan itu. Iya
kan?
Saya lebih
pintar menyakiti diri sendiri, kalo kata tom2. ah,
i miss him, so much!
Lalu,
disinilah kita. Duduk bersama kopi itemnya Mang Jo, ditemani pisang goreng,
sukun goreng, nasi pecel dengan sambel matah plus sambel kacang untuk
"dicocol". Kadang, emergency exit itu
ada didekatmu, sangat dekat, sahabatmu, mereka yang menjadi bagian support
systemmu. Yang tidak akan berpaling pada setiap kejadian yang meruntuhkan hati
dan memadamkan logika. Mereka masih berdiri dan tinggal denganmu, disaat hingar
bingar menjauh dan gemerlap pesta memudar. And, thats my emergency exit.
Nita. Rara. Mbul. Rasta. Rong2. minus tom2.
"jadi,
hows life trooops?" seru Mbul nyaring, sambil menjatuhkan badannya
disebelah saya.
"Maybe
good, sometimes bad. But always awesome" jawab rong-rong dengan mulut
penuh. Rong-rong lagi naksir cewe yang udah
punya cowo ghahhahahahahahahahahhaa....
"nyet?
Lo gimana?"
Saya
melengos dan menyenderkan kepala pada bahu Mbul. "apanya?"
"Daniel?"
jawab Rasta cepat, terlalu cepat bahkan!
"dia ga
butuh lo jelasin?" tanya Mbul sambil menepuk pelan tangan saya.
Saya
menghela nafas berat. "kalo yedijah udah menghela nafas berat, artinya ada
sesuatu yang sulit dia jelaskan. Bukan begitu, kang?" ucap Rong2 sambil
nyengir dan tidak terlihat bagus untuk dinikmati.
"gue
setuju sama kukang. Jangan masuk didalam keluarga yang sedari awal udah ga
respect sama keluarga kita. Itu deadblock! Yang nantinya bakalan ada episode
memuakkan setelah ijab kabul selesai! Trust me,dude. It didnt work! Married
isnt simple things! No. Big NO!" tandas Rara yang baru beberapa menit lalu
duduk diseberangku sambil memangku buku menu, yang
sebenernya ga perlu ada juga buku menu, karna menunya udah dihapalin dan
itu-itu aja.
"tapi,
kukang belom married,rarce. Dia baru memulai dengan daniel. Eh gimana kalo kita
ubah ?panggilannya jadi harpot? Hm?" usul Rong2 jail, saya tersenyum
kearahnya.
"kenapa
harpot?"
"udah
sih ga usah dibahas kenapa. Atau lo ga mau merusak namanya karna sebenernya lo
masih sayang sama dia?" tantang Rasta yang sedari tadi diam sambil
mengunyah kacang, yang sudah habis setengah toples astor! Dude, its gonna be long long long night!
Saya tertawa
mendengarnya. "sayang? Ta, sayang itu udah tingkat lanjut dari cinta. Dia
jauh lebih besar dari cinta. Ketika gue bilang sayang ke orang, itu artinya,
bahkan untuk membunuhpun demi orang itu, gue
akan ngelakuinnya dengan sadar."
Rong2 dan
Rasta bertepuk tangan dan berdiri. Tolol kan? Apa coba, ngapain coba pake acara
berdiri! Emang sedeng bin gobs mereka itu. Tapi
tanpa mereka, hidup terasa tawar untuk dilewati.
"lalu?
Harpot ga nelpon lagi? Email?"
"udah
gue block. Email? Ga tau. Males cek nya. Anggap aja udah mati. Selesai. Ga
perlu tau."
"lalu
yang membuat lo "galau" malam ini????" celetuk Nita
"emang
gue galau? Atau gue ganti pertanyaannya. Emang gue terlihat segalau itu?"
"ngga
sih, cuman muka lo "meredup", ga kek biasanya aja. Semacam somthing
missing. And you dont know how to fix it,broooh!." lanjut Nita
Saya tertawa
lagi. "Lets say this, ada moment yang
hilang, ketika lo berusaha belajar membuka diri lo untuk orang lain. Lo belajar
ntuk mematikan segala ego dan keras kepala. Lo melihat sekitar lo begitu senang
dengan hubungan baru yang bahkan lo sendiri masih ragu untuk ngejalanin. Tapi
ngeliat mama, amor, eset bersemangat tentang itu, membuat sesuatu dalam
"prinsip" lo sedikit "berkompromi" dengan keadaan. And,
then... Itu dihancurin secepat itu. Gue ga tau ya, tapi ketika gue bicara sama
mama tentang harpot.... (*melirik ke rong2 dan tertawa.) ....mama tuh terlihat
senang, bahwa mungkin aja, beliau berpkir setelah noke pergi, gue punya
"tempat lain" untuk belajar berbagi. Gue mungkin punya fokus lain
tentang masa depan, selain spesialis. Gue tau itu, sekalipun mama ngga bilang.
Tapi.... (*neguk greensand dan mencocol pisgor disambel.).....gue ga pernah
bener2 "jatuh" pada harpot. Serius. Gue cuman memakai kesempatan
bahwa mungkin ada "kemungkinan-kemungkinan" lain selain kepergian
papa yang harus gue tangisi. Kehilangan NOKE terlalu besar untuk disandingkan
dengan orang baru itu. Makanya, ketika gue menghadapi situasi tai itu. Gue
sebenernya ga begitu "hancur" cuman gue sedih karena ada orang lain
yang bisa menjelekkan papa segitu bangsatnya! Itu aja. Tapi, tentang harpot?
Gue sujud syukur bahwa pada akhirnya gue ga dengan dia. Bahwa ada alasan yang
benar, untuk tidak lagi berhubungan."
"jadi
lo ngga suka sama harpot?" tanya Rasta melotot kaget. Berasak pengen ditimpukin piring ga sih!
"gue
suka sebagai teman. Sebagai orang yang.... Apa ya. Hmmm.... Menunggu gue selama
itu. Tapi, something about him, yang membuat gue berpikir berulang kali. Beneran dia? Beneran ini yang Tuhan mau?"
"SOMETHING
ABOUT HIM? Apaan? Eh jangan sok cenayang deh lo! Jadi maksud lo, kalopun ga ada
kejadian itu, lo ga bakalan lanjut dengan harpot?" Mbul bertanya dengan
mimik terkejut
"gue ga
tau. Jadi atau ngga. Hidupkan gambling,mbul. Seperti yang semua orang pintar
dan sok bjak bilang jalanin aja dulu. Gue
melakukan itu. Menjalani itu dengan dia. Tapi, di hati kecil gue, rasanya bukan dia yang harusnya disitu. Karna apa ya,
gue selalu bisa merasakan bahwa "thats him" disaat pertama kali gue
makan dengan cowo itu. Hmmmm... Gue ga suka cowo yang buat gue deg-degan
ketika jalan dengan dia. Tapi, gue mau cowo yang ketika gue jalan dengan
dia,menyamankan. Nyaman. "
"smiley
eyes? Ga masuk tuh kriteria KONYOL LO? KATANYA ITU HARPOT BANGET."
Saya tertawa
geli. "apa karena dia ambon?" tanya Rara tibat-iba
"hm.
Thats another reason. Dia ambon. Dan lo taukan, dalam
daftar balonmi gue, itu adalah blacklist terutama. "
"ati2
nyet. Biasanya yang lo blacklist itu yang bakalan jadi sama lo. Tapikan Om Noke
suka sama cowo ambon. Siapa tuh yang terakhir? Yang tinggi kayak girafe itukan?
Bukannya lo bilang Om Noke suka?"
"Papa
memang maunya ambon. Makanya cewenya amor dapet
lampu ijo. Tapikan, gue ga mau. Terserah gue dong."
"bukannya
cowo ambon itu romantis ya? Om Noke kan?" tanya Nita geli
"Eh,
manusia ga hidup dari romantis doang,nyem!"
"tapikan
lo liat si glenn, gila... Gue nonton konsernya aja, ah sinting.... Gue mau satu
kayak gitu dirumah. Buat gue suruh nyanyi kalo lagi boring." Rara
"Lo
kata si glenn itu boneka koin? Yang bisa asal lo suruh2. Ra, plis... Disini
cuman ada bir bukan BM. So dont get drunk before the time." ucapan Mbul
itu diikuti gelak tawa kita.
See? I need them. All of them. Without any doubt. My
support system. Another reason, why am i still be "kukang" today.
"lo
harus bersyukur,nyet. Seenggaknya lo belom sampe menikah. Gue ga mau lo
ngalamin itu setelah menikah. Hidup dengan keluarga yang tidak menghormati
keluarga kita itu sama dengan tinggal dipinggiran neraka." terang Rara. Dia bergeming sambil menatap makanan yang mulai
kosong dipiring2 meja. Memainkan jemari dan rambutnya. Hal yang dia buat ketika
gelisah. Rara sangat ekspresif. Kegelisahan dan kemarahannya selalu
dibahasakan dengan baik melalui gesture.
"Ga ada
yang pernah bilang menikah itu gampang. Iyakan? Kita dituntut mengikuti alur
"happy endingnya" orang lain. Bahwa menikah itu sebuah keharusan, karena lo udah mapan, lo udah tua, lo harus punya
masa depan. Padahal? Ada berapa banyak pernikahan yang benar-benar
bahagia? Hm? Ada berapa banyak pasangan yang akhirnya berusaha bertahan dan
mempertahankan? Seolah pernikahan sebuah permainan benteng? Atau menjaga nama
baik keluarga? Supaya tidak malu, kalo ternyata setelah 10 tahun ada banyak
ketidak cocokan yang terjadi? .... (*tertawa sumbang) ....menikah menurut gue, hanyalah penjara atas nama masa depan yang dibilang
sebagian orang tua. Mereka nanemin mindset bodoh itu. Bahwa kita harus menikah.
Padahal apa salahnya jadi singel dan happy? Daripada bertahan dalam situasi
bodoh yang memuakkan." jelas Nita sambil menyulut rokok kesekiannya
sejak tiba.
Rasta dan
Mbul tertawa mendengar pidato panjang Nita. "Tong, lo married. So?"
balik Rasta dengan mimik bodoh
"Gue
benci stag pada situasi bodoh dimana gue ga bisa keluar. Karena gue ga mau
ngelukain siapapun. Tapi bertahan didalam "pernikahan" yang absurd
juga ga sehatkan? Lo hanya berakting bahwa semuanya baik. Semuanya bagus. Bahwa
tidak ada cinta disana! Didalamnya kosong. Gue dan Mas, tidak menemukan alasan
lain untuk pulang ke rumah. Kecuali, anjing cow-cownya. Kecuali ketakutan kami
pada mertua gue dan ibu! Gue kadang mikir, hidup
siapa yang lagi gue pinjem dan peranin. Mimpi siapa yang lagi gue jalanin? Ke
kantor dan kalian adalah pelarian terbaik."
"Lo
masih mikirin si kampret?" tanyaku tiba-tiba
Nita
menggeleng mantap. "ini bukan tentang hati gue, nyet. Ini tentang
pernikahan gue yang entah kenapa berasa kosong. Ga ada tuh cerita romantis yang
biasanya lo tulis dan bilang. Ga ada ciuman selamat pagi atau sex before office
time. Ga ada tuh manja-manja tolol dipelukan suami. Ga ada,nyet! Yang ada
adalah gue bangun, Mas udah kekantor. Sepi. Gue siap2 ngantor ditemenin anjing.
Secangkir coffe dan semangkuk oatmeal granola. Dan text sedatar "aku
duluan". See? Gue balik dari kantor dengan setumpuk kegiatan yang masih
harus gue jabanin dirumah. Masak? No, not me. Kita delivery dan gue bawa ke
laundry pakaian. Pulang, mandi, dan Mas masih kena macet. Dia pulang gue udah
ngorok diatas tumpukan kertas gue. Dan begitu selama 5 tahun terakhir ini. My
happy perfect married life!" tandas Nita sinis
"lalu
lo menikah karena?" tanyaku lagi
"karena
dilamar. Karna saat itu gue pikir, Mas adalah yang harus gue nikahin. Setelah
sekian lama kita dekat. Dan mau tau alasan Mas si suami gue? Oh..... (*menarik
nafas panjang dan dalam) ....karena sudah
didesak nyokapnya! Dan gue adalah pilihan terbaik saat itu! "
"buat
anak gih" celetuk rong2
"ANAK?
Lo pikir anak bakalan nyelesaiin masalah gue? Rong, plis! Anak ngga bakalan
ngeluarin gue dari situasi tolol ini. Gue butuh orang yang bisa.... (*kehabisan
kata. Berpikir sejenak. Menatap ke arah kita bergantian) ...
Kita menatap
Nita, menunggu jawabannya. Benar-benar menunggu jawabannya.
...bisa mengimbangi kediaman gue. Bisa mengisi apa yang
selama ini kosong. Bukan cuman status dikertas. Nama panjang dibelakang.
Parner sex sebagai kewajiban! Bukan itu. Tapi itu yang gue alamin. Dan gue,
demi ALLAH, gue bertahan sekuat ini, untuk
menjauhkan kata pisah dari kepala, hati dan seluruh kamus hidup gue. Tapi
semakin gue mencoba, justru gue kehilangan "gue". Gue menjadi manusia
yang munafik. Gue ga sebebas ini. Gue seolah menjalani peran orang lain didalam
tubuh gue. Peran yang gue buat sesempurna mungkin didepan ibu dan mertua gue
dan seluruh keluarga gue. Dan, gue capek. Gue
bener-bener capek,nyet. Gue butuh emergency exit terdekat yang bisa selamatin
gue."
"...janji nikah bukan sesuatu yang mudah untuk dijalani,
mungkin mudah dihafalkan dan diucapkan. Tapi jauh lebih susah dipertanggung
jawabkan. Gue ngerti posisi Nita. Karna itu yang gue alami dengan fidel. Lo
liat, udah berjalan berapa tahun, sejak kita di mediasi. Dan berjanji bahwa
akan mencoba. Nyatanya? Kian mentah. Bahkan terkadang mental. Gue ga ngerti
gimana caranya. Gue ga tau gimana normalinnya. Gue cuman... (*tertunduk)...
(*butiran bening itu luruh dengan sempurna) ....mau bahagia dengan fidel, ada
atau tanpa anak. Apa itu salah? Semua orang berteriak bahwa gue harus berjuang,
harus berubah, harus ini, itu, begini, begitu. Tapi mereka ga pernah tau, bahwa
setiap malam, fidel ga pernah sekamar dengan gue. Kita hidup serumah dengan
kamar terpisah. See? Dia seperti membangun tembok untuk gue. Dia menjadi asing.
Orang yang ga pernah bisa gue kenalin lagi. Gimana caranya gue ngembaliin hati
yang sudah hilang rasa?"
Rong2
memeluk Rara, melabuhkan kepalanya pada dadanya. Saya terdiam. Bahkan seorang sahabat memiliki beban dan rahasia
yang sulit untuk dibahasakan. Mbul menepuk tangan saya. "Kita semua sedang tidak baik-baik saja
kan?"
Rasta
mengangguk. Dia melempar sebungkus rokok pada Rong2.
"LO
tau, hal-hal seperti ini, yang membuat gue
bener-bener "memikirkan" pernikahan dengan bijak! Sangat bijak. Karna
bagi gue, gue ga mau menghabiskan hidup gue dengan orang yang salah. Salah
mencintai ga seberat, ketika lo salah menikahi. Karna ketika lo salah
mencintai, yang terluka hanya lo. Tapi ketika lo salah menikahi, ada banyak
hati yang harus lo pikirin. Iyakan? Hati dimana, "kehormatan" mereka
ditaruh diatas lo. Menikah memang ga segampang yang orang kira. Tapi,
Nit... Anggaplah pernikahan lo sekosong yang lo
bilang. Anggaplah Mas lo se-membosan-kan itu. Bukannya lo sebagai istri
yang harus "menjadi pencair" suasana? Soorryy, gue ga mojokkin lo.
Tapi, ketika lo menikah dengan cowo super cuek
dan diam. Introvert? Lo emanng mesti kerja keras untuk itu. Plis, jangan
nyerah ya? Karna kalo lo sampe nyerah, gue
bakalan berpikir ribuan kali, untuk walk down the aisle. Serius. "
"heeeh,
ga usah ngecap kebanyakan lo, nyet! Walk down the aisle, wooooiiii, cari aja
dulu sama siapa! Sok laku loh!" ejek rong2 tiba. Dan tiba2 kita tertawa. Tanpa sebab. Tanpa awal. Dan tidak berakhir.
"kan
cita-cita,nyemot! Harus digantungkan setinggi-tingginya,
seindah-indahnya!"
Rasta
melempar kotak rokok ke arahku. "tenang,nyet.
Masih ada gue. Gue temenin lo."
Receh kan?
Becandaan ga lucu sebenere. Dan ga penting. Sangat ga penting!
Hahahaahhaahhahaaa... Hal-hal ga penting,
seperti menertawakan lelucon yang ga lucu2 amat itu, membuat kita bersahabat
hingga lebih dari setengah umur saya!
"Nyet,
lo masih inget Noke?" tanya Rara tiba-tiba
"Masihlah.
Kangen banget malah. Kehilangan Noke itu hal
terberat dalam hidup gue. Gue kehilangan ego terbesar dalam hidup gue.
Kalian taulah ya, gimana noke. Gimana manjanya gue dan dimanjain gue. Kadang
gue mikir, apa ya salah gue, sampe Noke harus
diambil begitu cepat. Gue masih cengeng, walaupun udah lumayan kurang.
Gue kangen papa. Banget."
Mbul
memelukku. "tanggal 17 kemaren, gue doain
Om. Biar beliau senang disana."
"jadi disini dia ga senang,mbul?" tanyaku
jengkel
"ya kalo anaknya kayak lo, mungkin sih
ya? Lo adalah duplikatnya. Ke-grumpy-an lo adalah hal terburuk yang gue tau.
Seriusly, nyet... Lo kalo marah dan ngedumel, ga pernah ga berhasil bikin orang
lain tersinggung!" ungkap Rong2
"Hm.
Setuju. Inget waktu di Blok A ga? Si ayam penyet yang tertukar! Gilaaaaak.
Kadang ya, kadang... Gue tuh mikir, lo tuh didalam tubuh lo yang "terlihat
anggun" ada buto ijo loh sembunyi. Wakakkakakakakakkakaaa.... Lo kalo
meledak ga nanggung broooh. Kalah tuh tabung gas 3 kilo. Inget waktu bempernya
tom2 ringsek sama CRV ijo itu? Trus lo turun dan nendang pintunya dan tangannya
kejepit. Gilak kan?" cerita Rasta semangat
Saya tertawa
geli. "wakkakakakakkakakakakaa... Dan lo liat muka panik lo pas tangannya
kejepit? Wakkakakakkakakakakakaa... Lo pucat,nyong! .....
"dan
untuk pertama kalinya seorang Rasta "mundur" dan "minta
maaf" buat coverin lo,nyet!" teriak Nita
"lalu
pas pulang, ditilang setan topi putih gara-gara sim lo udah mati!
Wakakakkakakakakkaakaa.... "
"lalu
si jago akting ini,turun dan bilang dia dokter bedah yang mau operasi. Sambil
nunjukkin kartu idi ya?"
Hahahhahahahahhahahahahhahahahahhahaa....
Bego ya?
"itu
taon kapan sih kejadiannya?" tanyaku setelah berhenti tertawa geli
"kapan
ya? Pas lo masih sama Rafa ya? Atau Gerald?" tanya Rara yang berusaha
mengingat setelah tawanya reda. Disin yang kalo
ketawa ga bisa berenti itu saya dan rara. Dan yang ketawanya paling
"menggelegar" juga saya.
"bentar
deh, inget foto ini ga??????" Nita menunjuukan salah satu foto di HPNya. Gilaaaaaak lama beudh!
"innggeeeeet
bet gue! Itu pas acara marriednya mbak nana, trus kukang kebelet pipis tapi
takut kebelakang karena kucing! Tiba2 dibuat ketawa sama Rasta, eeehhhh... Dia
bocor disitu! Wakakakkkakakakakakakakakkakaaa.... Pas banget lagi moment
"basahnya"." jelas Rong2
Saya merebut
HPNya dan melihat foto memalukan itu. Saya terbungkus selimut hotel namun
"basah"nya terlihat jelas pada gaun tosca itu! Dan RASTA disebelah
saya sedang tertawa, didalam foto itu.
"Gue
cerita apa sih,nyet? Sampe kita berdua segeli itu?"
"itu
loh, muka bapak yang lagi salaman sama Mbak Nana, mukanya mirip makibao kan?
Dan entah kenapa pas kita lagi bicarain beliau, tiba-tiba dia nengok dengan
ekspresi yang "plis pak, stop it!". Dan gue selesai disitu."
"Lo
masih ga sih, "bocor" ?" tanya Rara geli
"hm,
masih. Puas? Thats genetic dude. Diturunin dari oma gue, ke tante dan mama.
See? Cerita konyol yang bikin geli bakalan bisa banget buat gue
"pee". Dan sampe hari ini, kadang gue dan mama gitu. Bego ya?"
"gilaaaak,
lo nyimpen foto apalagi? Eh keluarin dong,tong! Biar keliatan aibnya."seru
Mbul semangat
"Kita
udah temenan berapa lama sih?" ucap Nita
"15
tahun? Hahahahahahahahhaa... Gilak 15 tahun? Mulai dari culun, cinta monyet
ampe cinta gorila. Bolos sampe jadi dokter. Dari anak parkit sampe kemang
village. Ngemper di roti bakar eddy sampe cafe de wine. Kita jalalnin masa itu
loh. Bangke ga tuh. Mulai dari bonyok kita masih lengkap. Sampe satu-satu dari
mereka, pergi. Mulai dari remaja,
dewasa, menuju jompo. Dari lajang sampe married. We stayed together! Nangis
bareng. Ngadepin masalah bareng. Nyiapin acara bareng. Lo semua, adalah
kebanggaan gue. Selalu. Bahwa dalam acara
apapun, saat gue ga bisa ngandelin siapapun, gue tau lo semua pasti bisa
diandelin." Rong2 mengangkat gelas kopi hitamnya
"kita
ngebuktiin bahwa cewe dan cowo bisa bersahabat
tanpa terlibat hal2 sentimentil."
Saya
tertawa. "ya iyalah, kalo cowonya model lo semua, ya elah, mending selibat
gue!"
"nyet
plis, gue mungkin bukan kriteria lo, tapi jelas gue diincar sebagian besar
kawula muda endonesa" ucap Rasta
"yeeee
elah, si kampret basa lo, KAWULA MUDA, berat bet, situ kelahiran taon berapa?
Seangkatan omas?" ledek Mbul
Hahhahahahahahhahahahahahhahahahahahahahahahhahaah......
Jika tua nanti kkita telah hidup masing-masiing.
Ingatlah hari ini.
Demi bermain bersama kita duakan segalanya.
Merdeka kita. Kita merdeka.
Percaya
ngga. Pembicaraan penting ga penting ini, berakhirnya subuh. Ketika mama
telpon, bahwa kenapa belum juga pulang! Dan
ketika suaminya Nita yang mau berangkat ke airport telpon ada dimana?
Lalu kita
bergegas menaiki kendaraan masing-masing, tapi masih juga ceritain hal-hal
receh bin bodoh.
"Nyet,
nit, mbul, ati2 lo. Jangan balep. Kalo nyampe kasi tau." ucap Rasta
Saya
mengangguk. Kita selalu begini, semua masuk
mobil dan kendaraan masing2. lalu kita akan jalan bareng2. pasti begitu.
Walaupun arah kita berbeda. Tapi selalu harus beriringan.
Hidup pasti
memiliki lelucon konyolnya. Atau candaan yang kadang tidak selucu itu. Tapi,
bagaimanapun hidup membuatmu sulit tersenyum, coba
pastiin satu hal, sahabat2 lo selalu ada disitu, untuk menertawakan bagaimana
cara hidup mempermainkan kita.
Kamu boleh
hebat, kayak, terkenal. Tapi bila kamu tidak memiliki "sahabat" yang
benar, hidupmu rasanya formalitas saja!
Terima kasih
sahabat.
Saudara dari
lain ibu.
Benyada
Remals "dyzcabz"
Komentar
Posting Komentar