Saya berdiri didepan peti kenalan mama dan papa. Anak2nya menangis meraung2 meratapi kepergian papanya. Saya termangu menatapnya. Saya bergeming, menatap Oom itu. Terbujur kaku. Muka dan tangannya membiru.
Dejavu.
7 bulan lalu, papa saya berada dipeti. Berada pada posisi yang sama. Berada pada situasi yang sama. Kehilangan papa. Kitapun menangis. Kehilangan selalu menyisakan luka dan kekosongan yang memilukan.
Lalu, datang salah seorang temannya, memeluknya dan dengan ringan berucap... "Gue ngerti apa yang lo rasa. Jangan sedih. Lo harus kuat. Bokap lo udah sama Tuhan Yesus."
Didetik setelah mendengar itu, saya bergumam untuk diri saya... Kamu, siapapun kamu, kamu tidak akan pernah mengerti rasanya. Kamu tidak akan tau rasanya. Mungkin kita sama2 kehilangan papa, tapi mungkin saja, kedekatanmu dengan papamu, tidak sedekat dia dengan ayahnya. Jangan sedih? Kenapa tidak boleh bersedih? Yang terbujur kaku itu ayahnya, papanya, bagian penting dalam hidupnya, dia wajib dan wajar menangis. Kehilangan bagian penting dalam hidup adalah hal tersakit dengan logika tawar bahwa merelakan adalah bagian dari cerita ini. Jadi kalo ada manusia tolol yang berusaha simpati atau empati dengan mengucapkan hal2 bodoh seperti jangan sedih, jangan nangis... Dia pantas didamprat! Kalo kamu datang untuk berbelasungkawa, ucapkanlah kalimat2 yang menguatkan. Bukan melarang. Thats ok, bahwa jangan sedih itu diucapkan kalo papanya sudah meninggal 3 tahunan. Atau sudah 6-7 tahunan. Tapi kalo meninggalnya baru tadi, baru banget, apa hak lo,nyet... Buat bilang jangan sedih. Bisakan, cari kata yang jauh lebih bijak... "Yang kuat ya. Papa udah senang, papa tidak lagi sakit. Papa sudah sama Yesus." Atau "Lo boleh sedih, tapi inget, jangan sampe lo sakit, masih ada mama dan ade2 yang harus diliat", "Gue tau lo kuat, kalo lo butuh sesuatu, ada gue." Mungkin kalimat2 ini jauh lebih terdengar manusiawi. Wooooi, sedih, nangis, marah, itu sangat manusiawi. Paham?
Saya menatapnya dari seberang. Dia terus terisak dan sesegukkan. Saya mengerti rasanya. Saya paham kondisinya. Disaat seperti ini, tidak banyak kata yang dibutuhkan. Cukup pelukan. Thats it. Karna kata bijak apapun tidak akan berpengaruh. Atau kata2 penguatan apapun akan mental.
Ketika orang kehilangan, mereka tau apa yang seharusnya mereka atasi dan lakukan, hanya saja, mereka memberi jeda dan me-leluasa-kan diri mereka untuk menangisinya. Menghabiskan sedihnya. Cara termudah adalah membahasakannya lewat isakkan, ucapnya adalah derai airmata yang bertabur. Saat seperti ini, ada baiknya, anda memeluknya. Membuatnya bersandar dan menumpahkan emosinya. Karna isakkannya adalah tanda, bahwa dia butuh tempat untuk menangisi kehilangannya. Airmatanya adalah cerita yang butuh wadah untuk didengarkan. Bukan mendengarkan.
Ive told you...
Ketika, Noke meninggal. Saya tersenyum menghadapi semua orang. Saya... Saya, menguatkan hati saya, karna pada dasarnya saya tidak mudah menangis didepan banyak orang. Bukan hanya karena amor,eset terlebih mama, butuh orang yang menguatkan. Tapi, pada dasarnya, saya jarang menangisi sesuatu.
Namun malam terakhir bersama noke, saya turun ke kantornya. Saya menangis dan menjerit disana. Lalu, saya naik keatas, kedalam gedung gereja, saya duduk dikursi belakang dan saya menangis hingga fajar tiba. Saya menangis dan "meraung" hingga misel, Om jhon dan Om Jemi memeluk saya. Ketika, mama mendengar saya menangis, mama ikut menangis dan memanggil papa.
Saat saya mulai bisa mengontrol diri saya, saya menatap mimbar itu, dan papa berdiri disana. Tegak dengan toga kebanggaannya, tersenyum menatap saya. Saya tertunduk dan menangis. Apa hak saya menahannya pulang? Siapakah saya hingga melarangnya kembali pada Yesus? Sedangkan lihatlah beliau begitu tenang dan senang disana.
Saya menenangkan diri saya dan melantunkan lagu itu... Bersamamu bapa kulewati semua. Perkenananmu yang teguhkan hatiku. Engkau yang bertindak, memberi pertolongan. Anugrahmu besar, melimpah bagiku.
Walaupun, agak mengejutkan, mata saya tidak terlihat bengkak dan sembab. Saya terlihat biasa saja. (*Walaupun nangis sampe pagi) Ketika, lagi siap2 dikamarnya papa, saya bilang ke amor "mata saya bengkak banget ya?". Amor menggeleng. "Ngga ko keliatan biasa aja." Saya "serius? Sama sekali ga bengkak?" Eset masuk dan menatap saya. "Ngga kak. Ko keliatan biasa. Mama baaru keliatan bengkak." Amor "ko nangis?" Saya "menurut ko? Yang meninggal ini tetangga kita?" Eset "gila loh, ini hari kremasinya papa, kalian masih aja ngelawak." Saya "bukan,nyem. Ko denger babon inj, masak masih tanya saya nangis atau ngga." Amor "karna ko yang keliatan paling tenang,kak." Saya "tenang bukan berarti saya siap. Bukan berarti saya tidak hancur. Saya hanya ngga mau, liat papa sedih karna kita menangis." Eset "iyo dik. Papa janji, kita tidak boleh nangis." Amor "Mulai hari ini, kita ngga akan panggil nama itu lagi, papa. Kita udah sendiri dengan mama." Eset "iyo, ngga ada yang cerewet tentang sekolah dan tanya masih ada uang jajan ngga". Saya "ayoook cepetan nanti bapakmu nunggunya kelamaan" Eset "bapakmu? kalo ngomong suka bikin sakit hati aja"
Dan kita bertiga tertawa. Untuk hal yang mungkin saja tidak lucu bagi orang lain.
Dan kita bertiga tertawa. Untuk hal yang mungkin saja tidak lucu bagi orang lain.
I always miss you,Nok.
Ketika tamu yang melayat sudah sepi, lalu mereka duduk ber5 disamping peti. Dan salah satu pemuda memetik gitar, kita bernyanyi menemani mereka. Saya duduk didekat mama.
Saya memeluk mama. "Ingat papa ya,ma?" Mama mengangguk. "Mereka sudah dengan Tuhan Yesus." Saya bersender kebahu mama "jangan sedih,ma. Semua pasti baik2 aja."
Saat tengah malam, menjelang subuh, kita pamit pulang. Anaknya yang ke 3 mengantar kita ke mobil. Saya berjalan tepat disampingnya. Dia mengucapkan terimakasih dan sempat bercerita tentang papa.
"Nangislah sepuasnya. Ini waktunya. Karna besok saat peti ditutup, selamanya kita tidak bisa lagi menemukan papa. Hari2 setelah ini, jauh lebih berat. Tapi, jangan putus asa, Tuhan yesus selalu ada. Saya bilang begini, karna sampai hari ini, saya masih terus merindukan Noke. Take care ya."
Dia menjabat tangan saya dan airmatanya jatuh. Bagaimanapun ceritanya, kehilangan noke, bagi saya, seperti merengut separuh denyut nadi saya, memudarkan setengah semangat saya, meruntuhkan ego terhebat saya, mengambil paksa inti jantung saya. Jadi kamu pahamkan, mengapa sampai saat ini, saya begitu merindukannya?
7 bulan.
Pa, sudah 7 bulan dan saya prestasi terbaik saya adalah tidak merepotkan orang lain untuk hal2 kecil kebutuhan saya. Cengeng? Sudah lebih baik,pa. Walau kadang, nyetir mobil sendri dan "drama" kangen papa tiba2 selalu muncul. Atau tiba2 pulang jaga, pulangnya mampir bentar ke rumah depok itu, sekedar melihat terasnya papa.
Mungkin saja papa menunggu disana? Mungkin papa lupa kalo kita sudah pindah? Hahahahahahah... Bodohkan pa?
I dont even know, how to control my feeling. My mood swing. Ice cream? No,nok. It cant help. Chocolate? Nooo. Half of it, but not even better. Coffee? Im tolerate.
Papa selalu punya feeling yang jitu. Bila saya sakit, bila saya sedih, bila saya marah, kesel, bete, jengkel. Papa pasti tau. Pelukan papa dan jokes konyol itu kombinasi terbaik,pa. Drug of choice.
I still miss you, Mr.Grumpy.
Nok, jadi disana, udah sibuk apa aja? Pimpin? Pembinaan? Kunjungan orang sakit? Atau, mau membangun apalagi? Disana bebas makan ya? Teh manis? Refill terus tanpa protes ya? Cocacola? Tambah lagi tanpa takut ya? Gimana? Taman bunga disana udah dihias bunga apa aja? Anggrek? Suplir? Tanduk rusa? Gelombang cinta?
Natal sudah hampir dekat. Selamat mempersiapkan Natal diatas sana,pa.
Benyada remals "dyzcabz"
Kamu tidak harus berada diposisi yang sama dulu, untuk merasakan. Karna setiap kehilangan memilki ceritaya sendiri. Setidaknya, ketika kamu benar2 ikut berbela rasa, ucapkanlah dengan benar. Karna kadang, bahasa yang kamu ucapkan, tidak selalu dibutuhkan untuk didengar. Kehadiranmu sudah menguatkan. Terima kasih untuk turut bersimpati dengan sewajarnya.
Bagi saya, kehadiran adalah tindakan nyata yang membahasakan turut berduka. Lantunannya adalah pelukan dan jabatan.
Kamu hebat kamu kuat. Kalo orang lain yang sama dekatnya seperti kamu dan papa kamu mungkin dia bisa sakit atau jiwanya terganggu dst... Dan hidupnya berantakan... Saya pernah melihat hal itu...
BalasHapusUntungnya papa kamu mendidik anak anaknya dengan keras dan hasilnya kalian menjadi anak anak yang kuat dan tidak cengeng menghadapi apapun juga termasuk kehilangan orang yang paling dicintai. Semoga bekal yang sudah diberikan papa kamu cukup dan selanjutnya kalian tetap kuat mengarungi hidup kalian masing-masing pastinya bersama Tuhan Yesus.