Tentang Noke #14 (*akward moment with noke)
Semakin dewasa, semakin banyak hal yang tidak perlu papa dan mama harus terlibat lebih jauh. Contohnya nongkrong sama temen2. Atau jalan sama gebetan.
Dan, sore itu... Papa baru pulang dari gereja. Beliau melihat kita ber3 siap2. Setiap pulang kerumah, papa akan bertanya ke mama, tentang "bagaimana mereka bertiga hari ini?" (*Ini selalu dan wajib untuk seorang Noke)
Papa bertanya ke mama. Mama dengan santainya bilang "biarin aja, mereka udah besar kok. Kenapa papa mesti cerewet ya."
Lalu papa? Papa mulai gelisah. Bolak balik diruang tamu. Masuk kamar. Duduk dimeja makan. Diam diteras. Hingga eset keluar duluan dan pamit. Ada acara dengan teman2nya. Saya mendengar dari kamar, papa bertanya "Jam berapa nyong pulang?" Eset menjawab. Papa "Masih ada uang jajan,dek?"
Tidak berapa lama, amor juga keluar dan "panasin" motornya. Papa masih sibuk mondar mandir terus. Dan terdengar suara mama "Papa ngapain sih bolak balik terus." Papa jawab "anak2 ini ngga mau jalan dengan papa-nya lagi ya? Masak semua keluar tinggalin kita." Mama tertawa.
For your information, Papa selalu begitu. Kalo beliau liat kita ber3 atau saya lagi sibuk mau keluar. Kemana aja. Beliau akan tawarin diri "papa temani?" Atau "ayok, papa ikut ya?", Atau "papa juga mau keluar, kita sama2 ya?" Hahahahahahahahaaa... Tapikan, tidak semua tempat harus selalu papa menemani kita. Kita butuh "ruang" untuk berkembang dengan dunia yang kita punya. Dunia dimana papa dan mama, menjadi "supervisor" bukan ikut jadi "pelaku". But, papa akan selalu mencari cara supaya beliau juga bisa ikut. (*papa punya "cara" yang sulit untuk ditolak oleh orang lain)
Saya mendengar papa bertanya hal yang sama pada amor. Lalu, saya mendengar suara motor amor yang siap untuk pergi. Oh iya, didalam rumah kita, aturan no.1 itu setiap kali pamit mau kemana saja, papa atau mama harus tau. Kita harus izin. Kita harus cium mereka sebelum pergi. Karna, papa akan menunggu kamu sampai kamu pulang!!!! Bahkan ketika kamu pulang, di jam2 dimana "ayam udah mau bangun", papa akan setia menunggu dan membukakan pagar untuk kamu (*saya/kita ber3).
Akhirnya saya selesai "ritual khusus" (*baca dandan), saya keluar kamar. Papa sudah menunggu diruang TV. Saya pura2 tidak tau, bahwa papa akan bertanya. Akward kan? Saya melewati papa dan pergi ke garasi. Manasin rasco dan siap untuk berangkat.
Papa : "nona mau pergi kemana?"
Saya : "nonton sama teman2,pa"
Papa : "ada film bagus apa?"
Saya menatap papa dengan tatapan "paah, pliiisss..."
Papa : "pulangnya jam berapa? Nonton didaerah mana?" (*Intel juga kalah sama papa. Detail,bok! Detaaaiiiiilllll!!!!)
Saya : "gading,pa. Ngga tau,pa. Papa ga usah tunggu, saya bawa kunci."
Papa : "sama siapa aja perginya?"
Saya : "tom2, rasta, nita,pa"
Papa mengangguk.
Papa : "ati2 nyetirnya ya. Jangan balap. Kalo udah mau pulang, telpon papa, biar papa tunggu"
Whaaaaaaaattttt!!!!!!!! Liatkn? Liat gimana noke selalu memperlakukan kami seperti anak TK. Dan selamanya saya akan selalu menjadi gadis kecil papa. (*Ngelus dada)
Saya mengambil tas dan bersiap jalan. Saya pamit ke mama. Cium mama. Lalu, papa? Papa udah didepan dong, udah bukain pintu pagar!!!!!! Beliau udah siap disana kayak security. Haduh... Saya berjalan kearah papa.
"Papa masuk aja. Nanti saya yang tutup! Papa masuk aja." Tekan saya dengan nada setengah mangkel.
"Gapapa, papa mau liat nona keluar. Ati2 ya" Papa mencium saya. Dan saya naik ke mobil.
Percaya atau tidak. Inilah ritual kita didalam rumah. Papa akan selalu mengantar kita sampai didepan pintu. Papa akan memastikan segala yang kita perlukan semuanya siap.
"Udah bawa coklat,non? Papa ada beli
Nanti tunggu... Papa ambil. Biar nona makan sambil nyetir"
Mama tertawa melihat saya yang mulai "gerah" dengan segala tindakan "sweet" papa. See? Gimana mungkin saya tidak merasa kehilangan segila ini, bila papa selalu memperlakukan saya seperti menjaga biji matanya?
Papa keluar dengan sekotak vanhoutten almond. Menyerahkan untuk saya. Memastikan bensin saya full. Lalu sekali lagi menasehati saya tentang "jangan balap"
Lalu mereka tinggal berdua.
Tunggu, kalian kira ceritanya selesai?
Belum, jam 02.00 (*pagi)
Ketika saya selesai nonton dan mau lanjut nongkrong. Papa menelpon. Coba tebak apa yang beliau bilang?
"Non, papa lagi di ohlala sarinah, udah selesai nontonnya?"
Saya membuang nafas dengan berat. Pa plis lah...
"Udah,pa. Ini mau cari makan dulu,pa"
"Kesinilah bilang teman2. Makan sama papa dan mama. Amor dan eset juga menuju ke sini. Udah lama kita ndak makan bareng."
Percaya deh. Hal ini terjadinya bukan 1-2 kali setahun. Tapi tiap bulan, selalu begini. Papa selalu punya waktu dan punya cara untuk membuat kita "duduk bersama" dimanapun itu. Papa mengenal teman2 kita. Papa harus tau, siapa yang datang menjemput kita dan siapa yang bawa pulang kita. Papa akan menunggu kita sampai kita pulang. Jam berapa pun itu. Bahkan ketika papa pulang subuhpun, lalu ada dari kita yang belum pulang. Papa akan duduk dan tunggu. Papa bisa tidur dengan nyenyak, ketika dia menemukan bahwa kesayangannya semua sudah ada pada tempat tidurnya masing2.
He's my dad. Noke.
Bagaimanapun, jengkelnya, sebelnya, ribetnya saya ketika papa selalu mau ikut dan selalu mau tau tentang kegiatan saya. Saya selalu tenang, saat saya pulang dan tau, papa sedang menunggu saya diteras.
Sejauh apapun saya pergi. Atau kemanapun hidup akan membawa saya, saya selalu meyakini satu hal, papa saya tidak pernah melepaskan pandangannya pada saya. Papa saya selalu mengamankan saya dengan caranya. Papa saya selalu menjaga saya dengan semua keterbatasan dan kelebihan yang dia miliki.
Dan hari itu, kita duduk sambil cerita. Nge-beer bareng papa. Ngetawain orang. Mulai dari obrolan ndak penting sampe sangat penting. Mulai dari hal sepele sampe nasehat tentang hidup.
Oia, orang yang pertama kali ngajarin dan mengenalkan kita pada beer itu adalah papa. Papa mengajarkan kita bahwa lebih baik mabuk didepan papa, ketimbang duduk minum ditempat lain lalu hal jahat terjadi.
Sehingga, kapanpun, dimanapun kita abis nge-beer, kita akan pulang dan bercerita pada papa. Dengan Noke&Sinsi, segala sesuatu sulit dirahasiakan. Mereka mengajar kita untuk bercerita tentang apapun yang kita alami.
Papa mengenalkan "dunia" pada kita. Mulai dari nongkrong di cafe, diskotik, sampe duduk ngemper dipinggir bunderan HI. Papa menunjukkan kita "inilah realita hidup" tanpa perlu berceramah panjang lebar. Kita melihat dan mencontoh segala sesuatu dari dalam rumah.
Papa dan Mama, mereka bukan hanya orang tua yang baik. Namun, sahabat yang benar. Mereka melepas kita untuk terbang mencapai mimpi, namun tetap mengawasi kita dengan cara mereka.
Bahkan sampai sebesar ini, papa adalah tempat bercerita yang nyaman, dan mama adalah lemari besi yang aman.
Ketika anak menjadi dewasa, mereka adalah sahabat untuk bertukar pikiran tentang masa depan.
Semua sahabat kita, pasti mengenal papa dan mama. Pasti. Sebab kami boleh melangkah keluar, bila "orang" yang mengajak kami adalah orang "yang jelas" dan "melewati teras"nya papa.
Malam itu, berakhir dengan baik. Kami pulang jam 04.30. eset nyetirin bubucaha, papa dan mama. Saya nyetir sendiri. Kita berjalan beriringan. Amor dengan motornya.
Mungkin orang akan bertanya, gilak ngapain aja keluarga ini sampe subuh. Tapi ini tentang kualitas! Karna pertemuan dengan papa dan mama, selalu harus "dicuri-curi" waktunya. Karna kami bukan lagi anak kecil yang duduk diam dirumah.
Dan hari2 setelah beliau pergi, saya sangat amat sekali rindu papa. Saya rindu semua hal tentang papa. Semua hal. Mungkin kalian tidak akan percaya, bahwa papa saya se-sweet itu. HahahahhahHhaaa...
Bila saja, papa saya semenakutkan itu, saya tidak perlu merasa kehilangan sehebat ini. Bila saja, papa saya sekasar yang dikenal, saya seharusnya bersyukur bahwa beliau tidak ada disini.
Namun, sejauh yang saya kenal, papa adalah manusia yang benar, bahwa dalam segala kekurangan beliau selalu berusaha untuk mencukupkan orang lain. Lalu, yang saya alami, papa memperlakukan anak2nya seperti mahkota dikepalanya. Beliau menjaga dan merawat. Beliau mengajar dan mendidik. Beliau menempa dan memahami. Beliau mengenal dan mengawasi.
Pa, akward moment kita sudah tidak ada lagi. Karna, orang yang selalu "kepo" dengan urusan kita, sudah tidak disini.
Tapi percaya deh, nongkrong bareng mama dan monet2 kecil ditempat kesukaan papa, selamanya akan menjadi "ritual khusus" yang tidak akan saya lewatkan.
I miss you, so bad. And will always have.
Hari ke 100 tanpa noke.
Dan saya rindu, pertanyaan kepo papa tentang "kegiatan hari ini". Dan saya rindu, telpon noke yang beratus2 kali, tentang "pulangnya jam berapa". Dan saya rindu mendengar omelannya, "sampe jam segini belom pulang! Mau papa jemput?"
Namun diatas semua itu, saya rindu melihatnya keluar dengan segera setiap kali mendengar suara mobil saya. (*Papa sangat kenal bunyinya rasco)
Beliau akan membuka pagar, menunggu saya parkir, menutup pagar dan menunggu saya didepan pintu masuk. Lalu tanya "gimana tadi ketemuannya"
Bila hidup punya cetakan kedua, saya ingin tetap menjadi anaknya noke.
Dan selamanya, saya selalu bangga tentang itu.
Benyada Remals "dyzcabz"
Komentar
Posting Komentar