Langsung ke konten utama

Tentang Noke #12 (*waktu Tuhan)


Pa,
4 hari yang lalu, saya menemani mama menjenguk salah satu kerabat dekat kita. Orang yang kenal dekat dengan papa. Dengan keluarga kita,pa.

Hanya saja, yang saya temui dirumahnya cukup memprihatinkan. Om itu terkapar ditempat tidurnya selama 5 tahun,pa. 3 kali mengalami serangan jantung, 3 kali stroke menyerang, hingga matanya buta, kedua kakinya lumpuh, tangan kirinya masih dapat bergerak dengan gerak yang cukup terbatas, bicaranyapun kadang melantur dan kata yang keluar tidak cukup jelas. Beliau teriak2,pa. Beliau meminta Yesus memanggilnya pulang. Beliau sudah sangat lelah,pa.

Mama berdoa disana. Menguatkan mereka sekeluarga. Lalu mama mengulang perkataan papa 5 tahun lalu kepada mereka "Kenapa harus tahan2, kasian lihat bung-nya sampe jadi begini. Antua mau pulang tapi tetap begini. Dulu, Noke bilang mau doa penyerahan, seng mau. Bilang kata jang dulu. Ternyata, kasian toh. Liat. Sampe noke justru yang duluan pergi."

Istrinya menyahuti mama, "abis anak2 bilang jang dulu. Mereka mau papanya ada. Tapi sekarang, kalo Tuhan mau ambil, ya ambillah."

Kami masih duduk sebentar. Sesekali saya melihat Oomnya. Beliau masih berteriak2. Ada suster disana untuk menjamin perawatannya. Namun, bukankah esensi sebuah hidup adalah berkarya?

Sampai dirumah, saya, mama dan amor duduk diruang TV sambil bercerita. Saya menceritakan ke amor keadaan Oom itu. Lalu Amor bilang "Waktu Tuhan itu berbeda dengan waktu kita. Tidak semuaa orang seberuntung papa, ketika papa sudah lelah, Tuhan menjawab keinginan papa. Papa pulang dengan sangat tenang. Tapi, ada sebagian orang seperti Oom itu, belum waktunya namun sudah begitu kepayahan dengan sakitnya. Atau ketika Tuhan menentukan waktunya, dia berkeras meminta dan memohon untuk tunggu dulu. Lalu ketika sakit kembaali mendera, dia meminta pulang. Bukankah itu mempermainkan Kemaha-kuasaan Tuhan?"

Dan, saya mengucap syukur pada Yesus, DIA memenangkan papa dari segala sakit diwaktu yang tepat. Tepat seperti yang papa minta. Tepat dengan waktunya. Sperti yang papa bilang untuk saya "cuci darah mati, ga cuci darah juga mati. Sama saja"

Bagi papa, hidup itu berkarya. Iyakan pa? Jadi, bila seandainya kita menunda waktu Tuhan untuk papa? Bagaimana seandainya kita berkeras untuk mau papa tetap disini. Papa akan menjalani cuci darah, dengan fisik yang terbatas, papa harus mengurangi kepadatan aktivitas papa. Dan itu, sanngat mustahil bagi seorang Noke! Iyakan? Bahkan didalam kondisi sakit saja, papa akan tetap melayani. Tetap menjadi manusia yang produktif.

Karna bagi papa, kerjakan selagi mampu, kejar selagi bisa, sebab akan tiba waktunya Yesus bilang "sudah cukup".
Dan saat itu, jiwa mungkin tidak ada lagi didalam raga yang bergerak.

Apakah esensi hidup untukmu? Bukankah berkarya bagi sesama demi kemuliaan DIA YANG MEMILIKI HIDUP?

Kegilaan yang paling waras adalah mensyukuri kepergiaan papa didalam YESUS.

Waktu Tuhan bukan waktu kita.

Semoga kita selalu berjalan dalam tuntunan kuasa Roh Kudus. Agar hidup kita bermakna dalam setiap gerakkannya.

Pa, bersenang-senanglah diatas sana. Karna disana tidak akan lagi ada "bawel"nya saya dengan 1001 larangan untuk papa.

Sama seperti kelengangan dirumah, dimana kita tidak lagi mendengar "grumpy"-nya papa.

Have a good day,Mr.Grumpy!!!!


Benyada Remals "dyzcabz"

Komentar

Postingan populer dari blog ini

25 Facts about me

25 facts about me Ini salah satu chalenge yang agak menatang bin unik, karena saya harus benar-benar mengenali siapa dan bagaimana saya. Memang hanya sebuah keisengan saja, tapi tetap saja, membuat saya berpikir cukup keras untuk ini... And, this is it... 25 fact about me : 1. Saya adalah sulung dari 5 bersaudara, namun tunggal perempuan dari 3 bersaudara, kedua adik perempuan saya meninggal. Dirumah semua memanggil saya Kakak, bahkan yang lebih tua dari saya. (*kocakkan?) 2. Saya lahir di Salatiga, tumbuh dan berkembang di berbagai kota, palembang, surabaya, makasar, namun sebagian umur saya, dihabiskan di Metropolitan. Hmmm,,,,tapi saya Ambon! 3. Saya menghabiskan waktu luang saya dengan nulis, denger musik, baca buku, but almost novel my fave reading. Hohoho... 4. Hal yang tidak pernah salah buat saya adalah CHOKI-CHOKI, karena teman terbaik sekaligus musuh teeberat saya (*sometimes) Yep, Im chocofreak!  5. Saya suka bertualang kemana saja. Apalagi kepegunungan. T...

Obsesi YANG SALAH!!!

Obsesi yang salah! Saturday, September 25, 2010 6:15 AM Mungkin aku harus mengatakan BAHWA aku PEREMPUAN yang sangat beruntung! Dengan segala keterbatasan yang aku miliki,aku mampu memikat hati siapa saja. Aku mampu mendiamkan,ANJING HERDER!<loh kok=""></loh> ************************************************************** Kenapa aku mengatakan AKU BERUNTUNG??? Disatu sisi,aku dicintai oleh seorang lelaki yang nyaris sempurna. Dia memiliki ketampanan dan kemapanan yang menjadikannya sebuah OBSESI yang diminati oleh setiap HAWA. Kecuali aku! Aku benci COWO! Mereka adalah makhluk egois yang tidak pantas dicintai. Mereka lebih baik untuk dicampakkan. Tidak ada toleransi untuk rasa benciku pada makhluk terkutuk itu. Aku membenci mereka. Sangat membenci mereka. Entah untuk alasan apa! Tapi,AKU MEMBENCI COWO. Sampai DIA datang… Membuatku runtuh dari KESOMBONGANku yang menilai bahwa akulah yang paling benar tentang segala hal. Dia menamp...

I am a proud sister!!!

I am a proud sister!!!! First thing first... Congratz, Melf! Calon Sp.B menunggu waktu aja sih. Pembicaraan tentang sekolah lagi itu sudah ada beberapa tahun ke belakang, sejak PTT, well kita udah hampir 8 tahunan jadi dokter. Mulai dari dokter ptt di pedalaman, hingga magang di RSUD, hingga akhirnya menetap dan menjadi PNS di RSUD Kota Sorong lalu di angkat menjadi Kepala IGD (*melf) Jadi saya mengerti betul, bahwa kakak saya sangat menginginkan "sekolah" lagi. Sama saya juga. Tapi, usia epit adalah batas rawan. Kenapa? Dia udah 33, tahun ini, 34. Sedangkan batas usia yang di tetapkan itu 35 tahun. Jadi saya mengerti betul, kenapa dia berjuang dan berusaha sekuatnya untuk masuk PPDS. Mungkin ada banyak yang akan bertanya, ngapain sih ngotot jadi ppds atau sekolah spesialis. Toh udah dokter, ngga capek sekolah lagi. Well, tergantung caramu memandang sebuah "nilai" dari gelar yang tersemat. Untuk kami, menjadi Spesialis bukan hanya tentang "keuntungan...