Cinta sudah selesai.
Malam itu, kamu datang. Aku menanti seperti biasa. Yang aku tau, kita punya janji hari itu.
Sekalipun langit tak menerbitkan pelangi setelah hujan seharian, aku juga tak berprasangka tentangMU.
Kita duduk berhadapan pada ruang kosong itu. Menatap malam yang kian pekat serta dingin yang kian merambat. Sunyi. Entah kenapa aku bergidik, "ada yang salah?" Ah, sinting, atau insting? Cuman beda penempatan,kan?. Bagaimana bisa pada moment penting ini aku malah merasa "kita selesai"
Kamu duduk dihadapanku. Tanpa senyum. Tanpa gerakan. Kamu memainkan telepon genggammu. Tanpa memulai sebuah obrolan. Aku masih berpikir, kamu terlalu sibuk. Dan aku terlalu manja. Aku rindu melihatmu, apa itu salah?
Beberapa kali, pelayan menawarkan minum. Kamu tidak menjawab. Kamu melemparkan pandang kesekeliling. Apa yang hilang? Apa yang kamu cari? Hatimu tidak lagi pada tempatnya? Atau? Rasamu telah menguap? Atau cinta itu sudah ganti nama?
Lalu aku? Aku bergeming. Mendung. Gelap. Tiba2 aku merasa begitu jauh. Mulutku yang biasanya berceloteh ringan, kini terasa berat untuk berkata. Bahkan untuk sekedar menanyakanmu. Mengganggumu. Kita sudah selesai? Tanyaku pada hatiku, teriakku pada otakku.
Ah, dasar sinting. Aku menguatkan hatiku. Kita sudah bersama selama 1 dekade. Bukan waktu yang pendek untuk dijalani. Aku mengenalmu. Aku memahamimu. Semua tentangMU. Jadi, bagaimana bisa kita selesai,iyakan?
"Makanlah. Biar kita ga kelamaan disini." Ucapmu kaku, dingin? Atau hanya telingaku yang terlalu sensitif? Tidak terdengar nada "perhatian", ah kamu bukan orang romantis, kataku kembali pada hatiku.
Malam itu, malam terakhir aku melihatmu. Malam terakhir kita melewati malam sebagai pasangan yang sudah diberkati. Karna malam2 setelah itu, kamu tidak disini. Bukan, hatimu tidak lagi disini. Entah kamu tinggalkan pada siapa? Atau mungkin kamu jatuhkan dimana? Atau kamu titipkan pada yang lain?
1 minggu setelah malam itu,
Aku menerima surat dari pengacaramu. Tanyaku terjawab, kamu menyelesaikan KITA. Aku tertawa membacanya. Karna, aku tidak tahu, hatiku hancur atau diriku yang menyangkalnya. Ini kejutankan?
Malam2 yang aku lewati itu terasa bias. Bagaimana bisa laki2 yang aku cintai, meninggalkanku tanpa kata, tanpa tanya, tanpa peringatan. Kamu seperti hantu. Kamu yang aku kenal, bukan seperti kamu yang beberapa minggu lalu duduk dihadapanku. Sebegitu bencikah kamu, hingga untuk datang dan membicarakan ini terasa begitu menyakitkanmu? Apa hanya kamu yang punya hati, sehingga kamu bisa melukai aku seenaknya? Apa hanya kamu yang bisa marah, sehingga pergi tanpa alasan adalah hukumanmu?
Kamu hanya meninggalkan pesan singkat, "semuanya boleh kamu ambil"
Aku tertawa lebih keras lagi. Kali ini kamu memperlakukanku layaknya pelacur.
Benyada Remals "dyzcabz"
Komentar
Posting Komentar