Langsung ke konten utama

Postingan

menolong orang

"Menolong orang adalah kebaikkan" Setidaknya saya selalu berpikir seperti itu, sedari kecil. Kita ditanamkan hal itu, menjadi dasar untuk melakukan hal yang baik. Sepakat ya? Saat menjadi dokter, kata menolong terkadang menjadi sebuah ambigu yang melelahkan. Karna, "menolong orang" tidak lagi menjadi sebuah kata sederhana. Masih mengandung kebaikan namun rasanya menggantung.  "Menolong orang" akan menjadi sebuah pertimbangan penting, "beneran bisa ditolong disini?", "Apa ngga sebaiknya rujuk langsung?", "Apa perbaikan ku memang beneran dibutuhkan", "apa ngga memperburuk keadaan?"  Pertanyaan ini menggantung. Walaupun, makna dari ini adalah MENOLONG SESAMA. Melakukan semua yang kita bisa untuk menyelamatkan dan meringankan sakitnya pasien.  Bila nyawa adalah tentang waktu. Berarti, setiap tindakan yang dilakukan seharusnya menjadi pertolongan terbaik untuk menjaganya tetap ada disini.  Namun, bagaimana... Seandainya s...

always

.....you miss him? Aku hanya tertawa dan berlalu dari hadapnya. Jawabannya menggantung. Aku tidak berani bersikap dan mengambil keputusan tentang rindu.  Aku berjalan menyusuri lorong ini. Terasa dingin dan sepi. Semua orang sudah selesai dengan tugasnya. Senja telah menjemput matahari untuk kembali. Aku, masih disini, menjalani tugasku.  ..... boleh rindu, tapi ingat, jangan mengganggunya.  .....hanya sebatas rindu. Aku memaki diriku. Meluruskan pandangku. Membuang jauh cerita yang tiba-tiba memusingkan kepalaku. Cerita tak bertuan. Semua kemungkinan-kemungkinan yang ku sangkal. Bermain apik dalam hipocampus, rasanya girusku bertambah 2 kelokan. Bukan karena pasien STEMI Extensive anterior yang perburukan tadi. Namun, karena.... "Dok, belum pulang juga? Mau pindah tidur disini, apa gimana? Kan udah selesai jam jaganya?" Aku mengangguk seadanya. Menyunggingkan sebuah senyum yang tertutup masker. Mencoba meramahkan nada bicaraku.  "Tugasnya masih nanggung. Bentar lag...

bila saja...

Another day in Febuary, then i miss home. Iam bout to going home. Aku kira, menjadi dewasa adalah kegirangan yang luar biasa. Belajar menari tanpa batas. Belajar tertawa tanpa keresahan, atau mungkin lebih tepatnya belajar menertawakan hidup... Nyatanya, tidak semudah itu. Tidak juga sesederhana pikiran anak TK yang hanya tau permainan apa yang dimainkan besok. Atau, sesederhana kakek2 penjual somay didepan kantor, bisa bertahan hidup saja rasanya sujud syukur. Aku? Si manusia overthinking, selalu merasa "harusnya lebih baik", "mestinya ngga gini"... Aku? Si good planner, meski seringnya di revisi berkali-kali hanya untuk menerima kenyataan, bahwa plannya ngga semulus jalan tol bawean dan juga ngga seindah perkiraannya... Dari aku, Si pemalas yang dikira bertanggung-jawab,  Coba yuk, diwarasin lagi pikir mu, tugasmu yang diberikan, harus dijalankan. Rutinitas mungkin bukan teman baikmu, namun tidak bisa juga dijadikan musuhmu... Karna hari ini, kamu hidu...

HUPFFFFFHHHHH....

  Saya sedang tidak baik-baik saja.  Rasanya, orang harus belajar untuk tidak mempertanyakan terlalu banyak, hal2 privacy yang bukan urusan mereka. Pikirku, seharusnya mereka tidak merasa "janggal" dengan orang yang berbeda dengan mereka.  Oh ya, saya mulai absurd ya? Terdengar skeptis.  pandemi ini melelahkan? Iya, benar.  Namun, saya merasa nyaman dalam keterasingan yang dibuat oleh pandemi ini. Tentu saja, saya tidak berbicara mengenai kematian dan kesakitan yang terjadi.  Karna saya menyukai sepi. Bertemu banyak orang membuat saya pusing, merengut kewarasan saya, dan saya merasa exhausted. Serius. Saya tidak pernah baik-baik saja, setelah menjalani waktu diluar rumah dengan bertemu begitu banyak orang. Besosialisasi dan bertemu dengan orang asing, menguras energi saya. Sangat.  Sehingga setelahnya saya btuh waktu sendiri. Untuk sekedar tidur seharian. Baca buku. Denger musik. Nothing. Tidak berbuat sesuatu dan berdiam diri adalah kemewahan untuk sa...

Moment to remember

Saya tidak bisa tidur sama sekali. Insomnia saya, makin parah kan pa? Saya membuka foto2 lama. Menemukan foto ini. Makasar, 2014. Menjelang pernikahan Melf di Makassar. Saat itu saya masih PTT di Sorong. Terus, kita semua berangkat H-2 sebelum hari H. Eh, pas banget ketemu mama dan nan di Makassar. Pas banget. Lucunya, saya dan nan itu satu pesawat. Hanya aja, kita ngga sadar. Hahahahahhahahahah.... Bahkan kita nggak janjian. Karna mereka taunya saya ngga bisa pergi. Ya ngga mungkinlah, kakak saya nikah dan saya ngga datang. Kaka pertama. Cucu pertamanya Hukom. Dan lalu, saya merindukan rambut panjang saya. Rambut ikal. Bagus banget ya? Rambut saya, maksudnya. Karna, saya belum ngantuk juga. Jadi, saya akan memenuhi blog dengan cerita2 tolol. Yang ngga penting sebenere. 🤣🤣🤣🤣 saya yang tidak suka difoto dan bapak saya yang suka sekali foto. Ini saat kita lagi sarapan pagi, terus siap2 mau bantuin papa dekor gerejanya.  Terlihat ya, muka saya asem ban...

Natal 2021

#Latepost Natal 2021.  Sudah lewat memang momentnya. Tapi, saya pengen aja mengabadikan dan menaruhnya disini. Di blog ini. Natal terakhir, sebelum mama emeritus tahun ini. Timeflies. Rasanya baru kemaren, kita nurunin barang dan masuk ke Pastorinya Sion. Rasanya baru kemaren, saya pulang balik depok untuk jaga. Rasanya juga baru aja, turun naik KRL saat males nyetir. Rasa2nya baru kemaren, bersama coklat dan putih. Tiba2, niger lahir dan sekarang ada Pover dan Gufi.  Rasanya baru aja memulai Natal pertama di Sion. Oh, perkenalan yang cukup "wow". Lalu, hidup di tengah jemaat Sion. Jemaat terakhir mama sebagai KMJ dan sebagai pendeta Organik. Rasanya baru kemaren, melihat mama ai, om jhon datang untuk sambutannya mama. Rasanya baru kemaren, ulang tahun mama dirayakan di Sion. Nyatanya, tahun ini adalah ulang tahun mama sebagai emeritus.  How great Thou are. I love you, Yesus. I adore you.  Sion. Tempat kerja terakhir mama. Tempat karya terakhir mama. Ditempat ini, ma...

sebuah kebetulan

Kebetulan, nyed. Hanya sebuah kebetulan. Beneran. Kemaren, ada pasien poli. Masuk dengan Suspect Covid 19. Beliau punya komorbid, obes, HT, DM. Beliau belum di vaksin. Hasil PCR belum jadi. Beliau dateng ke IGD, ketika saya hampir lepas jaga. Pasien dari Poli Paru. Pasien tampak sesak, keringat dingin, dadanya ampeg. What can i say? Cek EKG. Kasih cpg, miniaspi. EKG : Stemi Anterior, Ro : cardiomegaly, oedem pulmo, sepertinya ada juga RVH. Sebuah diagnosa banding yang mengaburkan. Lapor DPJP. Pasien udah di guyur 250, tapi tensi makin turun. Okey, nyed... Syok Kardiogenik. Beliau mulai apatis. Mengeluh sangat kesakitan. Sementara, mau dimasukkan nitrat, tensinya rendah 85/57, HR 150, Akral dingin, ronki basah basal di kedua paru pada 1/2 lapangan paru. Advice DPJP sudah dimasukkan. Tiba2 beliau penurunan kesadaran, beliau apneu dan arrest. Saya berlari kedalam, RJP dan siap untuk intubasi. Intubasi 4 kali gagal. RJP tetep dilanjutkan. Tetep. Pada intubasi yang kelima berhasil masu...