"Menolong orang adalah kebaikkan"
Setidaknya saya selalu berpikir seperti itu, sedari kecil. Kita ditanamkan hal itu, menjadi dasar untuk melakukan hal yang baik. Sepakat ya?
Saat menjadi dokter, kata menolong terkadang menjadi sebuah ambigu yang melelahkan. Karna, "menolong orang" tidak lagi menjadi sebuah kata sederhana. Masih mengandung kebaikan namun rasanya menggantung.
"Menolong orang" akan menjadi sebuah pertimbangan penting, "beneran bisa ditolong disini?", "Apa ngga sebaiknya rujuk langsung?", "Apa perbaikan ku memang beneran dibutuhkan", "apa ngga memperburuk keadaan?"
Pertanyaan ini menggantung. Walaupun, makna dari ini adalah MENOLONG SESAMA. Melakukan semua yang kita bisa untuk menyelamatkan dan meringankan sakitnya pasien.
Bila nyawa adalah tentang waktu. Berarti, setiap tindakan yang dilakukan seharusnya menjadi pertolongan terbaik untuk menjaganya tetap ada disini.
Namun, bagaimana... Seandainya setelah semua yang terbaik sudah dilakukan namun pertolongan yang diberikan, tidak mampu menjaganya ada disini. Bagaimana bila kegagalan kita meminjam nyawanua kembali, adalah karna pertolongan yang sudah kita berikan?
Mengobati orang adalah sebuah seni. Kamu boleh tau 1001 teori tentang segala jenis penyakit dan penanganannya, namun lebih baik dari itu.... Kamu harus mengetahui dengan baik, kapan waktu terbaik untuk memberikan pertolongan yang tepat dan kapan waktu paling benar untuk menyerahkannya pada yang lebih ahli, ketimbang sekedar sebuah pertolongan.
(*Belajar lagi gih nyed. Menegakkan diagnosa dengan benar, itu bagus. Namun, jangan lupa, menangani secara tepat, jauh lebih berguna)
Benyada Remals "dyzcabz"
Belajar lebih banyak, bukan supaya kamu menjadi yang terhebat, nyed. Namun, supaya banyak orang yang bisa benar-benar kamu tolong dengan keilmuanmu.
Menjadi hebat itu tentang EGO, nyed. Namun, menjadi berkat bagi orang lain adalah ucapan syukur bagi Yesus yang memberikanmu hidup.
Komentar
Posting Komentar