Langsung ke konten utama

Postingan

Nama saya.

Bennu Bekhorah Jedijah. ( Anak sulungku perempuan, Tuhan menganugrahkannya kepadaku, dan Tuhan mengasihi anak ini ) Ketika ada orang lain yang mengetahui arti nama saya, "in a good way". Bahkan saya tidak begitu hafal arti nama "unik" ini. Saya hanya menyandangnya, karena sebuah keharusan dari yang memberinya. Normalnya org akan blg *namanya susah banget, *bahasa apa sih, *artinya apa nih. Namun saat ada yang blg " Namamu memiliki arti yang bagus, org yang memberikannya pasti memahami arti anugrah Tuhan " #sayaterharu Lalu, kenapa Ben-Yada? Ben-Yada adalah nama kesayangan yang papa beri untuk saya. Papa selalu memanggil saya dengan nama ini. Hingga bagi saya, Ben-Yada jauh terdengar lebih "manis" daripada Yedijah. Remals? Itu nama tengahnya papa. Arnold Remals Ihalauw. Dan, saya sangat menyukai kata itu "Remals". Ketika saya memesan baju bola, saya menuliskan nama ini pada bajunya. Saat papa melihatnya, beliau tertawa. "Nama...

Kami tidak normal!!!

Bagi sebagian orang yang melihat kami, pasti berpikir keluarga kami "senormal" orang lain. Nope, kami tidak senormal keluarga lain, pada umumnya. Ketidak-normalan kami, dimulai dari didikan super-duper keras, tegas, disiplin, yang ditanamkan oleh noke. (*Itu termasuk normal nyed!) Bukan, itu menjadikan kami tidak normal, teman kami sedikit, sahabat kami terbatas. Setiap orang yang diizinkan untuk masuk "ke-dalam-rumah" harus melewati "terasnya papa", tempat introgasi mutlak, dan pertanyaan2 mematikan yang selalu membuat banyak orang "tidak kembali" lagi ke rumah. Cara kami bersahabat dengan orang lain pun, tidak normal. Bila kamu dianggap lebih dari sekedar kenalan, kamu dipersilahkan masuk hingga dapur. Kamu diperlakukan dengan "tidak sopan" dan sangat santai. Bila kamu datang, lalu kita "berlaku segan" atau "sangat sopan" untukmu, kamu tidak diterima dirumah kami.#ourrules Namun, bila kamu datang, lalu kita berl...

Cerpen random #7

Hari itu, kamu mengajakku datang ke acara rapat dikantormu. Katamu, kamu tidak akan lama. Hanya pembahasan rancangan terakhir. Sebelum aplikasi dilapangan. Aku dengan senang hati menemanimu. Dan aku berterima kasih pada semesta, karna hari itu, aku melihat dan menemukan bagian lain dirimu, yang selama ini membuatku menjauhi kata "komitmen" "Kalian bisa kerja ga sih! Goblok! Tolol! Udah gue bilangkan. Pake yang ini, ukurannya kan udah gue WA. Ah bangsat betul" teriakmu sambil menggebrak meja. Teriakkanmu menggema hingga keruangan sebelah, tempat dimana aku sedang duduk menunggumu. Aku terkejut. Aku melangkah dan mengintip dari jendela, siapa yang bisa memaki orang serendah itu. Sekasar itu. Dan aku terkejut itu adalah kamu. Lalu, kamu masih melanjutkan makian dan umpatanmu. Kamu bahkan mengumpatkan hal2 yang sangat sensitif pada karyawan wanitamu. Sesuatu yang membuatku shock. Bahkan ketika kamu membela dirimu dengan mengatakan kerja mereka tidak becus. Mereka s...

Tentang Manusia.

Sifat manusia seperti 2 sisi mata uang. Baik dan Buruk. Bagaimana bila didalam seseorang manusia, kamu menemukan sebuah Ke"ironis"an yang Maha Kuasa. Bahwa dalam segala kekurangannya, kamu menemukan Tuhan yang menyempurnakannya? Kamu tidak salah mengagumi seorang manusia, hanya saja kamu tidak boleh menuhankannya. Kagum akan karya, tindak, tutur, hingga setiap prestasinya adalah sebuah kewajaran. Namun menemukan sisi buruknya lalu membencinya hingga tak bersisa, bukanlah hal yang bijak. Kenapa kamu bisa menyanjungnya untuk sisi hebatnya, namun meludahinya saat tau sisi kelamnya? Dia manusia. Dia tidak sempurna. Dan tidak akan menjadi sempurna. Setiap hal yang dilakukannya adalah keinginan dan kebutuhan jiwanya. Sekalipun mungkin bertentangan dengan pola pikir dan cara pandang umumnya. Menutupi sisi kelamnya adalah caranya bertahan. Menampilkannya hanya untuk mereka yang sangat mencintai dan menerima dia, sebagaimana adanya. Itulah hidup. Tidak selalu seindah yang kit...

Berdamai dengan "saya"

Saya pikir, saya harus menulis ini. Karna ada sesuatu hal yang cukup meresahkan didalam pikiran saya. Walaupun, kadang saya melakukan hal salah ini. Membuat orang lain menjadi bahan tertawaan. Saya tau ini salah. Dan, saya sedang berusaha untuk memperbaikinya. (*Serius) Saya menonton sebuah acara TV nasional yang sdang menayangkan acara lomba menjadi "komika". Acara favorite saya. Lalu, ada sebuah moment dimana hostnya memanggil salah seorang penonton maju ke depan. Anak kuliahan, kalau tidak salah. Lalu apa yang salah,nyed? Tidak ada yang salah dengan memanggil anak itu. Hanya saja, kondisi fisik anak itu, unik. Bahasa sederhananya ada sesuatu yang kurang bila sempurna menjadi batas penilaian tertinggi. Matanya Strabismus. Kepalanya "peyang". Si host menarik adek ini untuk maju, dia mengikuti sambil tertawa seadanya. Dia menyembunyikan wajahnya dengan selalu menghindari sorotan kamera dan menaikkan tangan kirinya menutupi wajahnya. Dia menghidari berbicara di 6...

Tentang Noke #17

Hari ini, ada seorang pendeta yang datang ke rumah. Saya cukup terkejut melihat kehadiran beliau. Karna, seingat saya beliau tidak pernah berkunjung. Mama menyambutnya dan bercerita sangat lama. Mulai dari siang hingga malam. Bahkan, beliau sempat makan malam bersama kita. Saya duduk diruang TV. Sambil sesekali mendengar apa yang beliau bicarakan. Ngapain coba lo bertamu dirumah orang sampe malem, bila bukan sesuatu hal yang penting. Ternyata dugaan saya tepat. Beliau bermasalah dijemaatnya. Dan biasanya, beliau akan mengadu pada noke. Lalu Noke menjadi pembelanya di sinode. Noke akan mencarikan jalan keluar yang baik dan benar. (*Noke selalu menjadi keset bagi banyak orang) Ketika beliau sudah pulang, mama dan saya duduk nonton sambil bercerita. Mama itu storyteller terkeren. Iyakan' pa? Papa pasti ketawa kalo dengar saya bilang itu. Mama bercerita bahwa beliau bingung harus tukar pikiran dengan siapa. Biasanya ada bung Noke yang mau bantu bicara ke Sinode. Karna, Sinode mend...

Pembalasan adalah Hak Tuhan

Pembalasan adalah Hak Tuhan. Hari ini, saya mengantar mama ke Sinode. Menyerahkan surat tentang biaya pindah. Saya sebenernya paling malas ke Sinode. Entah kenapa, saya selalu enggan kesana. Apalagi saat papa masih ada, papa sangat sering meminta saya menemaninya. Tentu saja saya tolak. Saya malas dan muak melihat muka orang2 disana. Saya juga tidak begitu peduli dengan mereka. Kenapa? Karena sejauh yang saya tau, papa selalu repot dengan mereka. Mereka yang duduk menjadi pimpinan, namun tidak mempunyai "otak". Mereka yang hanya duduk untuk sebuah "kekuasaan" tanpa ada perkembangan berarti. Lalu, sayup2 terdengar "bung noke, tolong ini dulu...", "Bung noke ngga lupa kan ada pertemuan di ancol?", "Bung, udah dimana nih? Kita udah kumpul semua. Kita tunggu ya." Papa melakukannya untuk Yesus. Tapi, kadang saya pikir, "kemurahan hati" papa dimanfaatkan mereka untuk nama mereka, dimasa kepemimpinan mereka. Kita bertemu dengan ...