Langsung ke konten utama

Postingan

Aku melihatmu disana.

Aku melihatmu disana. Aku melihatmu disana. Ditempat biasa, kau melepas lelah dan bercerita dalam kebisuan. Duduk dan merenung, dalam temaram lampu sudut. Kau seolah bersembunyi disana. Aku menemukanmu ditempat itu. Tempat yang selalu kau tutupi. Tempatmu berteduh dari hiruk pikuk kehidupan. Sudut ternyaman yang mampu kau ciptakan diantara luasnya sudut pandang. Aku mengamatimu dari jauh. Ada gurat tipis berisi lelah disitu. Ada garis kecewa yang dalam twrsirat. Lalu, ada katupan rahang yang menguat. Ah, lagi-lagi kau menyembuhkannya sendiri. Kau dan egomu, melupakan kodratmu sebagai makhluk sosial. Kau merapat disudut yang tak terlihat, agar tak tersentuh oleh siapapun. Kau selalu seperti ini. Aku memperhatikan caramu membuang nafas. Berat. Ada berapa banyak kisah pilu yang kau derita? Bukankah kau tau, aku, dia, dan mereka siap untuk mendengarmu? Ada brapa banyak airmata yang kau tahan jatuhnya? Agar kau terlihat hebat dimata kita. Ah, kau memang selalu kuat, hebat,...

Cerita tentang sebuah pengorbanan...

Cerita tentang sebuah pengorbanan... Bila senja menjemput, Dan malam menyapa. Akankah kau disini, menemaniku? Bersamaku menghadapi hidup. Mengarungi badai. Menari didalam hujan. Bila malam kian pekat. Bahkan bintang malu untuk keluar. Tetapkah kau menjadi, manusia yang aku sayang? Tinggal disisiku. Menua denganku. Menggandeng lenganku selalu dan selamanya. Bila fajar menyingsing. Membawa berita tentang datangnya, Hari baru. Namun, mentari terlalu pengecut untuk terlihat. Mampukah kita bertahan? Bisakah kau mempertahankan kita? Menguatkan kakimu untuk tetap berjalan disisiku. Mendamaikan masa sulit yang masih terngiang. Meluapkan sejumput sesal yang kian meradang. Melupakan alasan untuk saling meninggalkan. Seharusnya, bila hari sudah berganti. Badai telah menepi. Fajar kian terbit dan mempesona. Mentari terkuak, diiringi nyanyian semesta raya... Maukah, kau disini selamanya? Selamanya denganku. Berbagi rasa. Tentang hidup. Saling melengkapi. Tentang cinta....

Selamat pagi, penghujung september...

Selamat pagi, penghujung september... Pagi ini saya bangun, Dengan penuh syukur. Bulan2 berakhiran -ber selalu membawa sukacita tersendiri untuk saya. Rasanya lonceng natal sudah mulai menggema. Ah, Natal. Desember. My month. Our celebrating month. Holiday month. Masih 3 bulan dari sekarang sih, tapi tetap waktu rasanya sangat cepat. Pagi ini, saya tersenyum menatap pagi yang merekah. Allah Baik. Yesus baik. Roh Kudus memelihara dan menyempurnakan segala dengan hal baik. Saya bersyukur, karna saya masih hidup. Saya masih bernafas dalam keadaan sehat. Saya masih memliki kerja yang baik. Orang-orang yang saya cintai dalam keadaan sehat. Saya mengucap syukur bahwa banyak hal yang telah saya lewati tahun ini. Apapun yang terjadi, saya tau... Saya berjalan dalam Rancangan Damai Sejahtera. Saya tidak perlu takut. Sebab Bapa diSurga, selalu menemani. Yesus selalu menjaga. Roh Kudus ada untuk mengingatkan. Yesus, Hari ini, saya akan menjalani segala aktivitas seperti biasanya. J...

I love that view...

Sore itu saya datang ke kantor papa, sebenarnya saya tidak begitu memperhatikan kaca ini. Sampai ketika, mama menyuruh saya melihat sesuatu dibagian atap. Dan saya terpana, melihat sinar matahari sore yang masuk tepat dikaca ini. Megah. Elegan. Gambar Tuhan Yesus terlihat begitu nyata. Saya terdiam dan merinding. Bukan spooky, hanya saja saya sangat suka melihat pemandangan ini. Berasa ada digereja-gereja tua yang ada di luar negeri (*lebai ya?) Yup, saya mengabadikannya sekali lagi. Saya membayangkan betapa kerennya gereja ini ketika nanti selesai. Semoga Tuhan Yesus, memberkati jemaat ini, menumbuhkan kesadaran untuk mau memberi  bagi pelayanan Tuhan serta melayani dengan hati yang benar. Agar secepatnya pembangunan gereja ini bisa selesai. Nb : Saya sudah banyak melihat pembangunan gereja. Karna dibeberapa tempat tugas papa, beliau membangun beberapa bangunan untuk kebutuhan jemaat, termasuk pelembagaan jemaat dan gedung ibadahnya. Biasanya saya tidak begitu peduli, toh itu tu...

The picture! (*i wish i could)

Note! Apa yang saya lihat difoto ini? Sampai saya mengabadikannya? Foto ini, saya ambil 9 bulan yang lalu, di Raja Ampat, tepatnya didermaga Papua Dive Resort. Saat itu, kita sedang liburan kesana lalu salah satu tujuannya ya resort ini. Sampai didermaga, sudah sore bahkan mataharipun hampir pamit pulang. Saya berdiri didermaga itu, bersama beberapa rombongan juga yang ada disitu. Sejauh saya memandang, saya menangkap gambar ini. 2 orang opa-oma bule yang sedang bersantai diujung dermaga. Si Opa sedang sibuk mengabadikan moment. Sementara Oma santai membaca buku. Yup, dan saya tergerak mengabadikan mereka. Kenapa? Entahlah, suka aja ngeliatnya. Sederhana. Seperti yang Rasta bilang saat dia menemani saya mencetak foto ini. "Happily ever after. Everlasting felt. Together for the rest. Till death do us a part" Saya memangguk setuju saat Rasta mengucapkan itu. "Gue suka foto ini." ucap saya "Mimpi lo?" "Yep, mimpi semua orang. Pernah ga lo baya...

Terlalu manis! (*yang berlebihan itu ga baik)

Beberapa hari belakangan ini, saya mengamati papa saya. Apa saja yang dia makan. Berapa kali dia makan. Seberapa banyak nasi yang dja konsumsi. Jenis makanan apa saja. Minuman apa yang dia konsumsi. Berapa kali. Berapa banyak air putih sehari dia minum.  Okeh, tarik mundur kebelakang dikit... Papa saya mempunyai keturunan sakit gula. Dari Omanya papa saya. Kebanyakan keluarga papa, meninggal dengan Diabet komplikasi. 23 tahun yang lalu, papa saya didiagnosis menderita Diabet. Minum obat gula? Tidak! Papa saya manusia super cuek. Dia menjalani rutinitasnya dengan biasa. Mungkin dulu dunia kedokteran belum seketat dulu. Belum banyak peringatan2 penting yang cukup membuat penderita DM ngeri. Jadi,papa santai saja. Bahkan saya pikir terlalu santai. Papa saya tidak diet. Dalam artian beliau tidak mengurangi hal-hal yang manis. Beliau minum dan makan, apapun yang beliau mau.  Tapi, saya pikir dulu itu beliau mengimbanginya dengan banyak hal, olahraga cukup teratur, rokok yang fu...

Obrolan KITA.

Percakapan singkat papa dan anak perempuannya.  Apa perlu saya tambahkan, anak perempuan kesayangannya?  08.00 am Mama sudah berangkat kerja.(*baca : pelayanan) Dirumah hanya saya dan papa. Saya sedang duduk dimeja makan, sarapan pagi. Papa duduk dengan saya. "Ga jaga?" Saya menggeleng. "Papa mau teh manis?" Papa mengangguk. Saya berdiri dan membuatkan segelas teh manis lalu mengambil sagu dilemari. Ini sarapan pagi beliau.  "Minum obatnya dulu,pa" Papa mengambil obat dan menghitungnya. Lalu menatap saya. "Ini obat apa?" tanya papa sambil menunjuk satu kapsul besar dipiring kecil "Vitamin buat nambah daya ingat. Biar ga pikun"ucap saya menahan geli Papa terlihat berpikir sebentar. Saya masih menatap papa. Menunggunya minum obat. Katakanlah saya menjadi pengawas minum obat. Iya, papa saya memiliki Diabet Melitus sejak 21 tahun yang lalu, menjadi perokok aktif sejak puluhan tahun lalu, kurang lebih 43 tahun, papa baru benar2...