Langsung ke konten utama

sebuah keterbiasaan yang bobrok

Hal ini selalu di dengung2kan pada beberapa tahun belakangan ini. Di teriakkan oleh para pemangku kebijakan dan juga orang2 yang ikut di dalam sebuah sistem pendidikan.

Salah ngga? Ngga. Ngga ada yang salah ataupun benar di dalam perkara "ini". Karna tujuannya bukan untuk mempertontonkan siapa yang benar atau siapa yang dipojokkan. Sistemnya yang harus di ubah. 

Kalo saya boleh bertanya, apa anak2 yang dibesarkan dengan penuh "keramah tamahan" bahkan "tanpa bentakan", tanpa sabetan sabuk, tanpa cubitan dan pukulan, apakah mereka akan jauh lebih tangguh? Oh atau harus diganti, apakah mereka akan jauh lebih mampu beradaptasi? 

Pada zamannya saya, salah ya salah. Tidak ada "excused" tentang hal ini. Kamu salah, kamu layak di hukum. Dan bentuk hukuman bisa berbagai macam. Iyakan? Tapi apa esensinya? Saya dibentuk menjadi manusia yang paham, bahwa segala sesuatu ada aturannya. Tidak bisa mengikuti maunya saya. Tidak juga melawan aturan hanya karna kekuasaan dibelakang saya. 

Engga, nyed. Beda didikan, menghasilkan beda cara berpikir. Iyakan? Bagi saya, sistem yang ada sekarang, membuat anak2 yang bertumbuh pada era ini, menjadi makhluk yang instan. Makhluk yang manja. Makhluk yang mendiskonkan harga otak mereka. Rasanya kok ya, sopan santun dan tata krama dijual murah. Mana ada guru menghukum lalu dia yang di penjara? Ngga ada etika seperti itu.

Kalo mau jadi manusia yang tangguh, harus mau dibentuk. Harus ikhlas menjalani prosesnya sesulit apapun itu. Tapi, sesulit apapun prosesnya, tolonglah proses itu selayaknya memanusiakan manusia yang berproses didalamnya. 

Tidak ada ahli yang dibentuk dengan begitu mudah. Mereka butuh waktu, tenaga, uang, pikiran dan keilmuannya. Sukses itu sebuah pencapaian, bukan diskonan apalagi hadiah. Jangan jadikan tingkah liarmu dan pikiran pendekmu menjadi hal bodoh yang menghancurkan sesamamu.

Tidak semua orang bermental baja. Bahkan teriakan dan bentakan2 yang mungkin bagi sebagian orang "biasa aja" itu, bisa jadi bumerang bagi orang lain. Makian2 yang di terima untuk kesalahan2 kecil maupun besar, mungkin tidak mendidik memang. Tapi, sebagai makhluk berakal, kita mampu berpikir "saya tidak sama dengan monyet, anjing, babi. Saya manusia. Manusia bisa salah dan memperbaiki salahnya". Thats it. 

Pada akhirnya, bersikap bodo amat tapi bertanggung jawab adalah sebuah cara terbenar untuk tetap waras. Ini, bukan tentang siapa kuat dan dia akan bertahan. Lebih ke siapa yang mampu beradaptasi pada setiap situasi tidak mengenakkan, dia akan survive. 

Mungkin, motivasinya yang harus diperkuat lagi. Untuk siapa, untuk apa, harus bagaimana dan pada akhirnya harus kuat. 

Siapapun kamu, yang membaca note ini, pada hari yang cerah ini, saya mendoakan supaya apapun yang kamu hadapi, kamu tetap bisa menghidupinya dengan bijak. 

Hidup ngga selalu baik-baik aja. Iyakan?
Tapi sebagaimanapun cerita hidup tidak baik, kamu harus tetap menghadapinya dengan sikap yang baik. Harus

Karna itu, belajarlah untuk tidak menyulitkan orang lain. Belajarlah untuk tidak sombong. 

Diatas semuanya itu, belajarlah untuk memanusiakan manusia....

Kamu boleh pintar, hebat, berkuasa, kuat, selama nafasmu bukan ditanganmu, jangan sombong

Saya hanya menuliskan ini. 
Sebuah pengingat untuk saya sendiri. 

Supaya saya tidak menjadi batu sandungan untuk orang lain. Dan, apapun yang saya lakukan baik doa tutur, tindakan, candaan, sikap dan semua yang bersinggungan dengan orang lain, saya akan selalu menjadi berkat bagi orang lain.


Hidup itu sederhana, yang ke akehan pola iku yo menungso neh.

Berkah dalem 🙏


Nyed_


Saya pernah menulis hal ini. 
Entah kenapa, saya ingin menulisnya lagi.

Mental yang tangguh. Tidak mudah tersinggung. Tetap baik walaupun kondisinya tidak kondusif. Tetap tenang. Tidak mudah putus asa. Tetap kuat. Tidak menyalahkan diri sendiri secara berlebihan. 

Semua hal ini, perlu di asah dengan baik. Perlu di latih dalam perjalanan waktu pada berbagai cerita hidup. 

Tidak ada yang instan. Bahkan hal seinstan indomie pun, butuh prosesnya sampai bisa disantap.

Karna itu, setiap kali kamu patah, kamu hancur, kamu terpukul dan merasa dirimu tidak berharga....

Dengarkan ini, ambil waktumu sejenak, untuk marah dan menangis dalam diam. Kamu boleh berteriak, menangis, mengumpat, bahkan marah. Namun, lakukan itu dalam batas yang wajar dengan tidak menyakiti dirimu. Kamu berhak menikmati emosi yang ada. Tapi jangan korbankan dirimu. 

Kamu, harus menyayangi badanmu, dirimu, jiwamu, karna dia sudah menemanimu melangkah sejauh ini. Kamu sudah berjalan sejauh ini, hanya untuk merasa gagal. Ingat ini, manusia itu tempat salah, khilaf, bodoh, tapi manusia juga memiliki akalnya untuk memperbaiki dirinya.

Jadi, jangan tenggelam dalam emosi negatifmu dan lalu hilang arah karnanya. Setelah kamu menikmati semua emosimu, ambil waktu untuk berpikir dengan tenang dan rasional. 

Jangan lupa, Tuhanmu. Tuhan selalu memelukmu dengan caraNYA. Jangan takut. Jangan hancurkan dirimu dan kebanggaan orang tuamu. Ada orang2 yang selalu memelukmu dengan doanya pada setiap langkah yang kamu ambil.

Karna itu, jangan kalah dengan keadaan. 

Perkuat pijakanmu dan bijaklah dalam melangkah. 

Semua cerita pahit yang kamu alami, akan menjadi penguat langkahmu dikemudian hari.

Jangan kalah lalu hilang.

Perjalanan ini masih panjang, dan terlalu pagi untuk menyerah pada mimpi yang sudah kamu hidupi.

Aku, akan mendoakanmu. Supaya kamu selalu menatap ke atas dalam setiap susahmu dan membumikan pijakkanmu pada setiap cerita hebat yang menghidupkanmu. 

Dalam sujud maupun syafaat, Tuhan hanya sejauh doa.


Dan lalu, pada sebuah sudut yang temaram itu seorang pesakitan bertanya...

Bila sistemnya terlalu kuat untuk di ubah bahkan di runtuhkan, bukankah manusianya yang harus diajar kembali? 

Sistem dibuat oleh kendali manusia. Bukankah, manusia itu harusnya berbudi pekerti dan berhati? 

Dan pada hiruk pikuk seberang sana,
Seseorang mengangkat gelasnya dan meneriakkan ...kalo tidak kuat, mundur saja. Keterbiasaan ini, adalah budaya yang akan dilestarikan turun temurun. 


Karnanya, perkuat langkahmu. Beradaptasi itu perlu, walaupun pijakanmu akan menentukan arahmu.

Kamu boleh berbaur, tapi jangan sampai melebur.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

25 Facts about me

25 facts about me Ini salah satu chalenge yang agak menatang bin unik, karena saya harus benar-benar mengenali siapa dan bagaimana saya. Memang hanya sebuah keisengan saja, tapi tetap saja, membuat saya berpikir cukup keras untuk ini... And, this is it... 25 fact about me : 1. Saya adalah sulung dari 5 bersaudara, namun tunggal perempuan dari 3 bersaudara, kedua adik perempuan saya meninggal. Dirumah semua memanggil saya Kakak, bahkan yang lebih tua dari saya. (*kocakkan?) 2. Saya lahir di Salatiga, tumbuh dan berkembang di berbagai kota, palembang, surabaya, makasar, namun sebagian umur saya, dihabiskan di Metropolitan. Hmmm,,,,tapi saya Ambon! 3. Saya menghabiskan waktu luang saya dengan nulis, denger musik, baca buku, but almost novel my fave reading. Hohoho... 4. Hal yang tidak pernah salah buat saya adalah CHOKI-CHOKI, karena teman terbaik sekaligus musuh teeberat saya (*sometimes) Yep, Im chocofreak!  5. Saya suka bertualang kemana saja. Apalagi kepegunungan. T...

Obsesi YANG SALAH!!!

Obsesi yang salah! Saturday, September 25, 2010 6:15 AM Mungkin aku harus mengatakan BAHWA aku PEREMPUAN yang sangat beruntung! Dengan segala keterbatasan yang aku miliki,aku mampu memikat hati siapa saja. Aku mampu mendiamkan,ANJING HERDER!<loh kok=""></loh> ************************************************************** Kenapa aku mengatakan AKU BERUNTUNG??? Disatu sisi,aku dicintai oleh seorang lelaki yang nyaris sempurna. Dia memiliki ketampanan dan kemapanan yang menjadikannya sebuah OBSESI yang diminati oleh setiap HAWA. Kecuali aku! Aku benci COWO! Mereka adalah makhluk egois yang tidak pantas dicintai. Mereka lebih baik untuk dicampakkan. Tidak ada toleransi untuk rasa benciku pada makhluk terkutuk itu. Aku membenci mereka. Sangat membenci mereka. Entah untuk alasan apa! Tapi,AKU MEMBENCI COWO. Sampai DIA datang… Membuatku runtuh dari KESOMBONGANku yang menilai bahwa akulah yang paling benar tentang segala hal. Dia menamp...

I am a proud sister!!!

I am a proud sister!!!! First thing first... Congratz, Melf! Calon Sp.B menunggu waktu aja sih. Pembicaraan tentang sekolah lagi itu sudah ada beberapa tahun ke belakang, sejak PTT, well kita udah hampir 8 tahunan jadi dokter. Mulai dari dokter ptt di pedalaman, hingga magang di RSUD, hingga akhirnya menetap dan menjadi PNS di RSUD Kota Sorong lalu di angkat menjadi Kepala IGD (*melf) Jadi saya mengerti betul, bahwa kakak saya sangat menginginkan "sekolah" lagi. Sama saya juga. Tapi, usia epit adalah batas rawan. Kenapa? Dia udah 33, tahun ini, 34. Sedangkan batas usia yang di tetapkan itu 35 tahun. Jadi saya mengerti betul, kenapa dia berjuang dan berusaha sekuatnya untuk masuk PPDS. Mungkin ada banyak yang akan bertanya, ngapain sih ngotot jadi ppds atau sekolah spesialis. Toh udah dokter, ngga capek sekolah lagi. Well, tergantung caramu memandang sebuah "nilai" dari gelar yang tersemat. Untuk kami, menjadi Spesialis bukan hanya tentang "keuntungan...