Si paling suka ketawa
Tidak ada hal yang begitu berat, yang akan membuat saya berhenti menertawakan sesuatu.
Sombong banget nyed
I know.
Selama saya hidup, pukulan2 terberat saya tuh ketika saya mundur 2 bulan dari pelantikan dokter karna ngga lulus IKM dan saat papa meninggal.
Selain itu, ngga ada yang seberat ini. Dan semoga semua yang akan datang nantinya, akan terlalui dengan baik.
Nah, pada pukulan2 terberat yang saya hadapi itu, tetap aja ada celah untuk menertawakan sesuatu. Ada aja gitu yang membuat saya bisa tertawa.
Aneh? Bagi sebagian orang iya, nyed. Tapi, bagi orang yang mengenal saya, mereka paham, saya adalah manusia yang selalu tertawa dan menertawakan keadaan.
Saya bisa jadi manusia paling menyebalkan saat marah. Namun, saya juga mampu menjadi manusia paling menenangkan di kala situasi genting, karna saya bisa menghandle "kegentingan" itu dengan menertawakannya.
Waktu papa meninggal ya gitu. Saya sedih. Nangis. Tapi, ada moment dimana saya, amor, eset dan Mama, kita menertawakan keputusan Yesus untuk mengambil papa. Bukan tertawa dalam artian meremehkan ya. Ngga. Hanya saja, kami tertawa aja, bahwa Yesus memiliki lelucon yang tidak terduga.
Kemaren, baru meluk papa dan nguatin beliau untuk mau cuci darah. Besoknya, malah pulang ke Yesus. Kan, agak aneh ya. Padahal, semua baik2 aja. Abis cuci darah itu masih cerita2 dan tenang2 aja.
Dan, saya tuh punya "bad habit", dimana saya selalu tertawa saat2 yang penting. Ujian sama prof dulu juga gitu. Ditanya2in sama prof, sampe mentok. Ketika saya udah jelasin2 dan jelasin lagi. Dan masih dikejer juga, dengan tenang dan tertawa santai saya menjawab ....ngapunten nggih, prof. Saya belum belajar sampai disitu. Saya masih perlu belajar banyak.
Dan prof itu tertawa. "Ya, makanya nanti belajar yang bener ya, yedijah"
Atau, pada setiap moment dimana situasinya mencekam bahkan menegangkan. Saya mampu menertawakan itu.
Ya karna saya tau aja, Yesus bersama saya dan saya akan baik2 aja. Semua ini, bakalan terlewati dengan baik.
Hidup itu bukan hanya tentang teori yang dilafalkan terus menerus. Hidup itu moment yang diciptakan dan dilalui dengan bijak pada setiap kondisi dan situasi yang tidak selalu baik-baik aja.
Thats principal.
Jadi, mau ada orang marah, dengan 1003 perintah2 ajaib. Saya akan menghadapinya dengan baik. Walaupun marah, ngegerutu, dan semua kekesalan yang saya tumpahkan pada diri sendiri. Pada akhirnya, akan saya jalani dengan baik.
Sejauh ini, sikap hidup seperti inilah yang saya lakoni dengan baik.
Tidak menyalahkan. Tidak menggerutu. Tidak meremehkan. Tidak melimpahkan tanggung jawab pada orang lain. Tidak megalomen. Tidak menyusahkan orang lain.
Dan tidak menjadi orang yang berekspektasi tinggi tentang semua kemungkinan.
Saya memprediksi banyak hal, menyiapkan segala sesuatu, namun saat hal itu terjadi diluar plan2 yang saya buat, ya westalah... di jalani aja.
Thats life.
Hal baik ini, saya pelajari dengan baik dan mahal dari ibu saya. Ibu saya mengajar kan begitu banyak hal baik, salah satunya cara beradaptasi dengan bijak.
Oh ya, dan menertawakan semuanya...
Sinsi bilang .....selama segalanya masih bisa ditertawakan, itu berarti tidak berat...
Dan hari ini, saya merindukan papa. Sangat.
Ah noke, kalo aja papa masih bisa kaka telpon.
Hanya untuk dengerin, bahwa ...semua baik2 aja, non. Papa dengerin semua susahnya nona. Papa bangga banget sama nona....
Saya hanya ingin denger kata2 itu.
Bukan karena saya cengeng, pa. Atau manja (*iya dikit sih). Atau apalah itu.
Saya hanya ingin dengerin, bahwa ada orang yang begitu percaya pada semua hal yang saya buat. Orang yang tidak meragukan hal2 baik yang saya lakukan.
Orang yang senantiasa mendengarkan saya, dan orang itu adalah ayah saya. Noke, namanya.
Kata2 itu, membuat saya percaya pada diri saya sendiri. Membuang semua ragu yang kadang terselip masuk.
Thats why, ketika saya katakan separuh diri saya hilang bersama papa. Karna, pada setiap hal yang meruntuhkan semangat bahkan meragukan percaya saya pada diri saya. Tepat disaat itu, Noke ada untuk saya.
Papa, hal terakhir yang saya janjikan di malam terakhir papa bernafas itu sudah saya lakukan pa.
Sekolah lagi. Menjadi spesialis.
Saya menjalaninya, pa. Hanya saja, terkadang saya meragukan banyak hal tentang saya. Banyak pa. Saya tidak pintar
Tidak rajin. Pemalas. Bodoh. Lelet. Dan segala macamnya, pa.
Dan disaat2 itu, saya cuman pengen denger papa bilang .....papa selalu bangga sama nona.....
Huppppfhh.... papa, jauh sekali, pa...
Nyed_
.....Papa sakit bukan penghalang nona tidak sekolah lagi. Papa minta, kaka harus sekolah lagi. Harus jadi spesialis. Itu kebanggaan buat papa. Janji ya? Biar papa sakit2 gini, papa tetap akan liat nona. Papa mau nona berhasil ya. Jangan susah liat papa....
Kata2 ini, adalah kata2 terakhir papa untuk saya. Ketika saya datang dan menangis di peluknya. Karna melihat papa sakit, saya menangis dan bilang ....saya ngga usah sekolah pa, saya jaga papa aja ya...
Dan beliau ngotot tentang sekolah lagi. Dan besoknya, Yesus menjemput beliau pulang.
Tidak ada yang bilang sekolah spesialis akan mudah jalannya. Ngga ada.
Namun, dalam perjalanan yang tidak mudah itu, saya percaya Yesus menguatkan dan menyediakan semua hal yang saya butuhkan, doa ibu saya memeluk saya dari jauh, serta berkat yang ayah saya ucapkan selamanya akan menemani perjalanan saya.
Selamanya, saya akan selalu diberkati. Seperti arti nama yang papa berikan...
Bennu Bekhorah Jedijah
(*anak sulungku perempuan, Tuhan mengasihi anak ini)
Tertawalah nyed, sebab semua hal dalam hidup lo, ada dalam perkenanNYA.
Komentar
Posting Komentar