Saya seorang pendendam yang baik.
Saya mungkin memaafkan, tapi selama saya hidup akan selalu mengingatnya.
Karna itu, saya selalu mencegah diri saya untuk terlibat lebih jauh dengan orang2 yang saya tau akan berkonflik dengan saya. Iam observer and i know whose troublemaker is.
Atau untuk semua orang yang "melelahkan otak" saya. Im done. Karna, marahnya saya sangat berbeda dengan orang lain. Ketika saya masih bisa berbicara, teriak, maki2, artinya kamu akan tetap saya anggap ada. Serius.
Tapi, saat saya diam dan tidak lagi bereaksi apapun. Tempatmu adalah orang luar yang tidak akan pernah saya acuhkan. Bahkan melihat bayanganmu saja, saya enggan.
Jeleknya yedijah ini, ketika dia menarik dirinya untuk tidak lagi mengenal orang itu, dia benar2 melakukannya dengan benar.
Mungkin inilah priviledge yang noke ciptakan untuk dia, menjadi mandiri. Tidak merepotkan dan tidak perlu bersentuhan. Tidak perlu basa basi. Sebab tidak semua orang bisa menerima dan menemani.
Baik itu secukupnya.
Kadang ya, ketika saya memutuskan untuk tidak lagi mau tau tentang seseorang. Dan lalu, dia datang dan meminta maaf dengan baik. Tapi, saya? Saya adalah saya yang sama belasan tahun lalu, ketika saya katakan tidak, selamanya akan tidak.
Saya akan mendebat diri saya, "kenapa lo jahat, nyed", "lo tau ngga, dia sedang kesusahan", "seharusnya lo....", but the end of the day, nilai seorang yedijah adalah tetap manusia keras kepala yang jahat. Yang tidak akan mengubah keputusannya hanya karna belas kasihan. Ini yang selamanya, membedakan papa dengan saya, papa akan selalu jatuh kasian pada orang2 yang menjahatinya, ketika mereka datang meminta tolong. Saya? Kalo kata tata, saya itu artemesia. Jahatnya konsisten.
Baginya, "sudah melupakan" jauh lebih bernilai ketimbang sebuah ucapan maaf yang tidak dilakukan dengan sungguh-sungguh.
Karna itu, saya lebih suka kata itu... "saya sudah melupakan" daripada "saya memaafkan"
Saya sekeras itu? Banget. Banget. Karna untuk bisa menyakiti saya, kamu harus benar2 bisa "mengalihkan dunia" saya. Di mata saya kamu bisa bernilai, ketika saya menganggapmu ada.
Lo ngga pernah menyakiti orang lain?
Sejauh yang saya tau, saya tidak pernah meringakan tangan atau meringankan mulut saya untuk menceritakan hal2 yang diluar kapasitas saya. Menghina orang. Mengumbar keburukan orang. Atau bahkan mengata2i orang. Saya memahami setiap orang memiliki battle dan strugglenya. Hal yang diluar jangkauan saya.
Lo butuh orang lain nyed. Jangan sombong.
Sejauh ini saya berjalan, saya berjuang bersama Yesus. Saya tidak meminta pertolongan siapapun juga. Saya mengikuti semua proses yang harus dijalani. Saya tidak meminta belas kasihan siapapun untuk sampai dititik ini. Saya berjuang sendiri. Jadi, saya tidak punya utang kesiapapun. Ini pasti terdengar sombong ya? Pasti.
Selama saya hidup, saya menjaga diri saya dengan sangat baik. Agar tidak menyusahkan orang lain. Agar tidak mempermalukan ayah ibu saya. Dan, agar tidak membuat Yesus kecewa.
Sejauh ini, saya melakukannya dengan baik. Semoga saja, selamanya akan tetap seperti ini.
Karna itu, saya berkomentar sejauh itu dibutuhkan. Kecuali, untuk orang2 yang saya angkat inner circle saya. Orang2 yang saya cintai dan sampai kapapun akan selalu menjadi bagian dari hidup saya, Mama dan Eset. Untuk mereka, apapun akan saya lakukan. Apapun. Mereka adalah janji saya untuk Noke. Salah satu utang terbesar yang saya janjikan di depan peti papa sebelum api membakarnya.
Dan untuk mereka, saya selalu bersedia merepotkan diri saya.
Saya seorang pendendam yang baik.
Saya tidak membalas apa yang orang buat, hanya saja saya akan mengabaikan apa yang terjadi pada mereka. Apapun itu.
Bila saja, mereka kesakitan atau jatuh di hadapan saya, apa yang saya lakukan? Saya melangkahi mereka dan menganggap tidak ada yang terjadi.
Thats the point.
Orang selalu menuntut, orang lain harus berbuat baik pada mereka. Namun, mereka lupa, bahwa cara orang lain bereaksi terhadap mereka adalah cermin dari apa yang mereka lakukan.
Menjauhi manusia2 dengan prilaku bangsat adalah cerita lain dari melindungi diri sendiri dari hal2 tidak menyenangkan.
Sekian.
Hey, febuari...
Terima kasih sudah menjadi bulan yang begitu melelahkan, namun saya mensyukuri setiap cerita di dalamnya.
Dear feb,
Kamu membuat saya sah menjadi anak kuliah lagi. Menikmati kembali kuliah dan ujian2nya. Bangun pagi dan tugas2nya.
Dan saya bersyukur,
Saya menjalaninya dengan baik.
Yesus,
Bilang buat Noke, anaknya sesenang itu kembali sekolah.
Hanya saja, tidak adalagi papa yang akan mendengarkan cerita2 konyolnya tentang sekolah.
I miss you, papa 😘
Nyed_
Saya hanya ingin menulis saja. Ini sebuah cerita yang diceritakan ulang.
Tiba2 aja, saya mengingat sebuah nama yang membuat emosi saya naik. Dan lalu, saya menyadari, sampai detik ini, saya tidak bisa untuk melupakan kesalahannya.
Saya pendendam yang baik kan?
Kalo baik ya baik aja, sama kalo jahat ya jahat aja. Jangan jadi munafik. Kalo jahat itu harus konsisten.
Dari saya, manusia yang jahat, yang ngga ada baik2nya. Bahkan tidak bisa dijadikan contoh, ya karna memang ngga pengen di contoh.
Dan semua yang ditulis ini, bukan sebuah contoh yang benar. (*karna itu, ekspektasi anda untuk anak pendeta, jangan ketinggian) 🍺
Komentar
Posting Komentar