Ketika dulu saya lahir dan sebagian orang bilang ke papa, "yah, harusnya bung noke anak pertamanya cowo ya"
Bagi beberapa orang, apalagi saya lahir dalam keluarga berdarah timur,
Mereka menyambut dengan baik bila anak itu adalah laki2. Termasuk oma saya. Untungnya, Noke tidak begitu. Beliau begitu bahagia dan bangga, ketika melihat saya lahir.
Papa saya tertawa, setiap kali mendengar tentang pernyataan2 bodoh itu "harusnya anak pertamanya cowo". Lalu, Goel, kemudian Amor lahir, trus lilbabs dan astrid. Dalam perjalanannya, pada suatu waktu, saya mengantar papa melayani di Sentul. Tiba2 papa bilang gini "papa bersyukur, kaka jadi anak pertama, karna anak perempuan pertama sanggup memikul segala beban, karna dia kuat, dan dia selalu bisa diandalkan dalam segala hal. Papa mengucap syukur untuk nona. Karna anak pertama itu nona, papa bisa tenang."
Papa benar2 percaya bahwa saya mampu menggantikan beliau di dalam rumah. Dari kita kecil, papa sudah mendidik kita bahwa kakak harus dihormati. Kakak harus mendapatkan bagian yang lebih dari adik2. Amor dan eset wajib memanggil saya dengan sebutan "kakak". Papa bakalan ngamuk kalo mereka berdua, memanggil saya dengan nama. Hingga sampai hari ini, kamu tidak akan menemukan mereka memanggil saya dengan sebutan lain, selain kakak. Im still the boss and always be.
Saya ingat banget, beberapa bulan sebelum papa meninggal. Saya dan papa duduk diteras dan beliau tiba2 aja bilang gini ....papa sudah bicara dengan amor dan eset. Didalam rumah ini, keputusan tertinggi ketika papa pergi adalah kakak. Bagaimanapun caranya, kakak adalah pengganti papa. Kalo nanti kaka menikah, amor yang akan mengambil keputusan2 penting tapi, amor harus meminta persetujuan kakak. Karna, anak sulung papa itu nona. Sama seperti ketika papa ada, suara nona adalah mutlak. Tidak ada yang bisa melawan itu. Papa mau, saat nanti papa mungkin tidak sama kalian, nona bisa menjaga dan mengarahkan amor dan eset ya. Nona harus jadi sombar buat dong dua. Amor akan jadi pendeta, eset juga akan berhasil, tapi dalam cerita di rumah ini, papa percaya papa punya anak perempuan yang handle. Nona harus jadi contoh yang baik untuk mereka berdua. Jadi ingatan, sayang itu ade dua. Biar busu2 jua, itu nona punya ade. Mau kalian baku marah sampe bagaimanapun, kalo ade susah, kaka harus bantu. Karna kalian sedarah, laeng jaga laeng, laeng lia laeng. Papa punya anak cuman 3 orang, dikalian papa titipkan semua yang papa dan mama punya. Hidup baik2. Jangan bikin susah orang lain.....
Saya tidak pernah menanggapi dengan serius obrolan itu. Hingga ketika beliau pergi, dan saya harus menjadi sosok seperti beliau. Tidak menggantikan, namun lebih ke penyeimbang mama di dalam rumah. Kerasnya papa, tegasnya papa, keputusan2 penting yang biasa papa buat, sampe galaknya papa, ada di saya.
Kalo di renungkan kembali, menjadi anak pertama tuh ngga segampang yang di liat, walaupun terlihatnya sangat mudah. Ada banyak hal yang harus dipikirin, dipertimbangkan, dan semua hal itu, dia lakukan sendiri. Berdebat dengan egonya sendiri, berdiskusi dengan pikirannya sendiri, dia harus bisa menghandle semua hal sendirian. Dia tidak boleh terlihat kalah, cengeng, manja dan apapun yang terjadi, show must go on. Keadaan menuntutnya untuk harus tetap berdiri paling akhir, disaat yang lain mungkin beranjak.
Entahlah, nok. Semoga saja, saya sudah menjadi si sulung yang bisa dibanggakan, bisa diandalkan dan bisa menjadi teladan yang benar untuk monet2 kecil.
Seandainyapun saya belum menjadi contoh yang benar, semoga saja mereka bisa menjadi jauh lebih hebat dan lebih baik dari kakaknya.
Saya tidak pernah merasa paling dalam segala hal. Karna saya tau, saya memiliki banyak kekurangan. Namun, dalam setiap hal yang dipercayakan, saya mengusahakannya dengan maksimal. Karna saya memahami, sebuah kepercayaan tidak pernah diberikan untuk orang-orang yang gampang.
Menjadi kaka yang baik, tidak pernah semudah itu kan? Menyenangkan hati semua orang, bukan tugas yang mudah. Setidaknya kalo tidak bisa menyenangkan semuanya, jangan menyakitinya.
Dear noke,
Bahu saya sudah terlatih untuk harus kuat, pa.
Saya dididik untuk menghadapi begitu banyak hal namun harus tetap tertawa,
Saya dibesarkan oleh orang2 yang dididikannya keras, tegas, hingga tanpa saya sadari, menjadi seorang yang begitu indipendent adalah hal termewah yang saya miliki.
Papa mengucap syukur memiliki saya, sama seperti saya mengucap syukur seumur hidup saya, karna memiliki Noke dan Sinsi sebagai orang tua.
Dan aku, selamanya mengucap syukur pada Yesus, karna memilikimu seumur hidupku, dan aku diberikan anugerah untuk memanggilmu papa.
Papa, jaga kita dari atas sana ya.
Kasih tau saya, bila ada sikap saya yang keliru, pa.
Kadang saya ingin membahagiakan semua orang, namun saya tidak cukup pandai untuk mencintai diri saya sendiri, pa.
Saya mendahulukan semua orang, hingga kadang saya lupa, untuk memanusiakan saya, pa.
I love you, dad.
And, i miss you so bad 😘
Setiap kali saya menyadari, saya adalah seorang kakak, setiap itu juga saya memahami, bahwa apapun yang saya buat, kerjakan, lakukan, semuanya tidak bisa hanya terfokus untuk diri saya sendiri.
Karna itu, setiap kali saya akan berpergian, kemana saja, hal pertama yang selalu saya ingat adalah.... "mama, amor, eset, mau ikut ngga ya?"
Mereka akan selalu menjadi prioritas pertama dalam hidup saya. Selalu.
Nyed_
Kuatin bahu lo, nyed.
Masih ada banyak hal yang harus dijalani, dihidupi dan dihadapi,
Perjalanan masih panjang.
Tidak ada tempat untuk menangis dan merengek. Apalagi menjadi manja. Lo ngga secengeng itu, nyed.
Berdirilah tegak, tegakkin kepala lo,
Sampe sejauh ini, semua hal yang lo buat, sangat membanggakan Noke dan Sinsi.
Dan sampai sejauh ini, Yesus selalu memeluk lo dengan caraNYA.
Surabaya, di kosan.
Dan tiba2 ngidam es grim..🤤
Komentar
Posting Komentar