Langsung ke konten utama

hitam muda? hahahahahhahaaa

 

disclaimer : ini note paling rasis dan sangat tidak penting


untuk pertama kalinya, saya dipertanyakan sebagai "orang timur", karna warna kulit saya yang tidak gelap.

ini agak mengejutkan ya. Sangat sih. Karna, dari lahir, saya terkenal dengan sebutan "monyet", karna saya berbulu dan kulit saya coklat yang kematangan. Dari kami berlima, hanya Amor yang beneran putih kayak kulitnya orang China. Saya dan babs itu coklat tua dan merah. Eh, Goel juga putih sih. Putih dan manis. Astrid? Belum begitu terlihat apa warna kulitnya.

tadi, saya pergi ke salah satu Lab Terbesar untuk Vaksinasi Hep B. Karna ini salah satu kewajiban saat menjalani residen. Jadi, saya patuh, walaupun saya takut banget di suntik. 


Aneh bin ajaibnya, semua pemeriksaan saya normal. TD 120/80 (dengan tensi manual), padahal ya, biasanya menghadapi kayak gini tuh tensi saya selalu naik. Mau vaksin covid dulu aja sampe 160 an. Saya takut banget sama suntikkan. Tolong jangan ketawa. Ini serius.

Saya disuntik oleh dokternya. Selesai di suntik, beliau bertanya tentang asal saya, dimana saya tinggal, kenapa baru sekarang vaksin hep B.

sampai ketika beliau membaca nama saya ....Bennu Bekhorah Jedijah, namanya unik, orang mana?

Saya : saya orang ambon, dokter. (jeda) ....saya lahir dan besar di Jakarta, dokt. 

Dokter itu menatap saya ....Orang timur itu biasanya kulitnya gelap loh, dok. Dokter ngga gelap loh. Justru saya pikir, ada peranakkan india gitu ya?

Saya tertawa sambil mengangguk. ....saya Ambon dok. Ayah ibu saya, aseli Ambon, mungkin dari papa yang masih ada darah belanda sih ya. 

Dokter itu mengangguk. ....ya, ya, ya, campuran berarti ya. Soalnya kalo di liat, dokter ngga seperti Orang ambon ya, ada sih dikit, tapi lebih ke timur tengah ya?

Saya terdiam sebentar dan berusaha menyikapinya dengan bijak. Karna bukan kali pertama saya mendengar hal ini. "Mirip india", "sekilas kayak orang arab", "keturunan timur tengah" dan segala hal yang menurut saya "plis lahm gw indonesia"

Menutup percakapan kami, si Dokter bilang gini ....sukses ya sekolahnya, sehat selalu sampe selesai ya. Semoga di panasnya surabaya ngga bikin luntur ya.... 

Saya menanggapi dengan tertawa.


well, the point is...

Seumur hidup saya nih, saya tidak pernah di bilang "putih" atau "kulitnya terang". Ngga pernah. Bahkan di rumah saja, saya dan papa selalu becanda tentang "siapa yang lebih putih".

Jadi, ketika ada orang yang bilang atau memuji saya "berkulit terang", saya boleh dong, agak GE-ER hahalhhahaahhahahahahahaaa.... Aseli ini absurd banget.

Entahlah, perawatan bagian mana yang saya jalani hingga bisa terlihat seterang ini. Saya ngga akan menyebutkan saya putih, karena memang tidak putih. Namun, saya cukup bangga, saat orang melihat kulit saya "bersih", ngga burik dan ngga coklat yang kucel. Thanks God. 

Saya ingat beberapa waktu lalu, saya naik ke Lawang untuk menemui Amor. Ya, setelah 2 tahun lebih, akhirnya saya bisa ketemu dengan amor. Dia sedang evaluasi vikaris di tahun ke 2. Hasilnya sangat memuaskan. Amor menjadi yang terbaik dan akan di teguhkan Maret nanti. Berita baikkan, pa? Nah, ketika ketemu itu, amor bilang gini "Kak, ko putih banget ya", ya kalo dibandingin dia, jauh lah. Jauh banget.

Begitu juga dulu, ketika saya pulang ke Jakarta pertama kali, setelah tugas di Solo. Eset menjemput saya di Stasiun Gambir,  tau ngga apa yang dia bilang pertama kali saat liat saya? ...kakak, ko puith loh. kulitmu terang banget. Saya hanya tertawa aja. Tanpa pernah berpikir bahwa "oh iya putih juga ya saya ini". 

Perawatan apa nyed? Ngga ada. Ini lebih ke mandi sebersih-bersihnya dimulai saat covid itu. Bayangin aja ya, saya mandi 3 kali setiap kali jaga dan saya jaganya 5 kali seminggu, karena dokter2 yang lain udah sepuh. Jadi kebanyakan saya yang jaga. Bayangin ya, saya pergi mandi, abis jaga mandi, pulang rumah mandi. Ngga keluar kemanapun. Diem aja gitu di rumah, kecuali sore untuk olahraga saat saya tidak jaga. Kayaknya sih, mulai dari situ deh, kulit saya mulai cerah. Ya ngga putih banget sih. Ngga lah. Cuman kalo di jejerin sama Amor dan Eset, saya jauh lebih cerah ahahhahahahhahahahahahaaaa...


Bener ngga ini note tolol ya? Ngapain banget coba saya harus membanggakan kulit saya yang terlihat cerah atau lebih cerah. 

mungkin bagi sebagian orang ini akan terbaca biasa aja. Atau sok cantik atau apapun itu. Namun, bagi saya yang sebagian masa remaja saya dijalani dengan orang-orang yang "membandingkan warna kulit", iya saya mengalami itu. Bukan hanya masa remaja, sejak saya kecil. Saya bersekolah dilingkungan yang mana, mayoritasnya adalah kulit putih. Sehingga saya adalah "sebuah anomali" di masa itu. 

Saya membenci nya? Ngga juga. Hanya saja, susah menemukan teman untuk berbagi saat itu. Akhirnya ya terbiasa aja, untuk sendiri. Pada kenyataannya sendiri tidak begitu buruk. Karena itu, ketika tadi mendengar si Dokter mengatakan itu, saya merasa geli dan cukup bangga pada diri saya. Entah apa yang saya pakai di badan saya. Rasanya saya tidak pernah ke salon khusus untuk perawatan.

Mungkin memang sudah waktunya cerah? Papa juga gitu. Dulu papa jelek banget. Itam. Gendut. Jelek. Tapi, tuanya jadi good looking. Bahkan kulitnya papa terbilang lebih cerah. Makanya kita berdua suka banget ukur-ukuran siapa yang paling putih hahahhahahhahahahahhahahahhahaaa... Bangke ngga sih, nyed!


btw, ini note saya ke 600 loh. hahahahahahhahahahaaaa...

Note terabsurd. Membahas hal yang ga penting, as always dude...


Selamat datang Febuari. Nice to meet you again. 

Semoga saja, Febuari bisa dilewati dengan menyenangkan ya. Oia, Yesus makasih ya... Saya berada di tempat yang saya inginkan untuk 4 tahun mendatang.


Nyed_

Boleh ya, belajarnya lebih giat lagi...


saya suka foto ini. Menikmati hidup. Tenang. Santai. Ini akhir oktober, Bukit Klangon. 

babs ....ayok foto kak, ma...
saya (poker face)
diantara kita memang cuman mama aja yang auranya bersahabat. Sekian. 











Komentar

Postingan populer dari blog ini

25 Facts about me

25 facts about me Ini salah satu chalenge yang agak menatang bin unik, karena saya harus benar-benar mengenali siapa dan bagaimana saya. Memang hanya sebuah keisengan saja, tapi tetap saja, membuat saya berpikir cukup keras untuk ini... And, this is it... 25 fact about me : 1. Saya adalah sulung dari 5 bersaudara, namun tunggal perempuan dari 3 bersaudara, kedua adik perempuan saya meninggal. Dirumah semua memanggil saya Kakak, bahkan yang lebih tua dari saya. (*kocakkan?) 2. Saya lahir di Salatiga, tumbuh dan berkembang di berbagai kota, palembang, surabaya, makasar, namun sebagian umur saya, dihabiskan di Metropolitan. Hmmm,,,,tapi saya Ambon! 3. Saya menghabiskan waktu luang saya dengan nulis, denger musik, baca buku, but almost novel my fave reading. Hohoho... 4. Hal yang tidak pernah salah buat saya adalah CHOKI-CHOKI, karena teman terbaik sekaligus musuh teeberat saya (*sometimes) Yep, Im chocofreak!  5. Saya suka bertualang kemana saja. Apalagi kepegunungan. T...

Obsesi YANG SALAH!!!

Obsesi yang salah! Saturday, September 25, 2010 6:15 AM Mungkin aku harus mengatakan BAHWA aku PEREMPUAN yang sangat beruntung! Dengan segala keterbatasan yang aku miliki,aku mampu memikat hati siapa saja. Aku mampu mendiamkan,ANJING HERDER!<loh kok=""></loh> ************************************************************** Kenapa aku mengatakan AKU BERUNTUNG??? Disatu sisi,aku dicintai oleh seorang lelaki yang nyaris sempurna. Dia memiliki ketampanan dan kemapanan yang menjadikannya sebuah OBSESI yang diminati oleh setiap HAWA. Kecuali aku! Aku benci COWO! Mereka adalah makhluk egois yang tidak pantas dicintai. Mereka lebih baik untuk dicampakkan. Tidak ada toleransi untuk rasa benciku pada makhluk terkutuk itu. Aku membenci mereka. Sangat membenci mereka. Entah untuk alasan apa! Tapi,AKU MEMBENCI COWO. Sampai DIA datang… Membuatku runtuh dari KESOMBONGANku yang menilai bahwa akulah yang paling benar tentang segala hal. Dia menamp...

I am a proud sister!!!

I am a proud sister!!!! First thing first... Congratz, Melf! Calon Sp.B menunggu waktu aja sih. Pembicaraan tentang sekolah lagi itu sudah ada beberapa tahun ke belakang, sejak PTT, well kita udah hampir 8 tahunan jadi dokter. Mulai dari dokter ptt di pedalaman, hingga magang di RSUD, hingga akhirnya menetap dan menjadi PNS di RSUD Kota Sorong lalu di angkat menjadi Kepala IGD (*melf) Jadi saya mengerti betul, bahwa kakak saya sangat menginginkan "sekolah" lagi. Sama saya juga. Tapi, usia epit adalah batas rawan. Kenapa? Dia udah 33, tahun ini, 34. Sedangkan batas usia yang di tetapkan itu 35 tahun. Jadi saya mengerti betul, kenapa dia berjuang dan berusaha sekuatnya untuk masuk PPDS. Mungkin ada banyak yang akan bertanya, ngapain sih ngotot jadi ppds atau sekolah spesialis. Toh udah dokter, ngga capek sekolah lagi. Well, tergantung caramu memandang sebuah "nilai" dari gelar yang tersemat. Untuk kami, menjadi Spesialis bukan hanya tentang "keuntungan...