Langsung ke konten utama

Tentang Solo


Setahun nyed. Sudah setahun loh jadi wong solo.

31 desember 2020, jaga terakhir di wisma atlet.
2 januari 2021, saya berangkat ke Solo dengan mobil, mama, amor, tante mike dan vega mengantar kesini.

Pikiran saya saat itu sederhana, ....semoga saja, saya betah disana....

Ada banyak alasan untuk pergi. Saya boleh2 saja, tidak mau mengambil pns ini dan membiarkannya begitu saja. Toh, lulus ini bukan sesuatu yang begitu membanggakan. Im far away from home. (*Saya terdengar bangsat ya? Sombong banget ya?)

Jakarta, saya terbiasa disana. Beradaptasi bukan hal yang sulit. Saya pernah berada dipedalaman papua, pernah merangkai segala cerita kocak disana. Berada didaratan barat, bukan hal yang sulit.

Yang saya takutkan adalah kebosanan saya. Saya adalah manusia yang cepet bosan. Rutinitas selalu tidak membuat saya excited. Im rebel and reckless hahahahahahahahahaaa... Dan lalu, saya memilih ke tempat yang "tata krama" adalah suatu kewajiban yang mutalk kudu harus.

Shockculture? Naaah.... Ngga lah. Sebrengsek dan tidak sopan ataupun tata krama saya perlu remedial pun, saya diajarkan sopan santun yang "saklek" dari Oma dan Papa saya. Sangat saklek. Setidaknya itu membuat saya, mampu mengontrol "ketidaksopanan" versi saya, yang kadang membuat papa menggeleng.

Saya mendebat banyak hal. Disini? Saya mencoba mendebat dengan cara yang halus. Saya menertawakan banyak hal, bahkan dimoment2 genting. Disini? Masihlah dan akan selalu. Tertawa dimoment penting itu priceless.

Bulan ke 6 saya disini. Pernah ada yang bertanya, "yed, kamu gimana? Ngga ngerasa sepi ya? Kamu dari jakarta Loh, ke solo, kotanya sepi gini. Kamu gimana, adaptasinya baik2 aja ya?"

Saya, niat awal tes bukan untuk lulus, justru karna peluang lulus ditempat ini kecil. Bahkan hampir nggak mungkin masuk. Beradaptasi? Rasanya baik2 aja sejauh ini. Mungkin karena saya manusia yang bodo amat, ....intinya semua tugas yang dikasih harus dikerjakan dengan benar. Udah thats the point. Perkara penilaian orang gimana, ya terserah lah...

Semua orang punya hak untuk menilai orang lain, tapi kita juga punya hak yang sama untuk tidak mendengar apapun penilaian orang lain. Sepakat ya?

Yesus memudahkan saya menjalani segala prosesnya. Bahkan hal yang saya pikir, "nggalah mustahil banget saya ngerti tentang ini", tapi saya melewatinya dengan baik.

Yesus menguatkan saya. Yesus meletakkan saya disini, untuk membentuk saya dengan caranya. Saya belajar mandiri. Saya belajar untuk tidak bergantung pada "keberadaan nama besar siapapun". Saya adalah sebagaimana saya ada. Thats cool rite?

Saya belajar bertanggung jawab. Si pemalas ini, belajar tentang bertanggung jawab. Let me tell you, saya ngga pernah serajin yang kamu duga bahkan kamu pikirrkan hahahahahaahhaaa....

Tapi, semua tugas yang diberikan, pasti dikerjakan sebaik-baiknya walaupun dengan penuh rasa malas.

Papa, ngga mau muji saya?!!!! Setahun loh tanpa teriakan dan nyuruuhh sana sini. Hahahahahhaahahahhaaaaa... Monet2 kecil itu bersyukur banget pasti.

Kenapa lo tetap pergi ke Solo, disaat lo bisa aja menolaknya.

Karna, saya harus menjalani apa yang saya pilih. Pilihan yang saya buat harus saya pertanggung jawabkan.

Keputusan saya tidak selalu bener, bahkan kadang absurd. Tapi, ketika saya memutuskan sesuatu, saya akan menjalaninya dengan benar. Thats what commitmen done.

Dan, lo betah di Solo?

Yup. Sejauh ini, iya. Menyenangkan. Menenangkan. Menyamankan. Jauh dari kebisingan. Teduh. Tenang.
Karna ini saya suka kota ini.

Kembali ke jakarta?

Pada hari2 spesial, jakarta selalu menjadi tujuan untuk pulang. Sejauh apapun hidup membawa saya melangkah, rumah adalah tempat dimana orang-orang tersayang tinggal, bagi saya jakarta adalah rumah.

Namun kembali ke jakarta? Tinggal disana lagi? Ngga. Rasanya, bukan jakarta yang saya mau. Disana ada rumah, namun disana bukan mimpi besar saya. Iyakan, pa?

Dan lalu, saya berbisik dalam diam....
Bila, kamu benar-benar nyaman disana, kenapa kamu selalu merindukan rumah?

Solo, thanks for having me...

Setiap mimpi besar, selalu diawali sebuah langkah kecil. Bergerak maju, sekalipun tertatih. Nanti akan terlatih, nyed. Untuk setiap pinta yang dilantunkan, Yesus selalu punya cara.

Hari tidak selalu menyenangkan untuk dilewati, namun selalu harus disyukuri bahwa sudah terlewati dengan baik.

I'll make it okay, dad. I promised.

Benyada Remals "dyzcabz"

Komentar

Postingan populer dari blog ini

25 Facts about me

25 facts about me Ini salah satu chalenge yang agak menatang bin unik, karena saya harus benar-benar mengenali siapa dan bagaimana saya. Memang hanya sebuah keisengan saja, tapi tetap saja, membuat saya berpikir cukup keras untuk ini... And, this is it... 25 fact about me : 1. Saya adalah sulung dari 5 bersaudara, namun tunggal perempuan dari 3 bersaudara, kedua adik perempuan saya meninggal. Dirumah semua memanggil saya Kakak, bahkan yang lebih tua dari saya. (*kocakkan?) 2. Saya lahir di Salatiga, tumbuh dan berkembang di berbagai kota, palembang, surabaya, makasar, namun sebagian umur saya, dihabiskan di Metropolitan. Hmmm,,,,tapi saya Ambon! 3. Saya menghabiskan waktu luang saya dengan nulis, denger musik, baca buku, but almost novel my fave reading. Hohoho... 4. Hal yang tidak pernah salah buat saya adalah CHOKI-CHOKI, karena teman terbaik sekaligus musuh teeberat saya (*sometimes) Yep, Im chocofreak!  5. Saya suka bertualang kemana saja. Apalagi kepegunungan. T...

Obsesi YANG SALAH!!!

Obsesi yang salah! Saturday, September 25, 2010 6:15 AM Mungkin aku harus mengatakan BAHWA aku PEREMPUAN yang sangat beruntung! Dengan segala keterbatasan yang aku miliki,aku mampu memikat hati siapa saja. Aku mampu mendiamkan,ANJING HERDER!<loh kok=""></loh> ************************************************************** Kenapa aku mengatakan AKU BERUNTUNG??? Disatu sisi,aku dicintai oleh seorang lelaki yang nyaris sempurna. Dia memiliki ketampanan dan kemapanan yang menjadikannya sebuah OBSESI yang diminati oleh setiap HAWA. Kecuali aku! Aku benci COWO! Mereka adalah makhluk egois yang tidak pantas dicintai. Mereka lebih baik untuk dicampakkan. Tidak ada toleransi untuk rasa benciku pada makhluk terkutuk itu. Aku membenci mereka. Sangat membenci mereka. Entah untuk alasan apa! Tapi,AKU MEMBENCI COWO. Sampai DIA datang… Membuatku runtuh dari KESOMBONGANku yang menilai bahwa akulah yang paling benar tentang segala hal. Dia menamp...

I am a proud sister!!!

I am a proud sister!!!! First thing first... Congratz, Melf! Calon Sp.B menunggu waktu aja sih. Pembicaraan tentang sekolah lagi itu sudah ada beberapa tahun ke belakang, sejak PTT, well kita udah hampir 8 tahunan jadi dokter. Mulai dari dokter ptt di pedalaman, hingga magang di RSUD, hingga akhirnya menetap dan menjadi PNS di RSUD Kota Sorong lalu di angkat menjadi Kepala IGD (*melf) Jadi saya mengerti betul, bahwa kakak saya sangat menginginkan "sekolah" lagi. Sama saya juga. Tapi, usia epit adalah batas rawan. Kenapa? Dia udah 33, tahun ini, 34. Sedangkan batas usia yang di tetapkan itu 35 tahun. Jadi saya mengerti betul, kenapa dia berjuang dan berusaha sekuatnya untuk masuk PPDS. Mungkin ada banyak yang akan bertanya, ngapain sih ngotot jadi ppds atau sekolah spesialis. Toh udah dokter, ngga capek sekolah lagi. Well, tergantung caramu memandang sebuah "nilai" dari gelar yang tersemat. Untuk kami, menjadi Spesialis bukan hanya tentang "keuntungan...