Pagi ini, saya terbangun di nurse stasion. Dalam pakaian astronot yang menyesakkan.
Saya berjalan menuju jendela,
Menyambut matahari pagi.
05.38
Dengan tertatih dan pengap, saya menatap pendaran kuning itu.
Yesus itulah satu2nya, penolongmu yang sungguh.
Dia berjanji akan kembali,
Angkat kita semua.
Lagu masa kecil yang selalu saya lantunkan dengan noke.
Penolongmu yang sungguh.
Yesus itulah.
Terima kasih, untuk nafas hidup, kekuatan, kesehatan,
Yang Tuhan Yesus berikan untuk saya.
Terima kasih karena sampai hari ini,
Yesus memeluk kami ber4 dengan kuasanya,
Melingkupi kami dengan damai sejahteranya,
Hingga kami, tidak kekurangan apapun.
Yesus menjaga kami, dari segala susah celaka marabahaya.
Yesus menjauhkan kami, dari sakit penyakit.
Terima kasih, Yesus.
Saya berjalan kembali ke ruangan. Melewati keluarga pasien yang menunggu di ruangan lain. Mereka berjaga semalaman. Ada yang tertidur di kursi, dilantai beralaskan jaket, atau tikar. Ada yang tertidur sambil duduk.
Harapan mereka satu, melihat orang terkasihnya kembali dengan selamat ke pelukan mereka.
I dont know why. Mata saya basah. Sudut mata saya memanas, butiran bening itu menggenang.
Sambil berjalan menuju ruangan jaga,
Saya bergumam....
Semesta,
Bila pinta saya terlalu banyak,
Jangan dengarkan racauan egois saya.
Namun, mampirlah pada ruang tunggu itu,
Pada setiap sudut rumah sakit,
Pada ruangan icu, isolasi, rawat biasa,
Dengarlah pinta mereka.
Dengarlah teriakan2 yang mereka lantunkan baik dalam sujud maupun syafaat.
Kembalikanlah mereka pada keluarga mereka,
Dalam kondisi yang baik. Sehat. Bernafas.
Mampirlah dengar doa mereka, Ya Tuhan semesta alam.
Mereka adalah ibu yang bertelut memohon belas kasihmu untuk suaminya yang di icu. Seorang anak yang bersujud disisi ruang tunggu itu, ibunya butuh ventilator namun belum ada yang kosong.
Mereka adalah seorang ibu yang teriris hatinya karena kondisi anaknya kian menurun, dan butuh icu segera.
Mereka adalah seorang ayah, yang melawan dinginnya ubin demi menemani putrinya yang melawan kanker stadium akhir.
Mereka adalah pejuang hidup. Mereka lebih membutuhkan mujizatmu, ketimbang racauan egoisku, Tuhan.
Dengarkanlah doa mereka.
Saya termenung di ruang ganti. Setelah morning report dan applause. OB masuk dan permisi mau mengepel.
Mbak CS dok, kopinya udah disiapin. Minum dulu. Ada roti juga, dok.
Saya tersenyum. Mbak, udah sarapan?
Beliau mengangguk. .....gimana semua di rumah sehat?
Mbak CS ibu batuk2 mulu dok. Takut parunya kambuh. Udah di rapid negatif.
Saya coba kasih minum obat ini (*nulis resep) dulu, minum vitamin, air putih banyak ya. Jangan tidur pake kipas angin. Rumah diusahain di pel tiap hari. Kalo bisa ya.
Mbak CS lah dok, bpjs saya kan belom bayar ya. Ini nunggak? (*sambil nunjukin resep tadi)
Saya ambil di apotik, bilang atas nama saya aja.
Mbak CS makasih dok. Makasih. Ngga perlu buat status?
Saya ngga, mba. Nanti saya ngomong ke apotik.
Saya berganti baju lalu stop ke ruangan jaga.
Menikmati kopi pagi.
Terima kasih, Yesus.
Setiap kali selesai jaga, saya selalu sujud syukur. Artinya satu hari lagi saya lewati dengan bernafas. Saya masih hidup. Saya diberikan kesempatan.
Berjalan menuju lobby untuk pulang.
Satu hari lagi sudah saya lewati. Terima kasih untuk kasih setiamu, Yesus.
Awal Agustus.
Saya hanya ingin menjalani bulan ini dengan benar.
Mengucap syukur dalam setiap hal.
Tidak merutuki apapun itu.
Yesus, mampukan saya untuk itu.
Dan, tolong...
Dengarkanlah doa mereka.
Doa yang naik dari hati yang meminta belas kasihmu.
Taksi saya datang. Seperti biasa Pak Timo berlari membukakan pintunya. Walaupun sudah saya larang.
Pak timo dok, kurusan. Diet apa gimana?
Saya diem2 eat, pak. Beliau tertawa.
Pak timo salam buat ibu, dok. Makasih parselnya.
Saya salam juga buat keluarganya bapak dirumah. Sehat terus ya.
Benyada Remals "dyzcabz"
Parsel yang beliau bilang adalah berkat yang selalu berdatangan ke rumah kita setiap kali ada sembako yang di bagikan.
Sebagian kita pakai, sebagian lagi ngga. Gula, susu kaleng, Teh, Kopi, makanan kaleng. Akhirnya saya kasih aja ke sebagian mereka di RS.
Ya buat apa juga disimpan di rumah, bayangin aja gula kita di rumah udah ada 15 kg, susu kaleng 10 kaleng, teh lebih dari 7 kotak, belom lagi makanan kaleng.
Fyi, di rumah kita ngga ada lagi yang suka manis2, satu2nya yang suka teh manis itu papa. Yang sering ngabisin gula itu papa. Ya kalo orangnya udah pergi, mubazir kan?
Berbagi dengan sesama adalah bentuk ucapan syukur.
Sebaiknya tidak perlu dipublish (*tapi lo tulis disini, nyed. Pamer?) Hahahahahahahhaha....
Apa yang tangan kanan lakukan, tangan kiri tidak perlu tau.
Bagi saya,
Memberi itu tidak perlu diumbar2kan, dipublish,
dijadikan konten,
Karena bagi saya pribadi,
memberi adalah bentuk syukur saya atas kebaikkan yang Yesus berikan dalam hidup saya.
Karena Yesus mengasihi saya, saya harus membagikan kasihnya untuk sesama.
Agar melalui saya, namaNYA dimuliakan.
(*bukan saya yang diagungkan)
Ada amin?
(*gue udah kayak anak pendeta belom)
Komentar
Posting Komentar