Langsung ke konten utama

Ini untukmu, dariku...


Hanya saya yang berjuang untuk kembali. 
Kamu? Hilang entah kemana dan bagaimana.
Mungkin, pertanyaan yang tepat, kamu sedang singgah sebentar?
Di mana, boleh beritahu saya.

Agar saya tau, apa langkah saya selanjutnya. 
Menunggumu pulang dan melanjutkan kita.
Ataukah, mengembalikan hak mu.

Mengikhlaskanmu pada orang yang seharusnya memilikimu.

Hidup ini lucu kan? 

Aku kembali lagi pada kisah yang sama. Kesalahan yang sama. 
Pemeran utamanya yang berbeda. 

Aku, seharusnya merasai. Aku seharusnya tau apa yang terjadi selanjutnya, 
Tentang KITA. Tentang KITA yang jarang kamu dengungkan.
Tentang KITA yang selalu hanyut antara kesibukan kita.
Tentang KITA yang tidak pernah mendiskusikan banyak hal, kamu?
Hanya mengiyakan apa mauku, tanpa pernah beragumen. Aku?
Merasa menang setiap kali melihatmu menurut. 

Kisah ini pernah terjadi dulu, cerita lama yang terjadi kembali.

Aku memang tidak pernah belajar dari kesalahan.

Bersamaku, mereka bilang kamu berubah. Menjadi jauh lebih diam. 
Mereka bilang kamu jauh lebih kalem. Kamu seperti orang asing.

Aku? Menenangkan gelisahku, memenangkan logikaku. Mungkin kamu memang begitu.
Ah, mereka terlalu berlebihan. Aku? Memadamkan curigaku, mengentalkan kepanikkanku.

Aku terlalu sok mengerti tentang KAMU dan KITA. Aku bergeming. Aku lebih mengenalmu, tegasku pongah. Berada disisi seseorang, tidak lantas membuatmu menjadi yang paling tahu'kan? Berjalan beriringan bersama seseorang yang kamu cintai, tidak mengharuskan dia mencintaimu'kan? 

Hati ngga bisa di paksa, Non. 

Kata yang keluar dari mulutmu, menghancurkanku hingga ke dasar. Membuka mataku, apa yang sebenarnya terjadi. Apa yang seharusnya aku sadari sedari dulu. 

Nyaman bukan berarti, cinta kan?

Aku? Menjatuhkan sombongku hingga ke dasar. Egoku menunduk dan memintamu tinggal disini. Kali ini aku tidak akan kalah lagi. Setelah sekian lama, aku begitu menginginkan seseorang untuk tinggal disini. Kamu. Kamu. Kamu.

Aku mengubah caraku memandang dan memaknai sebuah komitmen, untukmu. Untukmu. Aku membenahi caraku memperlakukan orang lain, untukmu. Aku mencoba "menoleransi" semua yang tidak menyamankanku, untukmu. Untukmu.

Biarkan aku menjadi bodoh dan mengusahakannya sekali lagi, ya? Boleh ya? Sekali lagi. Sekali saja, agar aku tidak akan menyesalinya nanti. Agar aku tau rasanya memperjuangkan seseorang. Sekali saja, boleh ya?

Kamu terdiam menatapku. Dari matamu, aku tau, aku tidak ada disana. Tidak juga di hatimu. Aku memohon, hal yang tidak pernah aku lakukan. Dan aku melakukannya di hadapanmu. Aku memintamu tinggal. Berusaha sekali lagi, mengusahakan sesuatu yang aku tau begitu absurd.

Meminta hatimu. Mengijinkanku untuk masuk dan tinggal disana. Melabuhkanku di sana.

Kamu bergeming di seberang sana. Aku? Memaksa egoku. Semua harga diriku yang ku buang, untuk memintamu tinggal. Sekali lagi. Hm? Sekali lagi. 

Mungkin kita bisa mencobanya sekali lagi. Aku akan berusaha menjadi semua yang kamu mau. Semua yang tidak mampu ku lakukan, akan ku ubah untuk untukmu. Aku, aku akan mengusahakan semuanya. Kamu? Kamu hanya perlu menyadari keberadaanku di sekitarmu. 

Bukankah aku begitu menyedihkan? Meminta. Memohon. Mengiba. Bukankah aku terlihat begitu egois? Memaksakan sesuatu yang memang tidak bisa ku miliki dengan benar. Bukankah aku terlihat begitu putus asa?  Mempertaruhkan harga diriku. Menawarnya hingga dasar yang paling rendah. 

Tidakkah kamu melihat, aku begitu menginginkanmu. Aku menginginkanmu disini. Tidakkah kamu bisa memahamiku, sekali saja. Sekali ini saja. Hm?

Sesuatu yang terpaksa, dipaksa ada, bukankah semakin menyakiti kita?

Aku tau. Aku mengerti maksudmu. Namun, kali ini aku tidak ingin melepaskan. Aku tidak bisa. Aku ingin berjuang dengan benar. Kalau ada yang akan tersakiti, aku. Akulah yang akan tersakiti. Aku yang memintamu. Aku, meminta sesuatu yang tidak pernah ada sedari awal. Aku, aku.

Dicintai adalah hadiah. Bagaimana caranya kamu memintaku memberikan hadiah yang kamu tau, kosong.

Tatapanku nanar, airmata menggantung pada sudut-sudut mataku. Kamu tidak akan pernah menang. Kamu tidak akan memenangkan hatinya. Bagaimana bisa kamu memaksa sesuatu yang tidak ada. Bukankah kamu terlalu sombong? Bukankah kamu seharusnya pergi dan membiarkan dia sendiri? Bukankah kamu seharusnya tau, bahwa caramu sudah diluar batas? Hm? Haruskah kamu menunggu dan memastikannya sekali lagi? 

Cintamu tidak salah, hanya saja, cintamu tidak cukup untuk membuatmu dicintai olehnya. Tidak adakan aturan yang mengharuskan bahwa mencintai harus memiliki? Setiap orang berhak mengutarakan perasaannya dan merasakan apa yang diinginkan hatinya. Tapi, tidak ada kewajiban dari yang mencintai untuk harus mendapatkan balasan yang sama'kan? Sebesar apapun cintamu, kamu tidak berhak memaksa seseorang tinggal denganmu, hanya karena kamu mencintainya. 

Tahukah kamu, memaksakan perasaanmu pada orang lain, adalah sebuah kejahatan? 3 kata yang diucapkan dengan tulus adalah hadiah terindah. Lalu? Kamu mau dia mengucapkannya karna sebuah rutinitas? Hm? Kamu yakin akan baik2 saja dengan itu? Bila suatu hari nanti, dia menemukan seseorang  yang membuatnya jatuh cinta, bisakah kamu merelakannya? Karna kamu tau, dari awal, itu bukan tempatmu. Kamu memaksanya. 

Sedangkan, cinta tidak bisa di paksa. Tidak mungkin di "adakan", pada hati yang memang tidak tergetar sedari awal. 

Bisakah kamu paham?

Aku menatapmu sekali lagi. Menyesap kopi terakhir yang ku pesan, bersamamu. Membenahi semua logika yang tersisa dan menata kembali hancurnya hatiku, malam ini.

Kamu tau, apa yang paling aku takutkan? Berhenti di cintai. Tidak diinginkan. Di abaikan. 

Aku menegakkan dudukku. Warasku telah utuh. Menyentakkan egoku yang terluka karna kejujuranmu. 

Hanya kamu, yang pernah membuatku memohon untuk tinggal. Hari ini, aku tau bagian lain dari diriku, aku bisa memohon. Ternyata cinta bisa membuat aku memohon. Seorang "aku" bisa mengiba untukmu. Hal yang tidak pernah terpikir sama sekali. Memohon. 

Hari ini, aku bukan berhenti di cintai. Aku tidak di cintai. Aku bertepuk sebelah tangan. Sehebat apapun ku teriakkan kebodohanku untukku, logikaku runtuh karena aku begitu menginginkanmu. Ini gila, aku tau. Bagaimana bisa aku seegois ini. Hm? Menahan seseorang disisiku, seseorang yang bahkan tidak menginginkanku. Dan belum tentu aku bisa membahagiakan dia. Maaf. Maaf ya. 

Dalam kesunyian yang tercipta, aku tertawa. Menertawakan diriku. Membuatnya menjadi sebuah lelucon adalah caraku menyembuhkan diriku. Aku tidak menangisinya, namun menertawainya. 

Perempuan sehebat kamu, tidak butuh waktu lama untuk kembali. 

Aku menatapmu. Ada hal yang tidak pernah kamu tau. Jadi jangan pernah menilaiku dengan caramu. Kamu tidak tau, kekalahan ini akan selamanya membekas. Kalah, karna tidak diinginkan. 

Kamu harus menemukan orang lain yang lebih hebat dari aku. Sehingga aku tau, bahwa aku memang tidak baik untukmu. Carilah perempuan yang baik. Setidaknya ketika aku tau, disisimu ada yang jauh lebih hebat dariku, aku mengerti kenapa aku kalah. 

Ini bukan tentang siapa yang memilih siapa. Atau siapa yang terbaik dan tidak. Ini, tentang hati, non. Tidak ada yang bisa menduga dan menebak. Entah 2 tahun lagi, aku mungkin mencintai kamu. Atau kamu mungkin sudah melupakanku. Bukan hanya otak yang memiliki cara yang ajaib untuk sembuh. Hati juga. Tidak terduga. Tidak hari ini, mungkin lusa bisa. 

Aku tertawa mendengarnya. Kita hanya sampai disini. Tidak akan lebih lagi. Aku hanya memohon sekali ini. Tidak untuk kedua kali atau ketiga. Hanya saat ini. Bila suatu hari, kita bertemu dan cinta itu masih ada, bukan aku yang harus meminta. Bukan, jangan datang, karena kita tidak akan ada dalam saat2 seperti ini untuk kedua kali.

Bukankah cinta menyediakan kesempatan ke dua?

Kesempatan kedua yang aku inginkan, kamu ada disini bersamaku. Hari ini, saat aku memintamu. Mengiba. Memohon bahkan mengemis untukmu ada disini. Bila kesempatan kedua yang kamu maksud adalah nanti, aku tidak yakin. Sebab, waktu bukan milik kita. Dan aku terlalu baik, bila memastikan akan menunggumu. 

Dia tertawa. Kamu yakin, ini cinta? Ataukah egomu? Hm? Terbiasa memilikiku. Terbiasa ada disisimu. Selalu ada saat kamu butuh. Nyatanya, bagiku hanyalah sebuah kenyamanan. Tidak, aku tidak salah tentang rasa ini. Aku menginginkanmu sebagai sahabat. Kamu? Kamu yakin ini cinta?

Aku terdiam menatapnya. Sebutlah ini sebuah kenyamanan, keterbiasaan, lalu tidak bisakah sebuah kebersamaan ini menjadi rasa memiliki? Cinta? Sebutlah begitu. Apa aku salah? Bila mengartikannya begitu? Apa seharusnya aku mendiamkannya saja dan membiarkan kita menikmatinya seperti ini? Hingga suatu hari, salah satu dari kita beranjak pergi tanpa pernah sadar, apa yang kita miliki? 

Kamu mengangguk. Mungkin sebaiknya kamu membiarkannya. Biarkan aku belajar memilah dan memilih, apa yang aku mau. Cinta? Sahabat? Biarkan aku menyadarinya dengan benar. 

Aku melihat jam, PK 21.25

Cinta atau kenyamanan, entahlah. Kita sudah memutuskannya bukan? Hm. Bukan, aku sudah mengetahuinya hari ini. Kita hanya sahabat, dalam sudut pandangmu. Sedangkan aku? Aku menginginkan lebih dari itu. Aku marah pada diriku sendiri, ketika aku menginginkanmu disini. Aku marah, ketika kamu mementingkan orang lain, kebersamaanmu dengan yang lain. Aku marah, saat aku tidka bisa menemukanmu di tempat yang aku inginkan. Cinta? Aku menyebutnya begitu. Kenyamanan yang aku inginkan adalah kamu. Cinta? Sebutlah begitu. 

Kamu memanggil waiters, meminta bill. Aku berdiri dan berjalan ke meja kasir. Kamu mengekor di belakangku.

Biar aku aja. Anggap aja, utang aku lunas hari ini. Sudah membuang waktu kamu. Membuat salah paham tolol yang seharusnya tidak ada. 
Cinta? Sounds familiar.

Kamu menawariku untuk pulang denganmu. Aku menolak. Udah malam, bareng aja. 

Thanks. Rasanya lebih baik begini, aku menjaga jarak dengan benar. Agar kewarasanku tentang kita terjaga dengan benar. 

Kesusahan sehari cukuplah untuk sehari...
_________________________________________________

Dalam hidup, ngga semua hal bisa kamu dapetin. 

Mencintai dan dicintai adalah sepaket. Bila kamu mencintai, tapi tidak dicintai, artinya paket itu memang bukan untukmu. Bukan. Tidak. Kamu berada pada alamat yang salah. 

Bisa saja, kamu menunggunya. Memintanya. Mengibanya. Hanya saja, kamu tidak bisa menyalahkannya, bila suatu saat dia tetap tidak bisa menghadirkan cintanya untukmu. Atau, seseorang datang dan membuatnya jatuh cintanya. 

Cinta tentang rasa. Tidak ada aturan baku tentangnya. Dia bisa jatuh pada siapa saja. Lalu menghilang begitu saja. Dia bisa berubah menjadi benci dalam sesaat. Atau, dia bisa menetap seumur hidup sekalipun yang dicintai tidak lagi ada. 

Bagiku, cinta tidak pernah salah. Sayangnya, kita sering menjatuhkannya pada tempat yang salah. Untukku, cinta yang tulus itu tidak menuntut balas. Menunggu di balas. Sekalipun tidak berbalas, melihatnya berbahagia dengan apa yang dia putuskan adalah hal terbaik. 

Melihat yang kamu cintai, inginkan, berada pada tempat yang dia inginkan, bersama seseorang yang dia cintai, bukankah itu cukup?

Kenapa kamu menahannya disisimu, bila bersamamu dia tidak menemukan dirinya. Bila denganmu, dia tidak bahagia. Bila untukmu, dia harus menyembunyikan hatinya. 

____________________________________________


Bukankah kita pernah merasakannya?
Memaksakan cinta. Meminta seseorang tinggal. Menutup mata dari sebuah kenyataan.

Bisakah kita berhenti untuk berpura-pura.
Lalu jujur melihat, adakah cinta disini? Masihkah cinta ada? Atau sudahkah hatinya tertinggal pada tempat lain? 

Bisakah kita melepaskan seseorang dengan benar, agar dia berbahagia dengan pilihannya.

Mencintai sendiri sangat melelahkan. Sama dengan mencintai bayangannya. Bukan raga yang menahannya ada, namun hati. Kamu bisa menahan raganya bersamamu, tapi bila hatinya beralih, kamu telah kehilangan segalanya bahkan sebelum memulai apapun. 

Aku mempelajarinya dengan mahal. Sangat mahal. 

Jangan meminta apapun, yang memang tidak kamu miliki. 

Jangan menahan orang yang tidak ingin tinggal. Bagaimanapun hebatnya kamu mengiba, hatinya tidak lagi ada disini. Menahannya, akan melukaimu lebih jauh. Apa hebatnya, dicintai dengan paksaan? Dengan syarat? 

Lain kali, saat kamu jatuh hati, jatuhkan cintamu pada orang yang merasakan hal yang sama denganmu. Bukan hanya sebuah kenyamanan. Ada banyak cara orang membahasakan cinta. Namun, cinta adalah cinta. Di bahasakan sekompleks apapun maknanya tidak berkurang.

Dan, bila kamu saling mencintai, setiap tindakanmu, katamu, caramu menatapnya, cinta akan berbahasa dengan caranya sendiri. Sehingga kamu tau, kamu sadar, bahwa dia menginginkanmu.  Ada cinta yang tidak diungkapkan, namanya tetap cinta. Ada cinta yang dipendam dan didiamkan, namanya pun tetap cinta. Namun ada cinta, yang dinyatakan, hanya saja rasanya tidak semewah yang di bayangkan. 

Kepada setiap hati yang sedang jatuh cinta,
Cintailah cintamu dengan benar, dengan tulus, jatuhkanlah cintamu pada dia yang menginginkanmu, bukan pada milik orang lain. Jagalah cintamu, rawatlah dengan benar, pada beberapa keadaan cinta adalah jawaban, kesetiaan adalah penguatnya, kejujuran adalah penjaganya. Pada beberapa kemungkinan, cinta adalah penawarnya. 

Cinta seperti tumbuhan, bila kamu tidak menjaganya dengan benar, kamu akan kehilangan. Bila kamu tidak merawatnya dengan telaten, dia akan mati secara perlahan. 

Mencintai yang benar adalah mengatakan, menyatakan, dan melakukan sesuai dengan apa yang dirasakan. Kamu bertanggung jawab atas hati orang lain, saat kamu mengatakan kamu mencintainya. Bila suatu hari nanti, cinta itu tidak lagi terasa, katakanlah dengan jujur, kembalikan hatinya yang kamu minta dulu dengan benar.

Orang akan terluka saat cintanya tertolak, namun dia akan belajar untuk mengerti seiring waktu.
Orang akan mendendam, saat kamu berkhianat, waktu akan membuatnya paham, tapi tidak bisa menyembuhkan luka yang kamu buat.

Katakanlah cinta dengan benar. Maknailah cinta dengan bijak. Pulangkanlah dia dengan berani, bila hatinya bukan lagi tempatmu pulang.


Benyada Remals "dyzcabz"


Belajarlah dari apa yang ku ceritakan ini.

Hingga patah hati tidak lagi menjadi teman lama yang singgah untuk bersua karena lama tidak berbincang.

"lo memohon, nyed? LO?"

Saya tersenyum. "sekali-kali saya perlu kalah."











Komentar

Postingan populer dari blog ini

25 Facts about me

25 facts about me Ini salah satu chalenge yang agak menatang bin unik, karena saya harus benar-benar mengenali siapa dan bagaimana saya. Memang hanya sebuah keisengan saja, tapi tetap saja, membuat saya berpikir cukup keras untuk ini... And, this is it... 25 fact about me : 1. Saya adalah sulung dari 5 bersaudara, namun tunggal perempuan dari 3 bersaudara, kedua adik perempuan saya meninggal. Dirumah semua memanggil saya Kakak, bahkan yang lebih tua dari saya. (*kocakkan?) 2. Saya lahir di Salatiga, tumbuh dan berkembang di berbagai kota, palembang, surabaya, makasar, namun sebagian umur saya, dihabiskan di Metropolitan. Hmmm,,,,tapi saya Ambon! 3. Saya menghabiskan waktu luang saya dengan nulis, denger musik, baca buku, but almost novel my fave reading. Hohoho... 4. Hal yang tidak pernah salah buat saya adalah CHOKI-CHOKI, karena teman terbaik sekaligus musuh teeberat saya (*sometimes) Yep, Im chocofreak!  5. Saya suka bertualang kemana saja. Apalagi kepegunungan. T...

Obsesi YANG SALAH!!!

Obsesi yang salah! Saturday, September 25, 2010 6:15 AM Mungkin aku harus mengatakan BAHWA aku PEREMPUAN yang sangat beruntung! Dengan segala keterbatasan yang aku miliki,aku mampu memikat hati siapa saja. Aku mampu mendiamkan,ANJING HERDER!<loh kok=""></loh> ************************************************************** Kenapa aku mengatakan AKU BERUNTUNG??? Disatu sisi,aku dicintai oleh seorang lelaki yang nyaris sempurna. Dia memiliki ketampanan dan kemapanan yang menjadikannya sebuah OBSESI yang diminati oleh setiap HAWA. Kecuali aku! Aku benci COWO! Mereka adalah makhluk egois yang tidak pantas dicintai. Mereka lebih baik untuk dicampakkan. Tidak ada toleransi untuk rasa benciku pada makhluk terkutuk itu. Aku membenci mereka. Sangat membenci mereka. Entah untuk alasan apa! Tapi,AKU MEMBENCI COWO. Sampai DIA datang… Membuatku runtuh dari KESOMBONGANku yang menilai bahwa akulah yang paling benar tentang segala hal. Dia menamp...

I am a proud sister!!!

I am a proud sister!!!! First thing first... Congratz, Melf! Calon Sp.B menunggu waktu aja sih. Pembicaraan tentang sekolah lagi itu sudah ada beberapa tahun ke belakang, sejak PTT, well kita udah hampir 8 tahunan jadi dokter. Mulai dari dokter ptt di pedalaman, hingga magang di RSUD, hingga akhirnya menetap dan menjadi PNS di RSUD Kota Sorong lalu di angkat menjadi Kepala IGD (*melf) Jadi saya mengerti betul, bahwa kakak saya sangat menginginkan "sekolah" lagi. Sama saya juga. Tapi, usia epit adalah batas rawan. Kenapa? Dia udah 33, tahun ini, 34. Sedangkan batas usia yang di tetapkan itu 35 tahun. Jadi saya mengerti betul, kenapa dia berjuang dan berusaha sekuatnya untuk masuk PPDS. Mungkin ada banyak yang akan bertanya, ngapain sih ngotot jadi ppds atau sekolah spesialis. Toh udah dokter, ngga capek sekolah lagi. Well, tergantung caramu memandang sebuah "nilai" dari gelar yang tersemat. Untuk kami, menjadi Spesialis bukan hanya tentang "keuntungan...