Tuhan yang memberi, Tuhan yang mengambil,
Terpujilah Tuhan.
Rest In Love, Oom Frans Samuel.
Saya memang tidak mengenalmu begitu dekat, walaupun namamu selalu saja papa sebut untuk membandingkan kisah sakitnya. Mau ke dokternya Pak Frans aja. Mau liat kondisinya sudah baikkan atau belum. Papa selalu mematokkan kondisinya dengan Oom Frans. Selalu. Hingga suatu sore, 11 bulan yang lalu, beliau pulang dari RS Hermina sehabis menjenguk Oom Frans yang sudah divonis harus hemodialisa.
Sore itu, adalah sore terberat yang saya lewati dengan papa, kenapa? Karena sore itu, papa membuat pernyataan penting bahwa beliau tidak mau dicuci darahnya. Apapun ceritanya. Beliau melihat kondisi Pak Frans, teman seperjuangannya, sama2 DM sudah lama, dan sudah mengenai ginjalnya. Hingga fungsi ginjalnya sudah "reot" kalo bahasa awamnya. Sore itu papa duduk dengan saya dan mama, membuat pernyataan itu. Saya hanya tertegun melihat papa. Membantah? Tidak. Saya hanya mengangguk.
Tapi lalu, Yesus merancangkan hal tak terduga, ketidak-mungkinan yang selalu saya pamerkan dengan ilmu medis saya, Yesus membuat kemungkinan2 lain 9 bulan lalu, mengambil papa. Oom Frans sempat datang dan mengucapkan turut berduka dengan kondisi yang jauh lebih lemah tapi semangat hidup yang tinggi.
Hingga 1 minggu yang lalu, beliau memburuk, dibilang kritis iya, karna gangren diabetnya menimbulkan cerita baru ditengah sulitnya tubuhnya mengontrol racun yang terjadi karna infeksi tersebut. Lalu, keluarga memutuskan membawa beliau pulang. Mereka melewati 1 minggu bersama, hingga tadi, Minggu 03 Febuari 2019, 11.30 beliau pulang pada Yesus. Kerumah tempat yang senang, dimana tidak lagi prang... Rumah yang senang dan tenang, dimana sakit penyakit tidak ada disana.
Keluarga meminta mama memimpin Ibadah penguatan. Ketika saya mendengar khotbah mama, lalu mama bercerita tentang bagaimana kedekkatan Oom Frans dan Papa. Saya menangis ditempat duduk. Oom frans yang menjadu role modelnya papa dalam pengobatan DM. Yang dokternya sama2, karna papa melihat ada kemajuan pada Oom Frans. Lalu, sekarang mereka berdua sudah senang disana, bersama Yesus.
Ketika semua orang maju untuk melihat, saya masih bergeming dibangku. Saya tidak siap, saya belum siap. Melihat jenazah Oom Frans, membuat kesedihan saya terkuak kembali. Perasaan saya yang dengan kuat saya "sembuhkan" kini menangis kembali. Setiap kali, saya mendatangi orang2 yang memiliki kedekatan emosional ataupun history dengan papa, hati saya selalu "nelangsa". Saya maunya papa disini. Saya inginnya papa ada.
Ketika sudah lengang. Saya maju melihatnya. Saya berdiri dipinggiran petinya. Ada Oom Gerald, Kak dona dan Tante Ina, keluarga inti Oom frans. Saya tertunduk, mata saya basah, Oom Frans persis seperti tidur. Mukanya terlihat tenang. Bersih. Segar. Persis sperti papa. Papa yang tersenyum ketika kita meletakkannya dipeti. Papa yang seperti tidur, segar dan cerah.
Mama menggenggam tangan saya, "seperti papa, tenang, bagus" ucap saya pelan
Mama mengangguk.
"Ngga diformalin,kak" ucap oom gerald
Saya menggangguk. "Ngga usah. Jauh lebih baik seperti ini, jadi tidak biru.
Saya dan mama pulang ke Kota. Sepanjang perjalanan, kita bercerita tentang Papa dan Oom Frans. Oom frans ini ngga akan pernah lupa Pdt.Ihalauw. karna ketika dulu beliau masih bertugas sebagai majelis jemaat, lalu membaca alkitab di IHM, tiba2 ada yang salah ditelinga papa. Selesai baca, papa suruh beliau baca ulang, sesuai dengan tatacara bacanya lengkap dengan semua tanda bacanya. Hahahahahahhahaahhaahahahahhahahaha... Nyebelin ya, bokap gue? Hahaahahahahahahahahaha....
Tapi hal kecil itu membekas diingatnya. Sampe ketika mama masuk di imanuel depok, beliau bertanya pada mama, "suaminya, pdt. Ihalauw ya?" Hahahahaahahahaaaha...
Kenangan yang selamanta hidup dan tinggal, serta ada untuk menjelaskan bahwa suatu waktu dulu, kita pernah menghadapai juga menjalani semuanya bersama.
Waktu adalah kedaulatan Tuhan.
Rancangannya adalah damai sejahtera. Yesus tidak pernah merancangkan kejahatan untuk kita. Yesus membuat semua indah pada waktunya.
Waktunya bukan waktu kita.
Keputusannya tidak mengikuti "pikiran" kita.
Saat Yesus bertindak, disaat itulah keputusannya atas kita terjadi.
Kita menerka, menebak, menduga, tapi pada akhirnya siapalah kita untuk bisa mengukur pikiran Allah?
Ketidakmungkinan yang kita teriakkan bukanlah sebuah kemustahilan bagi Allah.
Sebab itu, segala makhluk dibawah langit patut menyerahkan hidup pada DIA, YANG MEMILIKI HIDUP. Sebab, waktu kita adalah kedaulatannya.
Rest In Love, Oom Frans.
Salam buat noke ya.
Bilang buat papa, saya selalu rindu papa.
Tapi papa tidak perlu kuatir, saya akan baik2 saja, walaupun semua harus saya pelajari kembali, tanpa papa.
Tuhan menguatkan seluruh keluarga besar yang turut merasakan duka dan kehilangan, terkhususkan, Tante ina, oom gerald dan keluarga, ka dona dan keluarga.
Hari2 setelah ini, akan berat tanpa papa, tapi damai sejahtera Yesus akan memberikan kekuatan juga penghiburan, hingga kita kuat untuk benar2 melepaskan.
I know it for sure.
Coz until today, i always fall in to pieces when someone talk about my noke.
Im crap! Totally terribly crap. I just lost my dignity, all of my ego, my superhuman, my favorite loveable person in my life, that my noke.
Dan belajar menundukkan kepala untuk merendahkan ego saya adalah hal terbrengsek kedua yang harus saya pelajari dengan benar, setelah kepergian papa.
Benyada remals "dyzcabz"
*Pulang hangout
Kesel karna keserempet taxi. Masuk trus banting badan disebelah papa.
"Nona kenapa?"
Diem. Pasang tampang cemberut.
"Nona susah apa?"
"Tadi keserempet pa."
"Apa? Mobil atau nona?"
"Rasco"
"Ya udah besok pake escudo aja, biar bmw papa bawa ke bengkel ya?"
Saya masih cemberut tapi dalam hati *yeay, that my noke.
"Udah jangan marah lagi. Papa betulin buat nona."
Saya menatap papa.
"Lalu papa ke kantor?"
"Naik taksi."
Mama. "Terus ajalah kau manjain anak ini. Pantesan tingkahnya menjadi bapaknya backup."
Papa memeluk saya sambik ketawa.
"Biarin aja anak perempuan saya kok."
Hahahahahaahahahahahaahahahahahahah....
(*Dengan papa, saya selalu dimenangkan)
Bener banget. ..papa kamu terlihat cakep dan tenang seperti orang tertidur pulas. Saya masih bisa membayangkan wajah beliau di peti. Tenang dan happy... itu yang terpancar dari wajahnya.
BalasHapus