Langsung ke konten utama

My Rules at UGD

My rules at UGD

ACLS ke 3 kali.

Kenapa sebanyak itu? Karna memang wajib,pak. Selain karna saya sangat "menggilai" cardiologi. Mengerikan ya?

Rangkuman saya, ini bukan untuk awam sih, cuman catatan kecil yang saya buat, untuk ngingetin "ketololan" saya yang kadang melenceng dan miss...

Semua pasien, buibuk lebih dari 45 tahun dan/atau yang sudah Menopause, sebaiknya di EKG.

Semua pakbapak, mulai dari usia 45 tahun, di EKG.

Apalagi dua hal diatas itu memiliki faktor resiko cardiovaskular coincidence, dm, ht, rokok, obese, riw pjk dalam keluarga (*1st degree), dislipidemia.

Walaupun keluhan mereka bukan "angina tipikal", tapi "capek aja bawaannya", "sesak nafas yang ga bisa dijelaskan", atau "terasa lemas tiba2", atau "nyeri epigastrium", keluhan2 ini mungkin bagi kita bukan sebuah "pertanda" bahwa "ada kemungkinan" sebuah "sindrom koroner akut", tapi ini setara dengan serangan angina, apalagi bila ada faktor resiko yang saya sebut tadi. Sebaiknya periksa ECG.

Karna tidak semua ECG yang kamu liat normal akan selamanya begitu, saran saya, kalo nemu pasien buibuk, diatas 45 tahun, ada faktor resiko dengan keluhan angina non tipikal, ECG dan/atau sebaiknya di OBS untuk EKG serial. Karna serangan jantungnya sedang on going, sehingga pemeriksaan ECG belum begitu terlihat ST elevasi atauupun NSTEMI.

Kalo nyeri epigastrium yang tidak berkurang dengan pemberian obat2an lambung, atau berkurang namun nafasnya tidak terlihat lampias, alias "sesak" dan pada anamnesamu kamu temukan ada faktor resiko, EKG. Coba untuk EKG, atau bisa juga berikan ISDN, (*tapi liat TD, HR dan obat sebelumnya yang pernah beliau minum ya). Kalo dengan ISDN nyerinya berkurang bahkan hilang, sebaiknya tahan beliau untuk EKG serial. Atau boleh konsulkan ke SpJP.

Serangan jantung itu cepat sekali dan mematikan bila tidak diterapi dengan sigap dan tanggap. Memang belum banyak center yang memiliki cath lab, tapi setidaknya, kita bisa mencegah perluasan iskemi dan infarknya dengan mengenali gejalanya dengan baik serta melakukan terapi awalnya dengan tepat.

Nih saya ceritain pengalaman saya di UGD ya...

Beberapa bulan lalu, datanglah suami istri ke IGD, dateng jam 3 pagi dengan keluhan ndak jelas. Ini cerita beneran ya. Bener2 beneran bukan ilustrasi. Umur si ibu 53 tahun, keluhan badannya terasa lemes aja sejak sore tadi, ini omongan ibunya. Sesak disangkal. Nyeri dada tidak ada. Berdebar2 tidak ada. Riw DM dan HT yang kedua2nya ndak terkontrol, minum obat semau ibunya aja gitu.

Jam 3 pagi, pasien dateng keluhan ndak jelas, "hanya ngerasa lemas aja", pada PF pun ndak ditemukan sesuatu yang berarti, TTV normal. Paru bersih dan bebas dari suara nafas tambahan. Jantung, reguler teratur ga ada gallop, murmurpun ga ada. Tanda2 syok, ga ada. Saya mulai "kesel", ya maap, dateng ke ugd keluhan begitu, Pf baik2 saja, GCS 15, ngeselinkan? Tapi, si ibu kekeeh "perasaan saya lemes banget dok. Kayak capek banget" Kekuatan motorik 5/5 semua ekstremitas.

Saya mikir, suruh pulang aja? Kasih vitamin. But, something so fishy! Enggak tau ya, tapi pikiran saya mengatakan bahwa ini ibu ngga boong. Ga mungkin beliau datang ke IGD sepagi ini bila keluhan itu masih bisa beliau tahan. Oia, Gdsnya 216. Saya bilang ke perawat, EKG. Kenapa lo ekg nyet? Angina atipikal adalah hal pertama yang mampir dalam otak saya, ketika menemukan orang2 tua, perempuan, dengan DM atau FR lainnya. Pasti.

Setelah ekg, mau tau apa hasilnya?
ST Elevasi di lead 1, avl, V1-V6. Gila ngga? Sinting ya? Gimana coba kalo saya suruh pulang itu ibu? Gimana kalo saya menganggap itu "kelebaian sesaat". Setelah initial terapi, saya rujuk ke hermina. 5 bulan kemudian, anaknya datang berobat, dan bilang kalo ibunya dipasang ring 2. Coba deh, seandainya saja, saya tidak "aware" bahwa ada kemungkinan lain dan itu fatal bila terjadi, malam itu saya sudah menjadi pembunuh. Setuju ya? (*Dan sampe hari ini, ini adalah pelajaran paling berharga selama saya menjadi dokter)

Kali lain lagi, bapak, 48 tahun, keluhan sesak nafas sejak 2 minggu lalu, tapi bertambah berat 1 hari yang lalu. Sudah berobat ke klinik, diberikan obat lambung. Dan selama 2 minggu itu ya gitu terus dibilangnya cuman lambung. Riw DM tidak minum obat, hanya herbal.

Nah bapak ini jelas Pfnya, RR 38, TD 150/100 HR 112 x/m ireguler. Paru ronki basah basal bilateral. Jantung BJ 1-2 ireguler. S3+ murmur sistolik +
Ekg, ST elevasi di I, AVL, V5, V6, ST depresi Ii,III, AVF.

Jelas ya? SKA + Odeme Pulmo

Keluhannya bukan nyeri dada. Tapi sesak. Bukan angina seperti teori yang selalu kita apalin. Justru atipikal. Kebanyakan pasien dM itu keluhan anginanya atipikal. Jadi saran saya untuk semua pasien DM baik bapak atau ibu, yang datang dengan keluhan angina atipikal, sebaiknya Ekg. Sebelum masuk ke ruang rawat (*bila di opname) pertimbangkan untuk Ekg aja dulu.

Yang berikutnya, kalo nemu pasien hipotensi dengan tanda syok.... (*Bentar, hipotensi tidak sama dengan syok, hipotensi tidak selalu syok, tapi syok pasti ada hipotensi) paham ya?

Kamu boleh fluid challenge test, kalo kamu denger parunya bersih atau kamu yakin, dia pasti hipovolemia. Kalo dari awal datang sudah syok, dan terdengar ronki basah halus pada basal atau setengah lapang paru, sebaiknya kalo mau di fluid challenge ga usah sampe 250 ml lagi, 100 ml cukup kok, apalagi kalo Td udah sampe pada 70/40 atau 60/40, kebanyakan itu masalah pump!!! Sekali lagi liat klinisnya.

Kenapa? Kalo kita fluid challeng dengan beban yang besar, udah jantungnya kerjanya lagi "susah" makin "susah", yang ada kita memperburuk kondisi. Yang ada jatuh dalam kondisi arrest. Apalagi basicnya pernah infark lama. Yang mereka butuh inotropik.

Tapi sekali lagi, kamu yang ada didepan pasien itu, putuskanlah dengan bijak. Teliti sebelum bertindak. Semua harus beralasan.

Kalo nemuin syok dengan gangguan irama, atasi gangguan iramanya lalu syoknya. Intinya mah gini, ketika kita lihat tanda2 overvolume, artinya tidak perlu menambah "volume", iya ngga? Contoh, pasien dateng syok, ronki+, jvp meninggi, odeme tungkai, overvolume kan? Seharusnya dikurangi kan volumenya? Tapi pompanya bermasalahkan? Jangan kasih furosemid dong. Atasi dulu, syoknya, benerin pompanya, kasi inotropik. Kalo udah stabil, silahkan beri diuretik.

Dan, satu lagi, hipotensi tidak perlu harus diterapi. Kenapa? Karna pada beberapa orang, memang takaran cardiac outputnya segitu untuk tubuhnya. Atau pada beberapa penyakit penyertanya atau pada orang yang memiliki sakit pada katup jantung mampu penebalan dinding jantung. Kapan hipotensi perlu diterapi? Kalo ada keluhan, pusing, penglihatan kabur, syncope, sesak. Kalo ngga ada ya udah ngga usah sibuk. Cukup observasi aja. Selama masih 60 an diastolenya, masih bagus kok. Asal MAP nya jangan sampe dibawah 65. Itu perlu perhatian. (*Tapi ada loh pasien yang tekanannya 80/50 dan beliau selow kayak dipantai) wakakakakakakakakakakakakaa...

Kalo VT dan SKA, tangani VT nya dulu. Karna bisa jadi itu salah satu bentuk komplikasi dari SKA. Kalo VF dan ngga punya AED atau Defib? Precordial Thump. 5 kali. Kalo ngga membaik. Kasi lidocain 0,5-0,75 mg/kgbb. Cuman gini ya, lidocain itu efeknya bisa buat asistol. Harus dijelasin sebaik2nya dan sesederhana mungkin yang bisa dimengerti oleh keluarga pasien. Dan sebaiknya juga, kalo ditempat kita ndak ada ahli jantung, setiap tindakan harus ada inform konsen, kalo kamu merasa ga kompeten, silahkan rujuk ajalah. Kenapa? Karna ga semua orang bisa mengerti dan menerima bahwa kondisi "aritmia mengancam nyawa" butuh penanganan serius. Apalagi kalo pasiennya dari rumah masih sanggup "cerita2" sama keluarga, lalu pas kamu suntikkin lidocain untuk terminasi VTnya ternyata jadinya asystol dan masuk dalam henti jantung.

Kerja dibidang ini, ngeri2 sedap. Susah2 gampang. Setiap tindakan butuh alasan, butuh pemikiran panjang, setiap keputusan harus dipertimbangkan dengan masak dan detail. Harus banget.

Bahkan untuk masukin proris supp aja bisa loh jadi panjang ceritanya. Huppppffhhhhhh.....

Karna yang datang kedepan kita, tidak semua orang2 "terpelajar" yang bisa memahami penjelasan kita dengan detail. Bahkan udah dijelasin beratus-ratus kalipun, masih juga ga mudeng. Apalagi ngga dijelasin. 🤔🤔🤔

Sekian "rules"nya saya setiap kali saya jaga IGD dan menghadapi pasien2 jantung yang kadang buat jantungan.

8 tahun, sejak sumpah itu saya lafalkan dan RS menjadi tempat favorite saya. Igd jadi ruang bertapa saya. Kamar jaga jadi tempat transit saya.

Dan, jangan lupa...
Setiap kali kamu jaga IGD,
Mintalah hikmat dari Tuhan.
Sebab dari Tuhanlah, ilmu yang kita miliki.
Dan untuk DIALAH ilmu ini kita amalkan.

Insya Allah
(Bila Tuhan berkenan)

Boker Tov
(Kebaikkan Tuhan bersamamu)

dan, saya paling suka ayat ini...

Sebab Aku ini, Tuhan, Allahmu, memegang tangan kananmu dan berkata kepadamu : "Jangan takut, Akulah yang menolong engkau"

Untuk semua dokter dan adek koass juga adek2 FK, ini untuk kita, orang2 yang hidup untuk menghidupkan orang lain.

Benyada remals "dyzcabz"

Terima kasih, untukmu,
Yang memintaku dan mengenalkanku pada jalan ini.
Terima kasih, untukmu,
Yang mencontohkan bagaimana menjadi dokter yang berdedikasi tinggi,
Terima kasih, untukmu,
Yang memelukku dengan doa, dan menanamkan keteguhan iman pada Yesus
Terima kasih, untukmu,
Yang menjaga mimpiku dan menitipkan mimpimu untukku.

Salut saya untuk kalian,
Opa ucu, Oma dr. De Tamaela Sp.A, My Sinsi and My Biggest Fan, Noke.

Dan, terima kasih, untuk Yesus...
Karna setiap kali saya merasa kalah, saya tau, Engkau sedang membentukku. Dan setiap kali saya merasa tidak berdaya, Engkau ada disana, menuntunku dalam segala kelemahanku.

Terima kasih untuk kasih setiamu.

Komentar

  1. Saya doakan apa yang kamu mimpikan terjadi. Kadang saya menghayal suatu saat kamu punya klinik sendiri (gak lebay kan...?) karena saya tau kamu pintar... Atau kamu menolong orang seperti RS apung... Banyak orang susah tertolong... Nama mu disebut sebut orang tapi ngga perlu berlimpah materi.... Itu angan angan saya buat kamu... Hehehehe jangan marah yaaa... Cuman angan angan doaaang ....betapa bahagianya papa mama mu opa oma mu. Sukses yaaaa...

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

25 Facts about me

25 facts about me Ini salah satu chalenge yang agak menatang bin unik, karena saya harus benar-benar mengenali siapa dan bagaimana saya. Memang hanya sebuah keisengan saja, tapi tetap saja, membuat saya berpikir cukup keras untuk ini... And, this is it... 25 fact about me : 1. Saya adalah sulung dari 5 bersaudara, namun tunggal perempuan dari 3 bersaudara, kedua adik perempuan saya meninggal. Dirumah semua memanggil saya Kakak, bahkan yang lebih tua dari saya. (*kocakkan?) 2. Saya lahir di Salatiga, tumbuh dan berkembang di berbagai kota, palembang, surabaya, makasar, namun sebagian umur saya, dihabiskan di Metropolitan. Hmmm,,,,tapi saya Ambon! 3. Saya menghabiskan waktu luang saya dengan nulis, denger musik, baca buku, but almost novel my fave reading. Hohoho... 4. Hal yang tidak pernah salah buat saya adalah CHOKI-CHOKI, karena teman terbaik sekaligus musuh teeberat saya (*sometimes) Yep, Im chocofreak!  5. Saya suka bertualang kemana saja. Apalagi kepegunungan. T...

Obsesi YANG SALAH!!!

Obsesi yang salah! Saturday, September 25, 2010 6:15 AM Mungkin aku harus mengatakan BAHWA aku PEREMPUAN yang sangat beruntung! Dengan segala keterbatasan yang aku miliki,aku mampu memikat hati siapa saja. Aku mampu mendiamkan,ANJING HERDER!<loh kok=""></loh> ************************************************************** Kenapa aku mengatakan AKU BERUNTUNG??? Disatu sisi,aku dicintai oleh seorang lelaki yang nyaris sempurna. Dia memiliki ketampanan dan kemapanan yang menjadikannya sebuah OBSESI yang diminati oleh setiap HAWA. Kecuali aku! Aku benci COWO! Mereka adalah makhluk egois yang tidak pantas dicintai. Mereka lebih baik untuk dicampakkan. Tidak ada toleransi untuk rasa benciku pada makhluk terkutuk itu. Aku membenci mereka. Sangat membenci mereka. Entah untuk alasan apa! Tapi,AKU MEMBENCI COWO. Sampai DIA datang… Membuatku runtuh dari KESOMBONGANku yang menilai bahwa akulah yang paling benar tentang segala hal. Dia menamp...

I am a proud sister!!!

I am a proud sister!!!! First thing first... Congratz, Melf! Calon Sp.B menunggu waktu aja sih. Pembicaraan tentang sekolah lagi itu sudah ada beberapa tahun ke belakang, sejak PTT, well kita udah hampir 8 tahunan jadi dokter. Mulai dari dokter ptt di pedalaman, hingga magang di RSUD, hingga akhirnya menetap dan menjadi PNS di RSUD Kota Sorong lalu di angkat menjadi Kepala IGD (*melf) Jadi saya mengerti betul, bahwa kakak saya sangat menginginkan "sekolah" lagi. Sama saya juga. Tapi, usia epit adalah batas rawan. Kenapa? Dia udah 33, tahun ini, 34. Sedangkan batas usia yang di tetapkan itu 35 tahun. Jadi saya mengerti betul, kenapa dia berjuang dan berusaha sekuatnya untuk masuk PPDS. Mungkin ada banyak yang akan bertanya, ngapain sih ngotot jadi ppds atau sekolah spesialis. Toh udah dokter, ngga capek sekolah lagi. Well, tergantung caramu memandang sebuah "nilai" dari gelar yang tersemat. Untuk kami, menjadi Spesialis bukan hanya tentang "keuntungan...