Langsung ke konten utama

Cowo pinter itu sexy.

Cowo pintar itu sexy!

Ups. But seriously, i always adore smart guy!

Mungkin karena papa saya pinter ya. Jadi semua hal bisa didiskusiin sama beliau. Semua hal bisa ditanyain sama papa. Semua hal. Bahkan hal2 yang "bukan bidangnya" beliau, papa teman diskusi terbaik dan debat teralot.

Kemaren, saya ACLS, dan diajar oleh SpJP yang masih muda (*tapi lebih tua dikit diatas saya) dan pinternya kebangetan! Hahahahahahahahahahahahhaa....

Saya suka banget denger orang yang jago menjelaskan hal2 yang saya "bingungi" secara detail. Bagi saya, cowo ga perlu cakep, tapi harus smart. Harus! Saya ngga respect dengan cowo "modal tampang" atau "ga nyambung" dalam hal apapun. Alias asbun karna ga bisa "masuk" dalam setiap topik.

Jadi, setelah ACLS itu saya menemani Rasta untuk konsultasi tentang Tendonnya di salah satu RS Swasta dijatinegara. Saya kebetulan sedang berbaik hati untuj nemenin, walaupun capek-secapeknya.

Tiba2, dr yang di ACLS itu lewat. Dan beliau menegur saya.

"Loh kamu praktek disini juga?"
"Ngga dok. Saya nemenin sodara saya"
"Belom pulang?"
Saya mengangguk. "Dokter praktek disini?"
"Ngga bukan, mampir ada perlu."
"Ke SpOT?"
"Iya dok. Tendon achilesnya bermasalah."
Dia mengangguk.
"Bukan rupture kan? Atlet?"
Saya tertawa. "Ngga dok. Kerja kantoran kemaren futsal trus tiba2 spasm gitu. Dan tumitnya kalo dibawa jalan sakit ketarik gitu dok."
"Udah daftar?"
Saya mengangguk.
"Kapan ke bali?"
"Tanggal 23,dok."
"Saya rencana ke bali buat nikahan."
"Oh iya? Selamat ya,dok."
"Bukan saya. Sepupu. Sa mah belum."
"Bukannya cardiolog sulit ditolak ya,dok? Kan megang kunci pacemaker?"
Kita tertawa. Receh ya? Hahahahahahahahaahhaahahaaa....

"Tergantung. Kalo sesama cardiolog susah diterima kali ya?"
Saya mengangguk. "Bukannya kunci itu berlaku buat semua bagian,dok?"
"Double pacemaker ngga jadi takiaritmik kan?"
Saya ketawa. "Mungkin biar ada cadangannya ya dok? Biar ga ada blok nya."
"Gitu ya?"

"Nyeeeeeeeeet! Ayooooook." teriak rasta sikampret yang mengganggu. Dan pliiissss, boleh ga "nyet" ngga sih. "Nyet" didepan manusia yang saya "idolain" pinternya, huffppppphhhhhhh....

"Saya permisi dulu,dok. Sukses ya,dok. Permisi."
"Nyet?"
Saya tertawa dan meringis bersamaan.
"Panggilan sayang kan ga boleh keren2 dok."
"Sayang? Katanya sodara."
"Iya dok. Emang yang boleh dipanggil sayang cuman pacar?"
Dia mengangguk.

Saya bergegas menemui "sodara" terbawel saya. Menemani Rasta ke dokter itu sama aja kayak nemenin eset dan amor, cereewweeeet bannget. Banget! Banget!!!!!!!!!

20 menit, keluar ruang pemeriksaan.

Kita lagi nunggu mau pemeriksaan penunjang. Rasta udah didorong pake rostur.

"Eh ketemu lagi." Sapa dr.SpJP itu pas pintu lift terbuka. Saya senyum mengangguk. Perasaan gue doang apa emang nadanya dia "seceria" itu ya? Stop ge-er deh, jijik,nyeeeet.... Hahahahahahhahahaaha

Percaya ngga, dia ikut nganterin Rasta sampe depan tempat radiology plus ct scan. Dan lalu menemani saya menunggui Rasta. Hahahahahaahahahahhahaahaha... Sebelum masuk Rasta menoleh ke saya, dan berbisik "siapa sik? Akrab bener nyet?" Saya menjewer telinga "berisik"

Tau ngga, keuntungannya ditemani orang yang smart dan ga ngebosenin pembicaraannya? Nunggu jadi ga berasa. Apalagi kalo dia ngejelasin hal2 yang perlu banget saya tau dalam hal cardio. Aahhhhhhhhhh, boleh pinjem otaknya bentar ga? Pinter banget sih!

Dan saya tidak bosan mendengarkan penjelasan beliau tentang takutsubo cardiomiopaty, tentang kendala2 PCI dalam 24 jam yang terburuk. Dan banyak lagi, berasak "private tutor" loh. Sampe saya nyadar....

"Dokter, gapapa disini? Ga ada urusan lain?"
"Ngga udah selesai pas banget ya?"
Saya mengangguk. "Kalo dokter masih ada urusan gapapa kok. Saya bisa sendiri."
"Kenapa? Karna kamu liat hp saya bunyi terus ya?"
Saya mengangguk. "Ini mama saya. Biasa jam laporan malam, kenapa belom pulang."
"Dokter praktek dimana? Disini?"
"Kenapa mau konsul? Kalo mau konsul, by phone aja, mana no. Kamu."
Saya cengok. Saya diem. Dia mengeluarkan hp-nya, mereject panggilam masuk dan menatap saya.

"Berapa?"
"Saya boleh konsul langsung dook? Ngga apa2? Ngga mengganggu?"
Dia mengeleng. "Berapa?"
Saya menyebut nomor saya. Beliau mc.
"Pulang ke arah mana?"
"Saya anter tata pulang dulu baru saya balik."
"Tata?"
"Iya, namanya Rasta tapi saya panggil tata." Hahahahahahahaha... Sok imuy ya, tata gitu.

"Kapan mau sekolah?"
"Tahun ini,dok"
"Cardio?"
Saya mengangguk. "Dimana?"
"Surabaya mungkin."
"Kalo butuh apa2 bilang ya. Aku bantuin."
Saya mengangguk. "Dok, makasih ya. Penjelasan dokter sangat bermanfaat"
"Kamu udah pinter, makanya bermanfaat."

Rasta's coming...
Menatap tajam ke arah kita. Lalu mendelik curiga ke saya. Sambil "mengkodekan" ngapain dia disini?

Selesai itu, hasilnya diambil besok karena SpOTnya udah pulang. Sekalian kontrol besok. Dan, si dr. smart itu, nganterin kita sampe parkiran, nungguin obat bareng, daaaan bantuin tata naik ke mobil. Hahahahahahahahahahahahaha...

"Dok, makasih ya. Maaf ngerepotin."
"Aku suka kok direpotin." Saya tersenyum dan mengangguk.
"Kalo nanti di Bali, aku ajak keluar, boleh ya?"
Im freeze!!!!!!!!!!! Saya tersenyum. Rasta mencubit lengan saya.

"Take care ya, jangan balap. cepet sembuh, tata. See you at bali"

Dan bahkan ketika mobil kita mau berbelok keluar, saya masih menemukan dia berdiri tegak menatap kearah mobil ini.

"Tata? Eh nyemot, lo bilang apa ke dia? Tata? Jijik bet gue dengere. Dia siapa sih? Cowo baru lo? Gebetan. Akhirnya lo dapet mas2 jawa?"

Saya tertawa sekenceng2nya dan segeli2nya. Apaaaaaan sih!

"Dia itu instruktur Acls,kampret. Dan dia belum menjadi apa2 gue. Dan gue ga berniat buat jadiin dia apapun. Dua dokter didalam rumah terlalu banyak."
"Nyet, dengerin kata gue, tu dokter ada feel sama lo! Taruhan? Pas lo nyampe rumah dia bakalan sms. Minimal telpon. Buat nanya udah sampe belom. Gilaaaak itu trik gue banget!!!!!"

Saya hanya tertawa mendengar celoteh bodoh sikampret.

"Nyet, tapi dia bukan tipe lo deh. Aseli, dia terlalu "baik" mukanya. Tipe lo kan yang "cool" trus kayak sangar gitu."
"Sejak kapan lo dikasih hak untuk berpendapat?"
"Sejak hari pertama kita berteman! Dan cowo yang lo bawa cuman gitu2 aja"
"Babbbboiiiik rastaaaaaaaaaaa!!!!!! Wakakakakakakakakkaak.... Dia smart,ta. Smart banget!"
"Oooo pantes. Karna setau gue, lo ga bakalan "gini" kalo ga ada sesuatu hal yabg membuat lo kagum."

Dan pembahasan konyol ini lanjooooot teroooosss! Bahkan setelah saya menurunkan si kampret dirumahnya.

Am i fall? Nope. Saya hanya kagum. Dan kekaguman bentuk dari respect bukan cinta. Prinsipnya gini, dua dokter dirumah terlalu banyak. Setuju ya?

00.20

1 sms
Udah sampe? Atau masih dijalan?

Daaan saya tertawa membacanya. Kampret gue kalah taruhan sama rasta!

Saya selalu mengagumi cowo smart! Dalam bidang apapun itu, bukan hanya kedokteran. Dan hari ini, saya menemukan seseorang yang bukan tipenya saya banget, namun mampu "mengalihkan" pandangan saya untuk mendengarkan dia berbicara.

Pa, plis janngan dengan dokter ya?!!!
Hahahahahahahahahahahahaah.....

Sekian cerita ndak penting ini. Cerita receh yang dipersembahkan oleh karena mengantarkan rasta berobat.

Benyada Remals "dyzcabz"

Lo ga perlu langsung jatuh cinta nyet. Kagum itu salah satu opsi dari pertanyaan, "boleh jadi milik ga ya?" Mau gue sederhanain? Biar otak lo yang kompleks itu nyadar, lo "on going fall in love" hahahahahaahahahahahahaha... Rasta.

Dari saya untuk hati dan otak saya,
Hanya kagum. Hanya kagum. Hanya memuji. Hanya kagum. Hanya kagum. Dan tolong tidak lebih dari itu.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

25 Facts about me

25 facts about me Ini salah satu chalenge yang agak menatang bin unik, karena saya harus benar-benar mengenali siapa dan bagaimana saya. Memang hanya sebuah keisengan saja, tapi tetap saja, membuat saya berpikir cukup keras untuk ini... And, this is it... 25 fact about me : 1. Saya adalah sulung dari 5 bersaudara, namun tunggal perempuan dari 3 bersaudara, kedua adik perempuan saya meninggal. Dirumah semua memanggil saya Kakak, bahkan yang lebih tua dari saya. (*kocakkan?) 2. Saya lahir di Salatiga, tumbuh dan berkembang di berbagai kota, palembang, surabaya, makasar, namun sebagian umur saya, dihabiskan di Metropolitan. Hmmm,,,,tapi saya Ambon! 3. Saya menghabiskan waktu luang saya dengan nulis, denger musik, baca buku, but almost novel my fave reading. Hohoho... 4. Hal yang tidak pernah salah buat saya adalah CHOKI-CHOKI, karena teman terbaik sekaligus musuh teeberat saya (*sometimes) Yep, Im chocofreak!  5. Saya suka bertualang kemana saja. Apalagi kepegunungan. T...

Obsesi YANG SALAH!!!

Obsesi yang salah! Saturday, September 25, 2010 6:15 AM Mungkin aku harus mengatakan BAHWA aku PEREMPUAN yang sangat beruntung! Dengan segala keterbatasan yang aku miliki,aku mampu memikat hati siapa saja. Aku mampu mendiamkan,ANJING HERDER!<loh kok=""></loh> ************************************************************** Kenapa aku mengatakan AKU BERUNTUNG??? Disatu sisi,aku dicintai oleh seorang lelaki yang nyaris sempurna. Dia memiliki ketampanan dan kemapanan yang menjadikannya sebuah OBSESI yang diminati oleh setiap HAWA. Kecuali aku! Aku benci COWO! Mereka adalah makhluk egois yang tidak pantas dicintai. Mereka lebih baik untuk dicampakkan. Tidak ada toleransi untuk rasa benciku pada makhluk terkutuk itu. Aku membenci mereka. Sangat membenci mereka. Entah untuk alasan apa! Tapi,AKU MEMBENCI COWO. Sampai DIA datang… Membuatku runtuh dari KESOMBONGANku yang menilai bahwa akulah yang paling benar tentang segala hal. Dia menamp...

I am a proud sister!!!

I am a proud sister!!!! First thing first... Congratz, Melf! Calon Sp.B menunggu waktu aja sih. Pembicaraan tentang sekolah lagi itu sudah ada beberapa tahun ke belakang, sejak PTT, well kita udah hampir 8 tahunan jadi dokter. Mulai dari dokter ptt di pedalaman, hingga magang di RSUD, hingga akhirnya menetap dan menjadi PNS di RSUD Kota Sorong lalu di angkat menjadi Kepala IGD (*melf) Jadi saya mengerti betul, bahwa kakak saya sangat menginginkan "sekolah" lagi. Sama saya juga. Tapi, usia epit adalah batas rawan. Kenapa? Dia udah 33, tahun ini, 34. Sedangkan batas usia yang di tetapkan itu 35 tahun. Jadi saya mengerti betul, kenapa dia berjuang dan berusaha sekuatnya untuk masuk PPDS. Mungkin ada banyak yang akan bertanya, ngapain sih ngotot jadi ppds atau sekolah spesialis. Toh udah dokter, ngga capek sekolah lagi. Well, tergantung caramu memandang sebuah "nilai" dari gelar yang tersemat. Untuk kami, menjadi Spesialis bukan hanya tentang "keuntungan...