Langsung ke konten utama

Itu bukan hanya "sebuah buku"

Its break my heart.

Saya tidak pernah meminjamkan buku2 kedokteran saya untuk siapapun. Saya menjaganya dengan baik. Karna saya tau, bahwa Noke membelinya untuk saya, dengan penuh perjuangan.

Hingga ketika sepupu saya, Miz, dia mau masuk kedokteran, Noke menyuruh saya meminjamka buku2 saya. Dengan berat hati, kenapa? Karna bagi saya, buku adalah teman dan sahabat pembunuh jenuh yang baik.

Saya mengingat dengan baik, setiap orang yang meminjam buku saya. Siapapun dia. Buku THT hijau, Radiology itu ada di melf.

Huuuuuufffffpppppphhhhhh....

Dan, hari ini, saya kehilangan Sobota. Atlas Anatomi 2 jilid, buku itu namanya Sobota. Mau tau berapa harganya dimasa itu? 1,95 juta. Mau tau gimana caranya saya bisa dapat? Karna papa berusaha dengan keras buat saya punya buku itu. Kala itu, saya semester 3, sedang belajar anatomi. Ketika saya tau harga bukunya, nyali saya ciut, saya bilang buat papa, "beli yang bekasnya aja ,pa... Dikwitang ada banyak." Tapi papa berkeras, bahwa beliau ada uang. Saat itu, papa sedang dipenerbitan dan aktif membina dimana-mana. 

Pulang pembinaan, papa bawa uangnya ke kosan. 1,95 juta. Papa "kalo kamu minta yang lain, papa pasti marah. Tapi kalo kamu mau beli buku, bagaimanapun mahalnya, papa siapin." Dan, besoknya... Saya beli buku itu. Sobota 2 jilid. Dan itu sudah, 12 tahun yang lalu. Sobota yang sekarang sudah 3 jilid. Dan bagi saya, kurang lengkap dan padat isinya.

Dan hari ini, benar2 hari ini, Miz bilang bahwa buku itu hilang ketika dia pindah kosan. Kan anjing, babi, bangsat, tai! Saya marah! Sangat marah. Udah minjem, gagal, ga dibalikin lagi. Trus sekarang hilang! Kan tai namanya. Anjing. Monyet ga pake ekor!

Ah tailah.

Semua hal yang saya dapatkan dengan penuh perjuangan adalah hal yang selalu saya hargai dan jaga sampai mati. Iya, saya segitu sakleknya dengam buku2 saya. Iya, saya segitu posesifnya dengan barang2 saya.

Kamu boleh mengambil apa saja barang saya, menghabiskan apa saja makanan saya, tapi jangan pernah menghilangkan buku2 saya. Buku2 saya adalah harta saya. Apalagi itu pemberian papa saya. Fyi, setelah papa beli Sobota itu, dan saya "bertapa" siang malam dengannya. I got, the best point of anatomi! Yep, ujian akhir praktikum anatomi, nama saya terpampang paling atas dan nilai saya terbaik disana. Jadi kamu tau kan, kenapa saya begitu menjaga buku itu?

Karna dari sebuah barang yang mgkin kamu anggap "hanya sebuah buku", saya tegak menjadi dokter. Disana, ada keringat papa saya untuk membelinya. Saya bukan orang kaya yang bisa dan biasa menghamburkan duit, bukan. Dan ssaya tidak diajari seperti itu. Saya, diajar untuk menjaga barang sesuai dengan gunanya bahkan sesederhana apapun itu.

Kalo bagimu, itu hanya sebuah buku, benda mati, tidak berharga, tidak heran kenapa kamu gagal dalam studimu. Kalo bagimu, itu hanya barang "sekedarnya" yang mgkin saja bisa kamu ganti, bisa kamu beli, atau kamu pinjamkan ke orang lain, jangan kaget kalo kamu tidak akan bergerak dari "stagnan" ceritamu.

Haaaaaahhhhhh.... Paaaaaa, bukunya ilang. *Ngamuk *nangis

Gimana nih,pa? Ga ada lagi yang kaya gitu,pa. Mau cari kemana lagi,pa. Toko buku diterminal senen ya? Ck.

Maaf ya,pa. Seharusnya saya ngga pinjamin buku itu ke manusia yang pada dasarnya ga punya tanggung jawab! Ke manusia yang pada dasarnya dablek, goblok, tolol, otak isi tai!  Yang bahkan mempersalahkan orang lain untuk gagalnya dia. Yang bahkan bermain2 dengan masa depannya dia. Maaf ya,pa.

Dan sekarang, saya ngga tau harus cari kemana sobota yang hanya 2 jilid itu. (*Nangis lagi)

Semua orang didalam rumah saya, pasti tau, bahwa saya adalah manusia yang tidak bisa kompromi bila orang lain menghilangkan bukunya saya. Makanya kalo amor/eset mau pinjam bukunya saya, apapun itu, mereka pastikan satu hal, JANGAN SAMPE LUPA PULANGIN LAGI KE KAKAK. KARNA KALO NGGA KAKAK NGAMUKNYA LEBIH JAHAT DAN LEBIH GILA DARIPADA SINGA. thats our rules!

Ah, tailah. Bangkeeeeee. Bangsaaaaaaaat.

Dan, saya masih menemukan diri saya menangis bahkam ketika saya menulis ini. Hati saya patah. Saya tau, saya punya ebooknya, bahkan saya mampu membli baru yang edisi terbaru. Tapi, saya mau buku saya. Saya mau buku yang papa beli. Saya mau miliknya saya. Saya mau itu. Saya mau Sobota yang ada coretannya saya. Saya mau itu.

Huuuuufffpppppphhhhhhh.....

Ah, Yesus.... 💔💔💔

Untukmu, orang yang ngilangin buku saya,
Jangan datang deh kerumah. Jngan sama sekali jangan. Karna saya ngga peduli siapapun kamu. Saya akan ngamuk sampe pada batas kamu tidak bisa menerima kembali bahwa kita masih sodara. Siapapun tidak akan bisa menahan saya untuk meredam marahnya saya. Jadi sebaiknya kamu jangan datang. Jangan minta maaf. Jangan muncul. Jangan ada didekat saya. Jangan.

Karna, marahnya saya, tidak bisa kamu ukur dan tentukan hebatnya. Dan mulai hari ini, bagi saya, kamu adalah seoonggok daging yang bernafas, yang bahkan keberadaannyapun tidak pantas untuk dipertanyakan.

Dan, untuk saya, diri saya sendiri,
Makanya lain kali, harusnya lo cukup pintar,nyed... Untuk melihat seperti apa orang yang pantas dipinjamkan. Sekalipun dia sodara loh. Mulai sekarang, tidak ada lagi pinjam-meminjamin buku ya! Jangan ada lagi! Untuk siapapun, dalam keadaan apapun, jangan!

Benyada Remals "dyzcabz"

Dikala kehilangan "buku" memorak-porandakan hati saya.

Mungkin untukmu, barang itu "hanya sebuah buku", tapi bagi saya, ada keringat papa saya yang sulit untuk kamu pahami, ada jerih lelah papa saya yang bahkan tidak bisa diukur dengan otak udangmu, dan ada kenangan tentang bagaimana "buku itu" menemani saya untuk melewati keruwetan anatomi yang bahkan tidak bisa kamu cerna dengan pikiranmu yang dangkal.

Lain kali, kalo kamu pinjam barang orang lain, lalu tidak lagi kamu butuhkan, kembalikan! Karna mgkin untukmu, itu hanya sebuah barang, tapi bagi si pemilik, bisa saja itu sangat berharga! 

Bahkan maafmu, tidak akan membuat semuanya menjadi sama kembali....

Komentar

  1. Ya ampuuun... Saya ikut emosi membacanya. Geram gemes. Dalam beberapa hal yang kamu cerita tentang diri kamu...kita ada beberapa kesamaan a.l seperti yang kamu alami ini. Saya tuh ngga peduli orang mau bilang saya PELIT pokoknya saya ngga akan pinjamin ke siapapun BARANG KESAYANGAN saya. Apalagi seperti yang kamu cerita barusan. Apalagi harganya begitu mahal bikin saya melotot dan ga ada gantinya yang persis seperti itu. Kalopun saya sangat terpaksa meminjamkan... Maka saya akan tanya dulu perlunya berapa lama dan berpesan habis pake langsung balikin (karena kadang saya lupa kalo ada barang saya yang sedang dipinjam orang) termasuk duit.
    Kalo perlu saya langsung buat reminder di hp untuk menagih. Tapi itu sangat sangat jarang karena saya sudah kapok. Sebab saya punya pengalaman meminjamkan kamera buat sudara saya. Saya tahu dia butuh untuk acara wisudanya. Sebab jaman itu belum ada kemudahan berfoto seperti sekarang. Tapi barang tsb kembali dalam keadaan rusak dan dia ngga ngomong. Dodol kan .... !! Saat saya mau pakai ngga bisa ...ternyata rusak... Saya perbaiki tapi tetap ngga bisa...akhirnya buang.... Dalam hati saya memaki... saya marah besar dan sejak saat itu saya berjanji dan tidak peduli dibilang PELIT oleh siapapun. Saya rela berbohong (padahal saya tidak suka berbohong) demi supaya barang kesayangan saya tidak dipakai orang lain.
    Tapi...sejarah bagaimana buku kamu itu didapat dengan perjuangan/ keringat orang tua yang kita sayangi..... Kalo saya.... memegang / tetap memiliki buku itu adalah kenangan yang tidak tergantikan apalagi saat ini beliau sudah tiada. Itu kenangan banget. Makanya saat Amor kehilangan motor... Sebetulnya saya ikut sedih banget dan menyayangkan hal itu terjadi karena kalo saya jadi Amor motor itu adalah kenang kenangan yang sangat berarti... apalagi untuk menggantinya dengan barang yang sama persis belum tentu bisa.
    Jadiiii... saya bisa ngerti betul kamu marahnya sampe ke ubun-ubun...mungkin kalo kepala kamu ada lubangnya... darah yang mendidih sudah muncrat kali ya...hehehe.... Jadi ingat jaman dulu ada iklan JON BANTING yang rambutnya mendadak tegak keatas....
    Memang ada banyak sekali orang yang tidak menghargai barang karena tidak dibiasakan dari rumah dan itu dianggap lumrah tapi buat saya itu menyebalkan (saya termasuk orang yang menghargai barang makanya apapun milik saya terawat dengan baik). Kamu tahu.... tas dan pakaian yang saya pakai ada yang umurnya sudah 20 tahun.... Gila kaaan...
    Semoga kejadian buku tsb jadi pelajaran berarti. Saya punya banyak pengalaman menjengkelkan tentang hal ini. Saran saya "jadilah orang PELIT untuk barang kesayangan kita" ngga usah peduli apa kata orang.

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

25 Facts about me

25 facts about me Ini salah satu chalenge yang agak menatang bin unik, karena saya harus benar-benar mengenali siapa dan bagaimana saya. Memang hanya sebuah keisengan saja, tapi tetap saja, membuat saya berpikir cukup keras untuk ini... And, this is it... 25 fact about me : 1. Saya adalah sulung dari 5 bersaudara, namun tunggal perempuan dari 3 bersaudara, kedua adik perempuan saya meninggal. Dirumah semua memanggil saya Kakak, bahkan yang lebih tua dari saya. (*kocakkan?) 2. Saya lahir di Salatiga, tumbuh dan berkembang di berbagai kota, palembang, surabaya, makasar, namun sebagian umur saya, dihabiskan di Metropolitan. Hmmm,,,,tapi saya Ambon! 3. Saya menghabiskan waktu luang saya dengan nulis, denger musik, baca buku, but almost novel my fave reading. Hohoho... 4. Hal yang tidak pernah salah buat saya adalah CHOKI-CHOKI, karena teman terbaik sekaligus musuh teeberat saya (*sometimes) Yep, Im chocofreak!  5. Saya suka bertualang kemana saja. Apalagi kepegunungan. T...

Obsesi YANG SALAH!!!

Obsesi yang salah! Saturday, September 25, 2010 6:15 AM Mungkin aku harus mengatakan BAHWA aku PEREMPUAN yang sangat beruntung! Dengan segala keterbatasan yang aku miliki,aku mampu memikat hati siapa saja. Aku mampu mendiamkan,ANJING HERDER!<loh kok=""></loh> ************************************************************** Kenapa aku mengatakan AKU BERUNTUNG??? Disatu sisi,aku dicintai oleh seorang lelaki yang nyaris sempurna. Dia memiliki ketampanan dan kemapanan yang menjadikannya sebuah OBSESI yang diminati oleh setiap HAWA. Kecuali aku! Aku benci COWO! Mereka adalah makhluk egois yang tidak pantas dicintai. Mereka lebih baik untuk dicampakkan. Tidak ada toleransi untuk rasa benciku pada makhluk terkutuk itu. Aku membenci mereka. Sangat membenci mereka. Entah untuk alasan apa! Tapi,AKU MEMBENCI COWO. Sampai DIA datang… Membuatku runtuh dari KESOMBONGANku yang menilai bahwa akulah yang paling benar tentang segala hal. Dia menamp...

I am a proud sister!!!

I am a proud sister!!!! First thing first... Congratz, Melf! Calon Sp.B menunggu waktu aja sih. Pembicaraan tentang sekolah lagi itu sudah ada beberapa tahun ke belakang, sejak PTT, well kita udah hampir 8 tahunan jadi dokter. Mulai dari dokter ptt di pedalaman, hingga magang di RSUD, hingga akhirnya menetap dan menjadi PNS di RSUD Kota Sorong lalu di angkat menjadi Kepala IGD (*melf) Jadi saya mengerti betul, bahwa kakak saya sangat menginginkan "sekolah" lagi. Sama saya juga. Tapi, usia epit adalah batas rawan. Kenapa? Dia udah 33, tahun ini, 34. Sedangkan batas usia yang di tetapkan itu 35 tahun. Jadi saya mengerti betul, kenapa dia berjuang dan berusaha sekuatnya untuk masuk PPDS. Mungkin ada banyak yang akan bertanya, ngapain sih ngotot jadi ppds atau sekolah spesialis. Toh udah dokter, ngga capek sekolah lagi. Well, tergantung caramu memandang sebuah "nilai" dari gelar yang tersemat. Untuk kami, menjadi Spesialis bukan hanya tentang "keuntungan...