Langsung ke konten utama

Lost in word.

Lost in word,Nok. I miss you. I miss you so bad.

Saya tidak bisa mengontrol hati saya untuk tidak merindukan papa. Saya bisa mengarahkan otak dan pikiran saya untuk melawan rindu dengan menyibukkan diri.

Tapi hati saya?
Sulit,pa. Sulit dan saya tidak tahu bagaimana caranya untuk mengatakan pada hati saya, jangan merindukan dia yang sudah pergi.

I just miss you.

"Bila ada cinta yang benar2 menyentuh inti jantungmu, rasanya mustahil untuk meniadakan kehadirannya bahkan ketika otakmu membeku dan lidahmu kelu. Hati? Ceritanya lain. Tahukah kamu tanda dasar kehidupan? Jantungmu yang berdenyut. Bila kamu, menaruh nama seseorang disana, sehebat apapun kamu membeku dan mengeraskan inginmu, hatimu tidak bisa kamu hindari. Hatimu akan selalu menuntunmu pada rindu yang keluar setiap kali, namanya kamu sebut. Kenangannya kamu ingat. Kamu bisa menghilangkan memory, tapi kamu tidak mungkin mengelabui rasa."

Dan, saya... Selamanya akan selalu merindukan beliau.

Perjalanan ini timpang tanpa papa. Cerita ini memang bergulir sebagaimana Yesus menginginkannya. Namun, skenario kejutan yang Yesus buat pada pertengahan tahun lalu, mengubah cara saya memandang hidup. Masih pada tujuan yang sama, tapi butuh banyak pertimbangan2 kearahnya.

Dari saya, yang masih belajar menguatkan hati untuk mencapai kata "berdamai", berdamai dengan cerita hidup 8 bulan yang lalu. Berdamai dengan kepergiaan papa. Berdamai dengan diri saya, saya yang begitu kehilangan papa. Saya yang selalu menangis setiap kali merindukan papa. Saya, saya,pa. Saya yang tidak siap melarung abu papa, tapi harus saya lakukan. Saya belajar berdamai dengan diri saya. Bagian lain diri saya, yang selalu hidup dalam kenangan papa. Bagian lain diri saya, yang selalu rapuh ketika sayya tidak menemukan papa ada disituasi mana biasanya papa ada.

Saya harus berdamai dengan saya,pa. Dengan bagian diri saya yang itu,pa. Bagian itu, membuat saya "kehilangan" setengah "saya".

Menemukan bahwa diri saya, bukan... Setengah diri saya luruh bersama kehilangan papa, adalah hal terbangsat yang harus saya hadapi,pa. Tidak,pa. Papa tidak salah. Yesus tidak salah. Saya,pa. Saya. Saya yang salah, seharusnya saya belajar legowo. Saya memahami kedaulatan Yesus, tapi separuh diri saya tidak mau mengerti,pa. Saya membijaki diri saya pada duka paling dalam yang tidak bisa saya bagikan untuk siapapun. Tapi nyatanya, kadang...saya kehilangan diri saya,pa. Saya yang papa tau dulu. Saya yang papa banggain dulu.

Saya masih belajar,pa. Bukan untuk berdamai dengan kenyataan. Tapi, mendewasakan dan mengembalikan setengah diri saya yang dulu. "Dulu" saat papa disini. Dan itu jauh lebih sulit dari yang saya kira,pa. Saya hidup, saya tertawa, saya bekerja, saya menjalani aktivitas, namun saya kehilangan "jiwa" yang menggerakkannya. Dan jiwa itu adalah setengah diri saya yang luruh bersama kepergiaan papa. Mungkin sebagian orang membahasakan dan mengartikannya bahwa saya kuat, tegar, santai.

Tapi bagi saya, itu kebodohan saya. Setengah diri saya yang itu, adalah bagian terlemah yang saya hindari. Sekaligus bagian terpenting yang saya butuhkan. Saya hidup,pa. Saya hidup dengan menjalani tugas dan rutinitas saya seperti yang papa tau. Tapi, saya menjalaninya, karena memang harus dijalani. Karna sudah tugas saya untuk "ada" dan "hidup" seperti biasanya. Bukankah itu terdengar menyedihkan pa?

Hidup untuk dijalanikan,pa? Tapi hidup juga harus dimaknai kan? Bagaimana bila saya menjalaninya, tanpa bisa memaknainya? Bagaimana bila saya mengisinya tanpa menghargainya?

Benyada Remals "dyzcabz"

Bukankah hidup tapi tidak memiliki "soul" itu sangat menakutkan? Seonggok daging bernafas yang beraktivitas penuh, namun dalam setiap gerakannya, tidak ada "jiwa" yang menyelimutinya.

Hidup tapi tidak bernyawa, bukankah itu sama dengan robot yang tidak berhati? Bila hanya memenuhi syarat untuk hidup maka dia sudah, tapi untuk bernilai sebagai manusia, rasanya dia harus benar-benar."dikembalikan".

Pa, everythings not okay with me. Im just tell you, in case you didnt know. (*Repeated... Everythings not okay!)

Komentar

  1. Say ...kamu jangan kayak gitu dong.... Saya jadi ikut sedih. Rasanya ingin meluk kamu. mintalah pada Tuhan...supaya DIA mengembalikan setengah jiwamu yang hilang itu... kalo kamu sungguh sungguh minta pasti Tuhan kasih (pengalaman pribadi).
    Saya sangat bisa mengerti perasaan kamu. Jujur sebetulnya... semua curhat kamu tentang kehilangan papa kamu ... membuat saya sangat menguatirkan kamu... Apalagi sekarang mengetahui ternyata kamu kayak gini... Jiwa kamu terluka. .. saya makin kuatir (saya selalu menempatkan diri saya di kamu & membayangkan semua hal kedekatan kamu dengan beliau).
    Jika kalian ber4 sudah memutuskan untuk meletakkan papa ditempat yang beliau mau nun jauh di sana... tahun ini... Kamu perlahan lahan harus siap ya... Minta Tuhan bantu kamu... Siap dan kuat... pasti bisa kok.... Saya tau SANGAT SANGAT BERAT buat kalian ber4 terlebih kamu.
    Saya akan terus meminta Tuhan menolong kamu... Tuhan punya 1001 cara.... Percaya deh...!! Cara Tuhan itu kan tidak seperti yang kita pikirkan. Hanya saja mungkin bukan sekarang waktunya... Tapi suatu hari nanti... Yakinlah Tuhan akan mengembalikan setengah jiwa mu yang hilang itu dengan cara yang tidak kita duga.
    Saya tau jiwa mu terluka... Tapi kamu jangan sampai sakit ya... Sumpah saya kuatir...saya takut banget kamu jadi sakit karenanya. Memang kamu ngga kenal saya... Tapi saya sayang kalian... Saya mau kalian bahagia dan sehat...
    Waduh... Belum apa apa saya sudah membayangkan moment saat kalian di tengah laut....akan benar-benar berpisah dengan papa kalian....
    Tuhan Yesus.... tolong kuatkan ibu Sien dan ke3 anaknya. Hanya Tuhan saja penolong mereka yang setia dan pertolonganMu dahsyat. Amiin.

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

25 Facts about me

25 facts about me Ini salah satu chalenge yang agak menatang bin unik, karena saya harus benar-benar mengenali siapa dan bagaimana saya. Memang hanya sebuah keisengan saja, tapi tetap saja, membuat saya berpikir cukup keras untuk ini... And, this is it... 25 fact about me : 1. Saya adalah sulung dari 5 bersaudara, namun tunggal perempuan dari 3 bersaudara, kedua adik perempuan saya meninggal. Dirumah semua memanggil saya Kakak, bahkan yang lebih tua dari saya. (*kocakkan?) 2. Saya lahir di Salatiga, tumbuh dan berkembang di berbagai kota, palembang, surabaya, makasar, namun sebagian umur saya, dihabiskan di Metropolitan. Hmmm,,,,tapi saya Ambon! 3. Saya menghabiskan waktu luang saya dengan nulis, denger musik, baca buku, but almost novel my fave reading. Hohoho... 4. Hal yang tidak pernah salah buat saya adalah CHOKI-CHOKI, karena teman terbaik sekaligus musuh teeberat saya (*sometimes) Yep, Im chocofreak!  5. Saya suka bertualang kemana saja. Apalagi kepegunungan. T...

Obsesi YANG SALAH!!!

Obsesi yang salah! Saturday, September 25, 2010 6:15 AM Mungkin aku harus mengatakan BAHWA aku PEREMPUAN yang sangat beruntung! Dengan segala keterbatasan yang aku miliki,aku mampu memikat hati siapa saja. Aku mampu mendiamkan,ANJING HERDER!<loh kok=""></loh> ************************************************************** Kenapa aku mengatakan AKU BERUNTUNG??? Disatu sisi,aku dicintai oleh seorang lelaki yang nyaris sempurna. Dia memiliki ketampanan dan kemapanan yang menjadikannya sebuah OBSESI yang diminati oleh setiap HAWA. Kecuali aku! Aku benci COWO! Mereka adalah makhluk egois yang tidak pantas dicintai. Mereka lebih baik untuk dicampakkan. Tidak ada toleransi untuk rasa benciku pada makhluk terkutuk itu. Aku membenci mereka. Sangat membenci mereka. Entah untuk alasan apa! Tapi,AKU MEMBENCI COWO. Sampai DIA datang… Membuatku runtuh dari KESOMBONGANku yang menilai bahwa akulah yang paling benar tentang segala hal. Dia menamp...

I am a proud sister!!!

I am a proud sister!!!! First thing first... Congratz, Melf! Calon Sp.B menunggu waktu aja sih. Pembicaraan tentang sekolah lagi itu sudah ada beberapa tahun ke belakang, sejak PTT, well kita udah hampir 8 tahunan jadi dokter. Mulai dari dokter ptt di pedalaman, hingga magang di RSUD, hingga akhirnya menetap dan menjadi PNS di RSUD Kota Sorong lalu di angkat menjadi Kepala IGD (*melf) Jadi saya mengerti betul, bahwa kakak saya sangat menginginkan "sekolah" lagi. Sama saya juga. Tapi, usia epit adalah batas rawan. Kenapa? Dia udah 33, tahun ini, 34. Sedangkan batas usia yang di tetapkan itu 35 tahun. Jadi saya mengerti betul, kenapa dia berjuang dan berusaha sekuatnya untuk masuk PPDS. Mungkin ada banyak yang akan bertanya, ngapain sih ngotot jadi ppds atau sekolah spesialis. Toh udah dokter, ngga capek sekolah lagi. Well, tergantung caramu memandang sebuah "nilai" dari gelar yang tersemat. Untuk kami, menjadi Spesialis bukan hanya tentang "keuntungan...