Langsung ke konten utama

Ada syukur dalam kehilangan.

Beberapa hari lalu, saya mendengar berita yang cukup menyedihkan, salah satu anggota jemaat mama, di Imanuel Depok, sakit.

Beliau adalah teman "seperjalanan papa", kenapa? Sama2 DM, sama2 keras kepala buat ngga mau cuci darah, sama2 seneng makan enak. Tapi, Oom Frans jauh lebih bisa dibujuk untuk mau HD, dan bulan ini adalah bulan ke 11 beliau menjalani Haemodialisa.

Saya ingat betul, suatu sore, sepulang dari menjenguk beliau di RS Hermina Depok, Papa bersikeras bahwa beliau tidak mau dicuci darahnya, "biarin aja, toh sama juga, mati juga akhirnya", kenapa? Karena papa melihat Oom Frans kala itu.

Padahal papa adalah salah satu orang yang ikut membujuk beliau untuk mengikuti saran dokter. Lucu ya? Tapi kali ini ceritanya lain, Oom Frans sudah Uremic Syndrome pada stadium yang tidak bisa dan tidak mampu ditoleransi lagi oleh ginjalnya yang drop. Hingga racunnya sudah naik ke otak. Kesadarannya terganggu. Bahkan apneu pada beberapa kali. Ditambah dengan infeksi di kakinya yang sudah "gangren" hingga seharusnya diamputasi.

Let me tell you this....
Ketika kamu gagal ginjal, artinya filter pada tumbuhmu tidak bekerja dengan normal, paham ya? Lalu, ketika ada infeksi yang menyerang, tubuhmu akan sulit bertahan karena sistem imunnya sudah terganggu. Bahkan peredarahan darah yang seharusnya lancar dan membuat pertumbuhan jaringan baru ada lalu berkembang-pun tidak bisa lagi diharapkan, kenapa? Karna gagal ginjal itu tadi, pembentukkan sel darah merah terhambat. Bahkan kamu cenderung anemis. Apalagi jantungmu bermasalah, "pompa"nya ngadat, jadi aliran darah ke seluruh tubuhpun tidak maksimal. Thats complicated thing! Memilih amputasi bukan jalan terbaik, melihat kondisi yang ada. Justru menyakiti si pasien. Amputasi bukan operasi kecil, dibutuhkan persiapan dan obat2an yang mumpuni untuk melakukan itu. Ketika "enselopati uretikum" terjadi akibat racun pada ginjal yang tidak bisa diturunkan atau diperbaiki, jawaban yang paling waras adalah menanti keajaiban. Dan itu yang akhirnya dikatakan oleh tim dokter yang menangani.

Jadi mengerti ya, kenapa akhirnya keluarga memutuskan pasrah?

Mama membesuknya, dan mama bercerita tentang keadaannya. Dimana beliau teriak kesakitan, kehilangan kesadaran, hingga merasa beberapa kali sudah dihampir dinyatakan meninggal. Tapi, melihatnya seperti itu, sebagai orang yang tau riwayat sakitnya, bukankah menyedihkan?

Saya tau, waktu adalah kedaulatan Yesus. Siapapun tidak bisa memaksa ataupun meminta lebih.

Tapi, mendengar cerita mama, dan ikut menjenguk walau tidak masuk. Saya bersyukur, bahwa noke tidak sampai pada tahap itu. Noke pergi dengan kedamaian yang luar biasa serta kesadaran bahwa "beliau sudah melihat jalan Tuhan terbuka" untuknya. Thats sweet ya?

Ketenangan Noke kembali pada Yesus bahkan didalam keadaan duduk berdoa, tanpa sakit, tanpa beban, tanpa sesuatu yang menghalanginya, adalah syukur yang selalu saya ucapkan dalam diam.

Melihat seseorang yang kamu sayang, kesakitan setengah mati dan kamu hanya berdiri disana melihat tapi tidak bisa melakukan apapun, adalah hukuman terberat, (*sebagai seorang medis yang mengetahui banyak tentang patofnya dan prognosisnya)

Ketika mama mi sakitpun, lalu mama bertanya, saya hanya menjelaskan seadanya, sekalipun saya tau, bagaimana akhirnya. Tapi, waktu dan nafas bukan hak saya untuk menentukan. Setiap kali diagnosa dan prognosis saya benar pada orang terdekat, saya bukan bangga, saya justru takut.

Ketika mama sakitpun, saya begitu. Keganasan pada stadium awal. Dan ini adalah tahun pertama yang mama lewati setelah Op besar, Histerektomi radikal. Saya pintar? Ngga, saya belajar. Dan karena itu saya memiliki gelar ini.

Pa, temen papa sakit. Oom Frans, papa pasti inget. Papa berdoalah disana, bilang sama Tuhan Yesus, memberikan beliau kesembuhan dengan caraNYA,pa. Bila Yesus masih menginginkan beliau tinggal disini, Yesus akan membuatnya sembuh dan kembali lagi. Namun, bila Yesus lebih menyayanginya, biarlah kehendakNYA yang jadi.

Mendengar beliau, sama seperti dejavu akan papa. Walaupun "cara" papa kembali pada Yesus sangat indah dan tenang. Tetap saja, ini membuat saya sedih. Pa, melihat orang sakit, selalu membuat saya sedih. Bukan karena saya seorang dokter, namun saya belajar dari apa yang papa bilang, setiap manusia berjalan dengan waktunya masing2, karena itu kerjakan selagi kuat, karena akan tiba masa dimana ragamu tua dan sakit, saat itu adalah waktunya untuk beristirahat dan menanti waktu Tuhan.

Makasih Yesus, karena mengambil papa dengan cara yang indah. Terima kasih karena menunjukkan papa jalan pulang dengan tidak melibatkan "sakit fisik" yang hebat menjelang kepulangannya. Engkau mempersiapkan papa untuk pulang dengan caramu. Dan aku bersyukur bahwa papa tenang bersamamu.

Benyada remals "dyzcabz"

Menjadi lebih tau banyak hal kadang tidak semenyenangkan itu.

Bagi seorang medis, melihat kematian adalah hal biasa. Henti jantung, penurunan kesadaran, henti nafas, aturan baku yang berlaku. Tapi ceritanya akan berbeda, ketika yang kamu hadapi adalah bagian dari hidupmu. Saat itu, bahkan untuk meminjamkan nafasmupun, bila itu mungkin, kamu akan melakukannya.

Hal terbrengsek dari menjadi dokter adalah ketika kamu tahu bagian akhir cerita itu, tapi kamu tidak bisa mengubah apapun. Karna yang kamu lakukan hanyalah berusaha semaksimal mungkin, tapi semesta-lah yang empunya kuasa.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

25 Facts about me

25 facts about me Ini salah satu chalenge yang agak menatang bin unik, karena saya harus benar-benar mengenali siapa dan bagaimana saya. Memang hanya sebuah keisengan saja, tapi tetap saja, membuat saya berpikir cukup keras untuk ini... And, this is it... 25 fact about me : 1. Saya adalah sulung dari 5 bersaudara, namun tunggal perempuan dari 3 bersaudara, kedua adik perempuan saya meninggal. Dirumah semua memanggil saya Kakak, bahkan yang lebih tua dari saya. (*kocakkan?) 2. Saya lahir di Salatiga, tumbuh dan berkembang di berbagai kota, palembang, surabaya, makasar, namun sebagian umur saya, dihabiskan di Metropolitan. Hmmm,,,,tapi saya Ambon! 3. Saya menghabiskan waktu luang saya dengan nulis, denger musik, baca buku, but almost novel my fave reading. Hohoho... 4. Hal yang tidak pernah salah buat saya adalah CHOKI-CHOKI, karena teman terbaik sekaligus musuh teeberat saya (*sometimes) Yep, Im chocofreak!  5. Saya suka bertualang kemana saja. Apalagi kepegunungan. T...

Obsesi YANG SALAH!!!

Obsesi yang salah! Saturday, September 25, 2010 6:15 AM Mungkin aku harus mengatakan BAHWA aku PEREMPUAN yang sangat beruntung! Dengan segala keterbatasan yang aku miliki,aku mampu memikat hati siapa saja. Aku mampu mendiamkan,ANJING HERDER!<loh kok=""></loh> ************************************************************** Kenapa aku mengatakan AKU BERUNTUNG??? Disatu sisi,aku dicintai oleh seorang lelaki yang nyaris sempurna. Dia memiliki ketampanan dan kemapanan yang menjadikannya sebuah OBSESI yang diminati oleh setiap HAWA. Kecuali aku! Aku benci COWO! Mereka adalah makhluk egois yang tidak pantas dicintai. Mereka lebih baik untuk dicampakkan. Tidak ada toleransi untuk rasa benciku pada makhluk terkutuk itu. Aku membenci mereka. Sangat membenci mereka. Entah untuk alasan apa! Tapi,AKU MEMBENCI COWO. Sampai DIA datang… Membuatku runtuh dari KESOMBONGANku yang menilai bahwa akulah yang paling benar tentang segala hal. Dia menamp...

I am a proud sister!!!

I am a proud sister!!!! First thing first... Congratz, Melf! Calon Sp.B menunggu waktu aja sih. Pembicaraan tentang sekolah lagi itu sudah ada beberapa tahun ke belakang, sejak PTT, well kita udah hampir 8 tahunan jadi dokter. Mulai dari dokter ptt di pedalaman, hingga magang di RSUD, hingga akhirnya menetap dan menjadi PNS di RSUD Kota Sorong lalu di angkat menjadi Kepala IGD (*melf) Jadi saya mengerti betul, bahwa kakak saya sangat menginginkan "sekolah" lagi. Sama saya juga. Tapi, usia epit adalah batas rawan. Kenapa? Dia udah 33, tahun ini, 34. Sedangkan batas usia yang di tetapkan itu 35 tahun. Jadi saya mengerti betul, kenapa dia berjuang dan berusaha sekuatnya untuk masuk PPDS. Mungkin ada banyak yang akan bertanya, ngapain sih ngotot jadi ppds atau sekolah spesialis. Toh udah dokter, ngga capek sekolah lagi. Well, tergantung caramu memandang sebuah "nilai" dari gelar yang tersemat. Untuk kami, menjadi Spesialis bukan hanya tentang "keuntungan...