24 Januari
Noke, pertama saya harus protes! Karna papa ngga ada, saya harus merangkap jadi sopir pribadi mama. Plus asisten.
Hut GPIB Ekklesia Kalibata ke 48 tahun. Mama mendapat undangan, sebagai wakil papa yang pernah menjabat sebagai KMJ disana tahun 1991-1992.
Waktu itu umur papa 35 tahun, saya masih 3 tahun dan mama sedang mengandung Amor. Thats why, kenapa nama Amor itu "Ekklesi" (*Benni Amor Salutavi Ekklesi) dia lahir disitu. Di Ekklesia Kalibata, dan Papa menamakannya dengan kata itu, Sang Penyelamat Gereja. Keren ya? (*Dari namanya seolah dari awal papa tau, amor adalah penerusnya)
Ekklesia yang tetap seperti dulu. Gedungnya. Bentuknya. Sama seperti dulu. Kembali pada jemaat tempat papa pernah melayani dulu sama seperti Nostalgia. Menyelami kenangan beliau disana.
Saya (*dengan sangat terpaksa dan berat hati), siapa yang bisa menolak bujukan mama. Iyakan pa? Apalagi kalo mama udah buat muka susah. "Aduh mama pergi sendiri ya?" ,"Ga ada yang bisa temani ya?". Dan akhirnya saya harus menemani Sinsinya kita. Harus! Padahal saya baru aja pulang jaga siangnya.
"Ma, kita ngga duduk didepan ya."
Mama mengangguk.
"Kita datengnya telat aja,ma"
Mama mengangguk. "Iya,kak. Yang penting dateng ajalah, mama ga enak, mereka menghormati papa makanya mereka undang kita."
19.35
Kita sampe disana, lagi khotbah yang dipimpin oleh Pdt. Dr. Nancy Nisapih, lo kenal dia,nyet? Hahahahhahaa... Nih ya, saya kasih tau, ketika beliau menikah di GPIB Eben Haezer Surabaya, saya jadi gadis kecil pengambur bunganya a.k.a flower girl ya? Or whatever, you named it. Dunia sempit ya? Ive told you, saya mengenal hampir semua pendeta GPIB yang sekarang sedang "ngetop2"nya. Pada masanya dulu, mereka junior jauh dibawah papa dan mama. Beliau dulu PJ di GPIB EbenHaezer Surabaya tempat papa KMJ disana.
Kita masuk pertengahan khotbahnya. Ruangan penuh. Lalu kita disambut oleh panitianya, mereka menyuruh mama duduk didepan bersama dengan semua Mantan2 Pendeta yang pernah melayani disini. Namun, seperti perjanjian, mama menolak, akhirnya kita duduk dibaris ketiga dari depan.
Saya pikir, ga adalah ya, yang bisa mengenali mama. Yakalo papa sih, semua orang yang pernah dilayaninya pasti inget. Pasti. Mama mengenal beberapa ibu yang sudah sepuh disebelah kita. Ketika mereka tau, bahwa yang duduk disamping mereka adalah istrinya Alm. Pdt. Ihalauw, mereka spontan memeluk mama. Bercerita panjang lebar, bahkan itu lagi khotbah loh. Dan kiri-kanan, muka-belakang, cukup ribut dengan "ini istrinya Pak Ihalauw". Thats sound so normal ya?
Saya diam aja. Saya malas berbasa basi busuk. Jadi saya diam aja memperhatikan khotbahnya Tante Nancy. Tiba2 ibu yang duduk disebelah saya nyeletuk ke mama, "mana anak2?" Dan mama menunjuk kearah saya, "ini yang pertama" dan lalu, saya harus bersalaman dengan orang2 "terdekat" yang duduknya bersebelahan dengan kita.
Mereka sibuk bernostalgia bersama mama, sibuk mengenang masa "kejayaan" mereka bersama papa.
"Aduh pendeta kebanggaan saya itu ya bapak. Ga ada lagi. Pas bapak itu, kolektenya astaga, sampe pake sarung2 ngangkatnya. Iyakan bu?" celetuk ibu yang duduk tepat disebelah mama. Saya melirik kearahnya yang begitu semangat bercerita. "Weslah, kami kehilangan bapak bu. Beneran. Aku sama bapak pergi ngelayat, tapi ketemu sama anak2. Karna ibu lagu istirahat."
Pa, denger ga? Bukan hal baru ya? Papa udah bosan juga ya, denger bahwa pada "masanya" papa menjabat disebuah jemaat sebagai KMJ, itulah yang disebut masa keemasan disitu. Kenapa disebut keemasan? Karna masa itu sulit terulang kembali. Yakan,Pa?
Percaya ngga, pas saya bilang ada yang tiba2 maju kebangku kita untuk salaman sama kita. Geli sih ya. Karna, ini lagi ibadah dan mereka menyalami mama (*specially) dengan santai.
Tiba2 ibu yang duduk diujungnya kita, menengok ke arah mama. Mama senyum. "Mama kenal?" Mama mengangguk. Ibu itu bertanya pada sebelahnya, itu siapa? Ketika mereka menyebut nama "istrinya Pdt. Ihalauw" Dia jalan dan minta pindah tempat duduk sampe ibadah selesai. Haahhaahhahahahaha...
Satu hal yang membuat saya kaget. Ketika dia melihat saya, dia bilang... "Yedijah, saya tuh cari kamu kemana-mana, papamu dulu keras banget sama kamu. Aduh sampe tante bilang papa, itu anak perempuan nok, jangan dia stress. Setiap kali tabte ketemu orang2 yang kenal papa, tante selalu tanya, anaknya Pdt. Ihalauw yang sulung su jadi apa? Dan mereka bilang kamu dokter. Hari ini, tante bilang sama kamu, didikan papamu tidak pernah meleset. Dia bentuk kamu menjadi orang yang besar. Aduh kalo ingat dia marah kamu dulu2 tu aduh tante hati susah."
Saya tersenyum mengangguk. See? Ada orang yang masih hidup untuk menyaksikan bagaimana kerasnya Noke mendidik saya. Bagaimana papa saya membentuk saya. Hingga kamu bisa bertemu dengan saya yang haari ini kamu lihat. Dan untuk itu, tidak ada satu titik kebencian pun yang saya tinggalkan untuknya. Namun terimakasih yang tidak henti, karna Yesus menempatkan beliau sebagai Papanya saya, seumur hidup saya.
Ive told you... Noke mendidik, bukan membunuh. Sekalipun yang kamu liat sangat keras dan kasar, tapi dari buah orang melihat kualitas pohonnya.
Mereka memberikan tanda kasih untuk mantan2 pendeta yang pernah melayani disini. Ketika mama maju, saya terharu. Akan ada saatnya tiba, dimana mama harus mewakili papa. Harus. Berdiri dan mengenang semua yang pernah papa lakukan dijemaat ini. Karna apapun yang papa lakukan dan kerjakan disana, nona-nya selalu setia disisinya.
Ketika acarany selesai, semua datang dann menyalami kita serta berforo dengan mama. Saya? Menjadi pengawas dipinggir. Yang lucunya, setiap kali mereka menyalami mama, katanya2 pasti "aduh ibu pendeta makin cantik ya.", Atau "aduh berubah banget"
Untuk kita yang sehari2 bersama mama, mama memang selalu secantik itu dan serapih itu. Dimata Noke, Sinsinya selalu sempurna. Selalu. Iyakan pa? Jadi kalo ada yang bilang mama berubah, makin cantik, ngga. Beliau memang selalu secantik itu bagi kita. I love My Sinsi.
Dan ketika mereka melihat saya, mereka bilang "mirip noke.", "Aduh muka papa banget", "ini ambil papa betul", saya? Yaiyalah, anaknya kan? Kecuali saya anaknya sule (*misalkan) trus tiba2 mirip noke baru kaget. Shock. Kalo anaknya Noke dan mirip beliau, wajarkan? Kalo dulu papa bilang, kenapa mukanya kita bertiga lebih ke papa, karena mama "terlalu cinta" sama papa. Geli ya? Gombal2 menjijikkan ya? Hahahahahahahahahahahah
Kita turun ke bawah untuk makan. Gedung ini tidak berubah. Fix seperti ini, ketika dulu, saya ikut papa kekantor. Atau ikut mama pimpin katekisasi. Lalu beli es potong didepan gereja hahahahhaahhaa... Terus pulangnya papa marah karena jajan sembarangan.
Disana ada foto semua mantan pendeta yang pernah melayani. Ketika saya melihat foto papa, saya tau, itu dimabil ketika papa pimpin pembinaan, energic, muda, gagah dan sedang tertawa. Difoto itu papa mirip Eset.
Saya berdiri lama menatapnya, hingga satu orang ibu menyapa saya dari belakang, "kangen papa ya?", Saya mengangguk dan tersenyum. Saya memiliki banyak foto beliau, namun melihat fotonya ditempat lain, selalu membuat haru yang sulit saya bendung.
Hei, Pak Pendeta Ihalauw diatas sana,
Saya sudah menemani istrinya untuk dateng ke acaranya Hut mantan jemaat yang pernah bapak layani. Sebagaian dari mereka selalu menjadi pengagummu,pak. Selalu membandingkanmu dengan orang2 setelahmu. Sebagian lagi menganggapmu sebagai orang yang sulit dilupakan kenangannya. Mereka yang melihatmu mendidik dan mengajaari kami. Pak pendeta, kenanganmu selamanya hidup pada setiap hati yang pernah kamu layani. Mereka mengungkapkannya pada istrimu. Tahukah kamu, bahwa menjadi bagian dirimu adalah hal terhebat yang Yesus rancangkan dalam hidupku. Terima kasih sudah membesarkan saya dengan caramu. Selamanya, kamu akan selalu menjadi hal yang tidak bisa digantikan.
Selesai. Saya dan mama pulang.
Sepanjang jalan pulang, mama bercerita banyak tentang masa2 kita di GPIB Ekklesia. Dulu pada masanya papa, Ketua I PHMJ itu Kakanya Pdt. Hendrik Tiwow, dan Ketua IInya Fam Pasandaran. Mereka yang menjadi saksi, bagaimana setiap kali khotbah, kolekte yang terkumpul itu berlimpah bahkan ngangkutnya pake sarung2 loh. Keren ya?
"Papa melakukan banyak hal,ma. Bukan hannya di Ekklesia. Kalo kata Oom di penabur pas ibadah penghiburan papa, "papamu aktif disemua GPIB" hahahahahahahahahhahaaa"
Mama ketawa. "Aduh papa tuh dulu pas masalah penabur, udahlah ya papa duduk disana sampe pagi dengan mereka. Cerita, kasih jalar keluar, tukar pikiran. Mama sampe ngantuk2." Hahahahahahhaahhahahahaaha...
Mama tuh asistennya Noke. Wajib ikut kemana Noke pergi. Noke ga bisa jalan tanpa Sinsinya. Ngga tau kenapa. Pokoknya kalo Sinsi ada pelayanan, beliau pasti tunggu sampe Sinsinya pulang baru jalan. Dan, Noke, selalu menjadi orang pertama yang datang setiap kali ada rekan sejawatnya yang tertimpa musibah dan masalah. Hahahahahahahahahhahahaa... Makanya kenapa saya selalu marah ke papa, papa tuh sok sibuk, sok baik, untuk jadi kesetnya semua orang. Ada masalah disitu, papa ada. Papa tau. Ada masalah disana, papa ada juga. Kalopun papa ngga ada, mereka akan menghubungi papa. Pasti. (*Megalomen lo nyet.)
Bukan "megalomen" tapi saya melihat sendri, ketika masalah dipenabur terjadi. Dan papa disana untuk berjuang bersama mereka mengembalikan situasi,lalu akhirnya papa dimutasikan ke Medan oleh sinode hahahahahhahahahaahhahahahahahahahahahhaahaa... Itulahkan? Sok banget sih. Tapi Noke? Ngga marah, dia ketawa senang. Bahkan ketika SK turun dan sebagian warga penabur datang ke penerbitan untuk minta maaf ke papa, karna "membela" mereka, papa harus menerima akibat. Papa? Santai,boss. Papa tidak pernah menolak pengutusan, dimanapun dia ditempatkan. Mau itu jauh, atau kondisi dan situasinya bagaimanapun, Papa tetap melayani dengan baik. Itu adalah pelajaran terbaik selama papa hidup. Ditempat manapun Yesus mengutus papa dan mama, disana, papa dan mama, melakukan yang terbaik untuk Yesus.
Ehm... Masalah penabur itu apa? (*Udahlah ya, ga usah dibahas juga. Udah lewat.)
Dan, papa adalah manusia yang paling gampang "buka dompetnya" untuk orang lain. Kalo ada kedukaan, atau teman pendetanya kesusahan, atau junior2nya di Pos pelkes lagi kesulitan. Tinggal telpon ajalah. Ihalauw mengatasi dengan baik. (*Santa Clauss) Atau, ketika ada pendeta yang masuk RS lalu papa datang jenguk, nanti papa akan bilang ke pendeta2 lain, "Ayok patungan tambahin biaya2nya, ini dari saya dan nona" Hahahahahahahahhahahahahahahaa...
Atau, ketika kita pergi ke rumah duka jemaat A, mereka duduk begadang sampe pagi tanpa ada makanan, papa akan "menyediakannya", mulai dari minuman kaleng, roti2, McD. Ketika, beliau memberi, beliau tidak pernah sedikitpun merasa berat atau susah. Silahkan aja tanya sama jemaatnya. Kalo yang meninggal itu jemaat yang susah, papa akan membuka gereja untuk menaruh jenazahnya, daaaaan... Memberikan Jas terbaiknya untuk dipakai kepada almarhum.
Rambut kepala saya boleh kamu ambil, tapi jangan coba nasi dimulut saya. NOKE.
Pernah saya temani papa dan mama jenguk salah satu teman pendeta mereka, saya lupa namanya. Beliau di ICU. Pas kita datang, keluarganya yang nunggu itu duduk semua belum makan. Hanya ada aqua aja. Tau, ngga, apa yabg noke buat... Kita berdua ke McD dan indomaret terdekat, beli makanan untuk 20 orang, sampe petugas McDnya bingung hahahahahahahahaa... Trus beli kue dan roti. Ketika kita balik kesana, keluarganya kaget. Istrinya sampe peluk papa nangis.
Jadi, ga perlu ditanyalah ya, siapa yang mengajari saya tentang kebaikkan? He's the one.
Dia yang sudah tenang disana, selalu melakukan itu pada siapa saja. Bahkan untuk mereka yang selalu jahat padanya. Noke bisa berdebat dengan sengit, tapi diluar itu, kamu tetap bisa duduk bercanda dengannya sebagai teman. Dan hal ini, adalah hal tersulit yang masih harus saya pelajari dengan benar.
Benyada remals "dyzcabz"
Sejauh mana saya pergi, pada setiap tempat yang pernah papa layani, selalu ada cerita "heroik"nya papa disana, selalu ada decak kagum yang terurai, selalu ada haru yang terbaca pada setiap jemaat yang pernah merasakan pelayanan papa.
Kekallah kenanganmu, Nok. Mereka akan menjadi bukti dan saksi hidup bahwa semasa hidupmu, kamu sudah melakukan banyak hal benar sebagai pelayan Tuhan.
Saya sih ngga heran papa kamu dikenal dan dikenang banyak orang karena Pdt Ihalauw alm. memang Pdt yang hebat dan berkharisma. Semua itu karena beliau sungguh-sungguh memberikan semua waktunya bahkan jiwanya untuk melayani umat Tuhan... jadi sangat wajar semua orang yang mengenal papa kamu punya kenangan sendiri tentang beliau. Papa kamu sungguh sungguh aset GPIB yang tidak ada duanya. Percaya deh. Menurut saya loh...!!(
BalasHapusBtw saya cuma mau pesan ke kamu dan adik adikmu. Secapek capeknya kalian... walaupun kalian tidak suka... temanilah mama kamu. Siapa lagi kalo bukan kalian. Berilah beliau sesuatu walaupun beliau tidak meminta... . Senangkanlah hatinya selalu... dalam hal apapun supaya kalian tidak menyesal. Sebab jika nanti seandainya kamu studi lanjut di kota lain waktumu bersama mama hilang sementara. Usia bertambah kekuatan berkurang.
Saya selalu meminta Tuhan memberikan beliau kesehatan dan kebahagiaan bersama anak-anak nya.