Langsung ke konten utama

Postingan

Hey, you

Hey, you. Lama rasanya tidak  melihatmu. Sejauh ini, aku baik-baik saja. Sesekali, butuh BOOSTER untuk tetap waras dalam pijakan, namun aku baik-baik saja. Dan, aku berharap, kamu juga baik2 disana. Aku memaksa diriku, untuk mengabaikan mu. Tidak melihatmu. Mau tau tentang apapun itu. Rasa penasaran yang ku hilangkan. Rasanya tidak benar aja. Are you happy? Seharusnya kamu bahagia. Do you miss him? Always.... Sebuah pertanyaan ambigu. Aku merindukan mu atau kamu merindukannya? Hey you... Mereka yang sudah pergi, tidak akan pernah kembali. Setidaknya ini adalah logika pertama yang aku taruh pada kewarasanku, saat melihat papa berhenti bernafas. Mereka yang sudah pergi, memang sudah waktunya kembali pada Tuhan. Ini adalah penguatan yang aku katakan untuk diriku sendiri, ketika aku menghentikan RJP papa siang itu. Duniaku runtuh, separuh diriku hancur, namun aku tau, papa sudah bersama Yesus. Papa jauh lebih aman dan nyaman disana. Mereka yang sudah pergi, selamanya akan m...

happy blessday, Sinsi

Happy birthday, Sinsi. The woman, whose i love the most. 65 tahun, Sinsi. Bila sejenak menoleh kebelakang, mama akan melihat begitu banyak pertolongan dan perkenanan yang Yesus buat dalam perjalanan hidup mama, sebagai seorang hamba Tuhan, seorang istri, dan seorang ibu. Mama mengawalinya menjadi KMJ. Mama vakum 19 tahun untuk fokus mengurus keluarga. Lalu,  Yesus mengembalikan tahun2 pelayanan yang mama lewati, hingga mama kembali menjadi pendeta organik. 19 tahun lagi. Yesus membuat mama menjadi KMJ kembali, dipenghujung masa layan mama. Menjadi mentor. Sesuatu yang mama pikir, mustahil. Yesus selalu menjadi perancang yang ajaib untuk mama. Yesus adalah Allah yang menyediakan, ma. Kita hidup dan menyaksikan perbuatan2nya untuk kita. Yesus, memanggil papa pulang, mama menjadi cancer survivor. Namun, DIA, Yesus yang sama itu, selalu merancangkan damai sejahtera, ma. Yesus, tidak pernah meninggalkan mama. Selamat memasuki masa emeritus, Sinsi. Sampai sejauh ini, Yesus memeluk...

random day (*hello march)

Cuman mau posting aja. Cuman iseng aja. Karna nungguin jemputan jalannya lama banget. Banget. Banget.  Kebetulan hari ini, ada roh baik yang datang dan emang pengen banget make up. Jadinya, saya mencoba kembali make up setelah selama ini, NGGA PERNAH MAKE UP hanya untuk nongkrong ke luar. Saya make up hanya pada acara2 penting.  Masalahnya, sekalipun ngga pake make up, saya tetap jajan make up hahahahahahahahaaa... Ada aja gitu yang sa beli. Entah foundy, maskara, lipstik, apa lagi ya? Pokoknya rame deh. Sampe dulu, papa tuh selalu elus dada, tapi ngga ngomel ya karena emang saya suka aja. Walaupun ngga sering belinya, cuman sekali beli lumayan menjebolkan kantong ya. Lumayan sangat loh. Hahahahahahahahahahaaa... Dan inilah make up ga penting2 banget ini. Hanya untuk pergi ngopi, (*padahal ngga terlalu suka ngopi), cuman saya lagi pengen aja keluar rumah. Walaupun nanti menguras energi saya seharian, karna besok jaga.  Do you think am weird?! Yep, its me. Thanks. Benyada ...

menolong orang

"Menolong orang adalah kebaikkan" Setidaknya saya selalu berpikir seperti itu, sedari kecil. Kita ditanamkan hal itu, menjadi dasar untuk melakukan hal yang baik. Sepakat ya? Saat menjadi dokter, kata menolong terkadang menjadi sebuah ambigu yang melelahkan. Karna, "menolong orang" tidak lagi menjadi sebuah kata sederhana. Masih mengandung kebaikan namun rasanya menggantung.  "Menolong orang" akan menjadi sebuah pertimbangan penting, "beneran bisa ditolong disini?", "Apa ngga sebaiknya rujuk langsung?", "Apa perbaikan ku memang beneran dibutuhkan", "apa ngga memperburuk keadaan?"  Pertanyaan ini menggantung. Walaupun, makna dari ini adalah MENOLONG SESAMA. Melakukan semua yang kita bisa untuk menyelamatkan dan meringankan sakitnya pasien.  Bila nyawa adalah tentang waktu. Berarti, setiap tindakan yang dilakukan seharusnya menjadi pertolongan terbaik untuk menjaganya tetap ada disini.  Namun, bagaimana... Seandainya s...

always

.....you miss him? Aku hanya tertawa dan berlalu dari hadapnya. Jawabannya menggantung. Aku tidak berani bersikap dan mengambil keputusan tentang rindu.  Aku berjalan menyusuri lorong ini. Terasa dingin dan sepi. Semua orang sudah selesai dengan tugasnya. Senja telah menjemput matahari untuk kembali. Aku, masih disini, menjalani tugasku.  ..... boleh rindu, tapi ingat, jangan mengganggunya.  .....hanya sebatas rindu. Aku memaki diriku. Meluruskan pandangku. Membuang jauh cerita yang tiba-tiba memusingkan kepalaku. Cerita tak bertuan. Semua kemungkinan-kemungkinan yang ku sangkal. Bermain apik dalam hipocampus, rasanya girusku bertambah 2 kelokan. Bukan karena pasien STEMI Extensive anterior yang perburukan tadi. Namun, karena.... "Dok, belum pulang juga? Mau pindah tidur disini, apa gimana? Kan udah selesai jam jaganya?" Aku mengangguk seadanya. Menyunggingkan sebuah senyum yang tertutup masker. Mencoba meramahkan nada bicaraku.  "Tugasnya masih nanggung. Bentar lag...

bila saja...

Another day in Febuary, then i miss home. Iam bout to going home. Aku kira, menjadi dewasa adalah kegirangan yang luar biasa. Belajar menari tanpa batas. Belajar tertawa tanpa keresahan, atau mungkin lebih tepatnya belajar menertawakan hidup... Nyatanya, tidak semudah itu. Tidak juga sesederhana pikiran anak TK yang hanya tau permainan apa yang dimainkan besok. Atau, sesederhana kakek2 penjual somay didepan kantor, bisa bertahan hidup saja rasanya sujud syukur. Aku? Si manusia overthinking, selalu merasa "harusnya lebih baik", "mestinya ngga gini"... Aku? Si good planner, meski seringnya di revisi berkali-kali hanya untuk menerima kenyataan, bahwa plannya ngga semulus jalan tol bawean dan juga ngga seindah perkiraannya... Dari aku, Si pemalas yang dikira bertanggung-jawab,  Coba yuk, diwarasin lagi pikir mu, tugasmu yang diberikan, harus dijalankan. Rutinitas mungkin bukan teman baikmu, namun tidak bisa juga dijadikan musuhmu... Karna hari ini, kamu hidu...

HUPFFFFFHHHHH....

  Saya sedang tidak baik-baik saja.  Rasanya, orang harus belajar untuk tidak mempertanyakan terlalu banyak, hal2 privacy yang bukan urusan mereka. Pikirku, seharusnya mereka tidak merasa "janggal" dengan orang yang berbeda dengan mereka.  Oh ya, saya mulai absurd ya? Terdengar skeptis.  pandemi ini melelahkan? Iya, benar.  Namun, saya merasa nyaman dalam keterasingan yang dibuat oleh pandemi ini. Tentu saja, saya tidak berbicara mengenai kematian dan kesakitan yang terjadi.  Karna saya menyukai sepi. Bertemu banyak orang membuat saya pusing, merengut kewarasan saya, dan saya merasa exhausted. Serius. Saya tidak pernah baik-baik saja, setelah menjalani waktu diluar rumah dengan bertemu begitu banyak orang. Besosialisasi dan bertemu dengan orang asing, menguras energi saya. Sangat.  Sehingga setelahnya saya btuh waktu sendiri. Untuk sekedar tidur seharian. Baca buku. Denger musik. Nothing. Tidak berbuat sesuatu dan berdiam diri adalah kemewahan untuk sa...