I miss you, pa.
I miss you so bad.
Jakarta gerimis pagi ini, pa.
Dan saya?
Berjalan di dalam gerimis yang kian deras. Papa tau kan, saya suka main hujan. Saya suka wangi hujan, wangi tanah yang basah terkena hujan.
Menimbulkan bau basah yang meneduhkan penghidu.
Biasanya,
Bila papa menemukan saya dalam keadaan mandi hujan, beliau akan ngomel sepanjang hari. Beliau akan suruh mama, masak air panas dan memaksa saya untuk mandi. Basahin kepala supaya tidak sakit.
Saya? Kadang bebal, kadang nurut.
Namun, ketika mr.grumpy itu sudah pergi, akhirnya saya tau, kenapa terkadang saya "bebal", saya membiarkan papa ngomel.
Karna saya menikmati rasanya dikhawatirkan oleh beliau.
Saya tau, papa tidak mau melihat saya sakit. Saya tau, beliau begitu menjaga saya. Beliau begitu protective untuk saya, karena saya satu2nya anak perempuan beliau.
Namun pagi ini,
Saya pulang dalam keadaan cukup kuyup. Mama mengomel seadanya.
Something is missing, pa...
Ngga ada yang ngomel2 se-intens papa.
Dan tiba-tiba saya jengkel sendiri. Dan saya marah2 ngga jelas. Dan saya menemukan diri saya ngambek ngga jelas, lalu membenarkan ngambeknya saya dengan menyudutkan orang lain.
Yep, its me, anaknya Noke.
Hm, ini jeleknya saya. Mungkin ini berbeda dari kenormalan manusia lain, saya kalo marah, saya mendiamkan semua manusia yang ada di muka bumi. Saya tidak akan mencak2, teriak2, ngga. Saya akan diam. Dan diamnya saya itu selalu "menakutkan", karna artinya saya tidak akan menjawab apapun, tidak mau terganggu dan di ganggu dalam hal bagaimanapun.
Saya, diri saya, kemarahan saya. Thats it.
Itu sudah berlaku sejak papa masih ada. Bahkan papapun tau, kalo kakak sudah diam, artinya something wrong.
Saya akan "menyelesaikannya" dengan diri saya sendiri, lalu semua akan baik-baik saja.
Jadi, kalo kamu menemukan saya marah2, ngeluarin kata2 "kasar", atau bernada "jahat", saya ngga marah. Saya sedang berbicara dengan "gayanya" saya. Itu berarti saya menganggapmu manusia dan seluruh keberadaanmu "berharga" di mata saya.
Lain hal, kalo saya diam. Jadi jelas ya?
Kekerasan kepala saya, adalah hal terburuk yang tidak bisa berubah. Bukan karena ego yang selalu papa menangkan, namun saya... tidak suka menggantungkan "kemarahan" saya pada orang lain.
Saya bisa menenangkan diri saya, saya bisa menghandle saya sendiri. Saya tidak perlu di bujuk, tidak perlu di perhatikan, tidak juga di kasihani.
KARNA ITU, bila saya sedang diam, biasanya ada tertulis "awas anjing galak"
Benyada Remals "dyzcabz"
Latepost.
Ini adalah sebuah hari, bukan...salah satu hari,
Di mana saya begitu merindukan papa.
Lalu saya memarahi diri saya sendiri.
Lalu saya menyadari kesalahan saya.
Lalu saya mencoba memaafkan saya.
Hingga penghujung hari, bahkan saat hari berganti...
Yang saya temukan hanyalah saya dalam kediaman saya juga kemarahan saya, tanpa beranjak dari tempat tidur.
Pa, bila saja papa ada. Papa akan disini memeluk saya, lalu bertanya "ada apa, nona susah apa sih?"
As i say before, pelukan papa adalah obat penenang yang mujarab bahkan melebihi sebutir aprazolam.
Komentar
Posting Komentar