Wuaanjeng banget, karna ternyata saya harus banget menanggapi ini.
Bangsat sekali, karena pada akhirnya ini sangat mengganggu saya. Selamat untuk kamu, iya kamu, Kamu yang sudah berhasil mengalihkan "perhatian" saya. Berhasil mengganggu pikiran saya beberapa hari ini.
Begini. Pertama, terima kasih karna sudah menuliskan itu untuk saya. Saya biasanya tidak memperhatikan isi mailbox saya, hingga judul kamu cukup menggelitik saya "cengeng itu bagian dari gila". Kedua, ijinkan saya tertawa sebentar.
Sampai disini anda paham ya? Rasanya "kamu" terlalu sopan untuk manusia dari antah berantah layaknya anda!
Tulisan-tulisan ini, tidak perlu anda komen. Tidak butuh juga anda lihat dan baca. Bukankah sudah saya bilang, ini dunia kewarasan saya. Saya berterima kasih bila anda mau membaca. Tapi tolong, tidak perlu mengomentari apapun. Apalagi ketika komentar anda bernada negatif dan menghina.
Woooooi,nyeeeet.... Saya ndak segoblok itu! Walaupun saya sesedih ini. Saya tidak tahu bahwa cengeng termasuk dalam kategori "gila" atau "tidak waras". Bisa tunjukkin dimana itu ditulis? Well, sepanjang dan sebanyak yang saya tau, gangguan kepribadian yang "mengarahkan" kearah cengeng atau mewek atau melow terus atau crybaby itu namanya dependent. Saya dependent? Tunggu bentar, saya ketawa dulu.
Anda boleh merasa mengenal saya melalui tulisan-tulisan ini dan menyimpulkan apappun yang anda inginkan. Namun saat anda, bertemu saya, anda akan tau bahwa tulisan ini hanya sebagian kecil dari cerita saya yang ditulis.
Ah,bangke!
Saya kasih tau ya, cengeng itu tindakan bodoh. Saya mengakui itu. Saya tidak menolak penilaian itu, karena sayapun merasa demikian. Setiap kali saya kangen dengan papa, saya akan menjadi cengeng. Tapi apakah saya selalu menangisi beliau setiap saat? Ya enggalah,goblok! Anda pikir hidup saya cuman isinya ongkang-ongkang kaki ga ada kerjaan? Ga ada tujuan? Jadinya tiap saat isinya nangisin orang yang udah ngga ada? Ngga setolol itu juga!
Saya tidak berterimakasih karena anda sudah repot dan membaca tulisan ini. Bahkan berkomentar tentang kecengengan saya. Saya justru sangat senang, bila anda tidak pernah membaca tulisan ini. Dan tidak perlu sesibuk itu berkomentar. Saya ngga butuh masukan dan nasehat anda yang panjang lebar tentang kesedihan saya.
Saya tau bagaimana mengatasinya. Saya tidak butuh dibantu. Saya tau bagaimana mengontrol kesedihan ini, saya tidak sakit. Saya hanya sedih. Saya sedang belajar berdamai dengan kehilangan. Bila sedih, saya harus menangis untuk melampiaskannya. Bukan menahannya dan berakhir dengan sakit.
Anda mengenal ayah saya? Ya udah, itu relasi anda dan ayah saya. Tapi tidak ada hubungan dengan saya. Mau saya kasih tau satu hal, ga usah sok ikut campur deh, urus aja hidupmu sendiri. Pastiin ketika anda berkata "cengeng adalah bagian dari kegilaan", tolong pastiin satu hal, ketika suatu hari nanti, semesta mengambil milik anda yang paling berharga, jangan pernah menangisinya seperti orang tidak beriman! Jangan pernah menjadi CENGENG! Jangan pernah sedih sampai berlarut-larut. Tunjukkin untuk saya, bahwa anda memang sekuat itu!
Biar saya tau, bahwa penilaian yang anda tulis untuk saya, adalah pengalaman anda. Karna kalau sampai andapun MENJADI SECENGENG saya, gih ngaca dulu sebelum ngomong, apalagi untuk orang yang ngga ada kenal dan ngga pernah anda temui!
Asal anda tau, didalam hidup saya, saya menangis untuk 2 hal, ketika saya berbuat salah dan ketika saya gagal membanggakan papa dan mama. Selain dari itu, saya tidak akan menumpahkan airmata saya. Namun kehilangan papa saya, membuat saya hancur. Dan kehancuran itu yang sedang saya perjuangkan kembali.
Sekali lagi, saya bukan orang bodoh dan tolol yang hanya menangisi orang mati! Mungkin hubungan anda dengan orang tua anda tidak baik. Sehingga anda tidak bisa berempati untuk orang lain.
Semoga apa yang anda tulis untuk saya, bisa anda jalankan ketika cerita ini menimpa anda.
Semesta selalu punya kejutan, bukan ketika kamu siap, tapi saat kamu merasa segalanya sedang baik-baik saja!
Untuk anda, selamat! Anda hebat! Anda salah satu dari beberapa manusia bangsat yang cukup beruntung bisa menjebol kecuekkan saya untuk orang asing. Biasanya saya tidak peduli dan tidak suka untuk berinteraksi. Tapi kata-kata bangsat itu membuat saya "bangun", ternyata tulisan2 ini cukup untuk membuat orang berpikir saya manusia cengeng!
Okeh, penilaian itu hak anda. Saya tidak melarang.
Tapi, jangan singgah atau mampir disini. Kalo perlu ga usah dibaca-baca lagi. Saya menulis untuk saya. Saya bercerita pada saya. Lo gila? Iya, didalam dunia waras anda, saya disebut gila. Tapi dalam dunia kewarasan saya, saya mempertanyakan seberapa gilakah anda?
Bisakah anda membaca, tanpa perlu bersuara? Saya saja menulisnya dengan tidak berpikir.
Bolehkah anda sekedar mampir, tanpa perlu berkomentar? Saya saja tidak peduli dengan anda. Kenapa anda harus sibuk dengan kesedihan saya?
Kesedihan setiap orang berbeda ambangnya. Ada yang menangis lebih dulu, lalu menertawakannya kemudian. Ada yang menutupinya dengan keceriaannya, lalu hancur kemudian. Ada yang menangisnya pada setiap musim hidupnya.
Anda tau? Kesedihan itu mempunyai bahasa yang tidak bisa diutarakan, namanya tangisan. Suaranya adalah isakan, ceritanya adalah airmata. Sebutannya cengeng. Tapi bila anda mau melihat dengan sungguh, anda akan menemukan alasan kenapa airmata jatuh. Sebab, dalam cerita tentang hidup, semesta tidak selalu menciptakan pelangi. Ada tikungan yang mendatangkan badai dan kemarau. Ada jalan yang menyediakan petir dan hujan. Setiap pergolakan yang terjadi dalam hidup manusia, selalu terselip airmata didalamnya. Entah untuk bahagia yang mengintip atau nestapa yang melirik.
Bersyukurlah lebih banyak, saat hidup anda sedang baik-baik saja.
Benyada Remals "dyzcabz"
Bangsat sekali, karena pada akhirnya ini sangat mengganggu saya. Selamat untuk kamu, iya kamu, Kamu yang sudah berhasil mengalihkan "perhatian" saya. Berhasil mengganggu pikiran saya beberapa hari ini.
Begini. Pertama, terima kasih karna sudah menuliskan itu untuk saya. Saya biasanya tidak memperhatikan isi mailbox saya, hingga judul kamu cukup menggelitik saya "cengeng itu bagian dari gila". Kedua, ijinkan saya tertawa sebentar.
Saya tidak mengenal kamu. Saya juga tidak berharap untuk mengenal kamu. Okay? Saya tidak meminta kamu untuk terlalu repot dengan tulisan-tulisan bodoh ini. Ini blog saya, saya bebas mau ngapain aja. Mau nulis apa aja. Mau bercerita tentang apa saja.
Sampai disini anda paham ya? Rasanya "kamu" terlalu sopan untuk manusia dari antah berantah layaknya anda!
Tulisan-tulisan ini, tidak perlu anda komen. Tidak butuh juga anda lihat dan baca. Bukankah sudah saya bilang, ini dunia kewarasan saya. Saya berterima kasih bila anda mau membaca. Tapi tolong, tidak perlu mengomentari apapun. Apalagi ketika komentar anda bernada negatif dan menghina.
Saya bukan manusia tolol yang tidak paham bahwa cengeng itu hal memalukan dan bodoh. Tapi apa iya, anda melihat saya mewek didepan banyak orang? Saya menangis tersedu-sedu dan histeris didepan umum? Atau saya banting-banting diri didepan umum?
Woooooi,nyeeeet.... Saya ndak segoblok itu! Walaupun saya sesedih ini. Saya tidak tahu bahwa cengeng termasuk dalam kategori "gila" atau "tidak waras". Bisa tunjukkin dimana itu ditulis? Well, sepanjang dan sebanyak yang saya tau, gangguan kepribadian yang "mengarahkan" kearah cengeng atau mewek atau melow terus atau crybaby itu namanya dependent. Saya dependent? Tunggu bentar, saya ketawa dulu.
Anda boleh merasa mengenal saya melalui tulisan-tulisan ini dan menyimpulkan apappun yang anda inginkan. Namun saat anda, bertemu saya, anda akan tau bahwa tulisan ini hanya sebagian kecil dari cerita saya yang ditulis.
Ah,bangke!
Saya kasih tau ya, cengeng itu tindakan bodoh. Saya mengakui itu. Saya tidak menolak penilaian itu, karena sayapun merasa demikian. Setiap kali saya kangen dengan papa, saya akan menjadi cengeng. Tapi apakah saya selalu menangisi beliau setiap saat? Ya enggalah,goblok! Anda pikir hidup saya cuman isinya ongkang-ongkang kaki ga ada kerjaan? Ga ada tujuan? Jadinya tiap saat isinya nangisin orang yang udah ngga ada? Ngga setolol itu juga!
Saya tidak berterimakasih karena anda sudah repot dan membaca tulisan ini. Bahkan berkomentar tentang kecengengan saya. Saya justru sangat senang, bila anda tidak pernah membaca tulisan ini. Dan tidak perlu sesibuk itu berkomentar. Saya ngga butuh masukan dan nasehat anda yang panjang lebar tentang kesedihan saya.
Saya tau bagaimana mengatasinya. Saya tidak butuh dibantu. Saya tau bagaimana mengontrol kesedihan ini, saya tidak sakit. Saya hanya sedih. Saya sedang belajar berdamai dengan kehilangan. Bila sedih, saya harus menangis untuk melampiaskannya. Bukan menahannya dan berakhir dengan sakit.
Saya tau, saya sangat tau, diri saya. Jadi ngga perlu sok tau tentang keadaan saya. Saya tidak peduli anda kenal ayah saya atau tidak. Pernah bertemu di PETRA atau tidak. Saya tidak peduli. Toh, saya juga ga perduli anda bernafas atau tidak.
Anda mengenal ayah saya? Ya udah, itu relasi anda dan ayah saya. Tapi tidak ada hubungan dengan saya. Mau saya kasih tau satu hal, ga usah sok ikut campur deh, urus aja hidupmu sendiri. Pastiin ketika anda berkata "cengeng adalah bagian dari kegilaan", tolong pastiin satu hal, ketika suatu hari nanti, semesta mengambil milik anda yang paling berharga, jangan pernah menangisinya seperti orang tidak beriman! Jangan pernah menjadi CENGENG! Jangan pernah sedih sampai berlarut-larut. Tunjukkin untuk saya, bahwa anda memang sekuat itu!
Biar saya tau, bahwa penilaian yang anda tulis untuk saya, adalah pengalaman anda. Karna kalau sampai andapun MENJADI SECENGENG saya, gih ngaca dulu sebelum ngomong, apalagi untuk orang yang ngga ada kenal dan ngga pernah anda temui!
Asal anda tau, didalam hidup saya, saya menangis untuk 2 hal, ketika saya berbuat salah dan ketika saya gagal membanggakan papa dan mama. Selain dari itu, saya tidak akan menumpahkan airmata saya. Namun kehilangan papa saya, membuat saya hancur. Dan kehancuran itu yang sedang saya perjuangkan kembali.
Sekali lagi, saya bukan orang bodoh dan tolol yang hanya menangisi orang mati! Mungkin hubungan anda dengan orang tua anda tidak baik. Sehingga anda tidak bisa berempati untuk orang lain.
Semoga apa yang anda tulis untuk saya, bisa anda jalankan ketika cerita ini menimpa anda.
Semesta selalu punya kejutan, bukan ketika kamu siap, tapi saat kamu merasa segalanya sedang baik-baik saja!
Untuk anda, selamat! Anda hebat! Anda salah satu dari beberapa manusia bangsat yang cukup beruntung bisa menjebol kecuekkan saya untuk orang asing. Biasanya saya tidak peduli dan tidak suka untuk berinteraksi. Tapi kata-kata bangsat itu membuat saya "bangun", ternyata tulisan2 ini cukup untuk membuat orang berpikir saya manusia cengeng!
Okeh, penilaian itu hak anda. Saya tidak melarang.
Tapi, jangan singgah atau mampir disini. Kalo perlu ga usah dibaca-baca lagi. Saya menulis untuk saya. Saya bercerita pada saya. Lo gila? Iya, didalam dunia waras anda, saya disebut gila. Tapi dalam dunia kewarasan saya, saya mempertanyakan seberapa gilakah anda?
Bisakah anda membaca, tanpa perlu bersuara? Saya saja menulisnya dengan tidak berpikir.
Bolehkah anda sekedar mampir, tanpa perlu berkomentar? Saya saja tidak peduli dengan anda. Kenapa anda harus sibuk dengan kesedihan saya?
Kesedihan setiap orang berbeda ambangnya. Ada yang menangis lebih dulu, lalu menertawakannya kemudian. Ada yang menutupinya dengan keceriaannya, lalu hancur kemudian. Ada yang menangisnya pada setiap musim hidupnya.
Anda tau? Kesedihan itu mempunyai bahasa yang tidak bisa diutarakan, namanya tangisan. Suaranya adalah isakan, ceritanya adalah airmata. Sebutannya cengeng. Tapi bila anda mau melihat dengan sungguh, anda akan menemukan alasan kenapa airmata jatuh. Sebab, dalam cerita tentang hidup, semesta tidak selalu menciptakan pelangi. Ada tikungan yang mendatangkan badai dan kemarau. Ada jalan yang menyediakan petir dan hujan. Setiap pergolakan yang terjadi dalam hidup manusia, selalu terselip airmata didalamnya. Entah untuk bahagia yang mengintip atau nestapa yang melirik.
Bersyukurlah lebih banyak, saat hidup anda sedang baik-baik saja.
Benyada Remals "dyzcabz"
4 November 2018
Saya menemukan tulisan ini, lucunya saya lupa namanya.
Saya menemukan tulisan ini, lucunya saya lupa namanya.
Entahlah, siapapun namamu.
Terima kasih sudah menegur saya dengan cara yang tidak biasa.
Tidak menangis, bukan berarti tidak sedih.
Selalu tertawa juga tidak berarti selalu bahagia.
Menangis-pun, tidak selalu berarti sedih.
Setiap cerita memiliki dua sisi, bukan karena kamu baik-baik saja, lantas kamu memakai standarmu dalam menilai kehilangan seseorang.
Sampai kamu merasakannya, kamu akan memahaminya.
Komentar
Posting Komentar