I love tatoo.
I do.
Tapi, suatu hari, ketika saya bilang untuk papa, bahwa saya mau buat tatoo. Papa marah dan ngomel. Hahahahahahahhaaa...
Papa membebaskan saya untuk clubbing, hangout till drop, drunk till shock, but tatoo? Thats another "problems", nyed!
Hmmmm...
Dan ternyata, saya jauh lebih "menghormati" papa saya, ketimbang keinginan saya membuat tato. Hahahahahahahahahahaaa...
Suatu sore menjelang malam, diruang tamu, saya, eset, papa. Eset dan saya sedang tidur-tiduran di sofa. Papa datang dan duduk dengan kami.
Saya bilang ke eset "saya mau buat tato dilengan bawah tulisan india, bunyinya in Jesus I trust"
Eset bangun, duduk dan bilang ke papa.
Papa yang lagi duduk santai, tiba2 menegakkan sandaran kursi kesayangannya.
Papa "mau buat apa?"
Saya "tatoo, pa. Disini (*nunjukkin lengan bawah) tulisannya in Jesus i trust"
Papa "abis buat tato itu, keluar dari rumah saya. Jangan balik lagi."
Saya dan eset tertawa geli melihat papa ngomel.
Papa "papa bilang ya, jangan berani kamu tato badanmu ya, yedijah! Papa tidak suka liatnya. Badan bagus2 malah kamu kotori. Ingat firman Tuhan.... Blaaa.....blaaaa.blaaaaa...."
Saya terdiam. Karna dengan papa, segala hal selalu berakhir dengan ayat alkitab dan nasehat panjang bin lama.
Dan disinilah saya, disalah satu toko tato di kawasan jakarta selatan. Hahahabahahahahahhahahaha...
Ngga, bukan saya yang mau "nato", saya cuman mengantarkan rasta dan cipta buat nambahin koleksi tatonya.
Bukankah sudah saya bilang? Saya jauh lebih "takut" dan "menghormati" keputusan papa, ketimbang keinginan saya memiliki satu tatoo aja.
Tapi, respect saya tetap tinggal untuk semua orang yang berani membuat tato pada tubuhnya.
Lepas dari setiap nasehat papa, bagi saya pribadi, tato adalah seni. Cara seseorang menghargai memory yang terlukis pada tubuhnya. Saya percaya, setiap orang yang memutuskan untuk memiliki tatoo, pasti memiliki "cerita" sendiri dengan lukisan itu. Am i rite?
Jadi lo ngga bakalan punya tatoo? Bahkam setelah noke meninggal?
Ajaran dan nasehatnya selamanya hidup, sekalipun raganya tidak lagi terpeluk.
Larangannya-pun, akan selalu tinggal, sebagai alarm pengingat, bahwa selain membawa "nama saya" sendiri, kemanapun saya pergi, bagaimana cara saya bertindak, ada nama Yesus, ada nama Papa dan mama, dan ada nama2 Opa-Oma, juga keluarga besar yang harus saya jaga kehormatannya.
Jangan sampai, karena "kenakalan" saya, orang menjudge mereka yang terdahulu, karena didikannya luntur pada generasi saya.
Dear, oldman up there,
Your words always stay with me.
"Nakal boleh, papa ngga larang. Tapi jangan kurang didikan lalu jadinya kurang ajar." Noke
Benyada Remals "dyzcabz"
Kita mau ke mc-donald. Semua siap. Saya keluar dengan jeans robek. Jeans kesayangan saya. Ketika melihat saya, eset tertawa, lalu buru2 mengganti jeansnya.
Mama menatap papa, "semuanya anak-anak noke memang. Semuanya."
Papa tertawa.
Untuk bisa pake pakaian "nyeleneh" didepan papa, "otakmu harus berisi". Harus. Wajib.
Karena aturan papa, berlaku untuk semua "lini" kehidupan hahahahhahahahaaa...
Bahkan untuk baju yang kamu pakai, ga boleh sembarangan.
Komentar
Posting Komentar