Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari Februari, 2018

Cerpen random #5

Cinta sudah selesai. Malam itu, kamu datang. Aku menanti seperti biasa. Yang aku tau, kita punya janji hari itu. Sekalipun langit tak menerbitkan pelangi setelah hujan seharian, aku juga tak berprasangka tentangMU. Kita duduk berhadapan pada ruang kosong itu. Menatap malam yang kian pekat serta dingin yang kian merambat. Sunyi. Entah kenapa aku bergidik, "ada yang salah?" Ah, sinting, atau insting? Cuman beda penempatan,kan?. Bagaimana bisa pada moment penting ini aku malah merasa "kita selesai"  Kamu duduk dihadapanku. Tanpa senyum. Tanpa gerakan. Kamu memainkan telepon genggammu. Tanpa memulai sebuah obrolan. Aku masih berpikir, kamu terlalu sibuk. Dan aku terlalu manja. Aku rindu melihatmu, apa itu salah? Beberapa kali, pelayan menawarkan minum. Kamu tidak menjawab. Kamu melemparkan pandang kesekeliling. Apa yang hilang? Apa yang kamu cari? Hatimu tidak lagi pada tempatnya? Atau? Rasamu telah menguap? Atau cinta itu sudah ganti nama? Lalu aku? Aku bergeming...

Cerpen random #4

"Dia pergi karna lo" Karna gue? Kenapa? Apa hubungannya dengan gue? "Lo membuat batas yang sulit dilewati. Friendzone. Batas paling bangsat antara cewe dan cowo." Karna memang kita ada disitukan. Kita memulai semua dengan kata sahabatkan? Lalu apa iya, kita harus kehilangan teman hanya karna suatu hari nanti, dia bisa jadi orang yang paling mungkin menyakiti kita? "Dia cinta lo,nyet" Deg. Cinta? Gue? Dia? Khayalan sampah. Setelah selama ini dia flirting denngan semua cewe didepan gue. Lalu hari ini, melalui mulut orang lain, dia membuat pernyataan goblok? Ah, hari ini tidak boleh seabsurd inikan? Teman selamanya teman. "Dia pergi, karna lo ga pernah meminta dia untuk tinggal,nyet." Gue? Meminta dia untuk tinggal? Apa hak gue? Dimana gue berdiri? Sebagai apa? Teman baiknya? Teman maboknya? Teman nongkrongnya? Atau siapa? Perempuan yang kepedean bahwa dia the only girl in his heart? Seriuosly? Gue? "Dia ga berani bilang. Karna lo pasti...

Random #3

Saya hanya bisa terdiam mendengar penjelasan dokternya. Otak saya bahkan tidak bisa mencerna dengan benar. Buntu. Ketika beliau keluar dan saya mengekor dibelakangnya. Saya bahkan tidak siap untuk menebak, prognosisnya. Dilorong itu, beliau bergumam kecil lalu bilang "malam,yed" Saya mengangguk. Saya tau. Lama sebelum ini terjadi. Saya mengerti, bagaimana akhirnya. Hanya saja, bukan kuasa saya untuk menentukan sampai kapan. Rasta berdiri dibelakang saya "jelek ya,nyed?" Pernah ga lo ngerasa tau segala hal, tapi mulut lo kaku untuk memberi tahu. Karna setiap kata yang keluar akan menghancurkan mereka lebih dalam lagi. Pernah ga lo ngerasa pengetahuan lo pun buntu dihadapan orang yang lo sayang. Lo hanya bisa melihat dan diam seperti patung. Pernah ga lo ngerasa sebodoh ini, hanya bisa melihat tanpa bisa berbuat lebih. Hanya bisa menggumam tanpa tahu bagaimana berucap. Ah,ibu... Mungkin bila bukan kamu yang terbaring disitu. Saya akan lebih leluasa bernapas. Saya le...

Cerpen random #2

Saya jatuh hati. Saya melihatmu pertama kali, saat baksos yang sebenarnya tidak saya minati. Entahlah, saya memang tidak sedang ingin "berbaksos ria", sore itu. Saya menyapamu pertama kali, dengan nada merengut, malas dan kaku. Saya bahkan tidak melihat "bagaimana" kamu. Saya terlalu fokus pada spuit 1 cc dan ampul epinefrin. Kamu terlewati begitu saja. Kita terlibat pembicaraan pertama kali, ketika salah seorang warga bilang ada yang "sesak dirumah", mereka meminta salah satu dari dokter untuk datang memeriksa. Kamu memanggil saya. Dan 5 menit pertama kita, dihabiskan dengan debat, "bagaimana" cara menolongnya. Kamu menyerah, lalu mengikuti ide saya. Saya menggenggam tanganmu pertama kali, saat melewati medan "off road" yang memaksa kita harus turun dan jalan kaki. Menuju rumah si bapak. Dan bodohnya saya, saya masih kekeuh dengan sepatu kesayangan saya. Yang akhirnya, saya buang, demi tidak terpeleset. Dan entah bagaimana 2 mggu ...

Cerpen random (*If I ask you to stay?)

3 minggu sudah, kita tidak saling berbicara. Kamu menjauh. Kamu tidak bertanya apapun tentang aku. Entah ada apa. Ada masalah apa, atau aku yang terlalu sibuk dengan kuliahku. Dan rumah sakit. Lalu pasien. Juga presentasi case. Hari ini, hari ke 23... Kamu tidak menanyai kabarku. Sudah ada yang lainkah, sehingga kamu tidak lagi secerewet biasa? Akupun terlalu pongah untuk menanyakan apa kabarmu. Atau sekedar merajuk. Lita bilang cowo butuh tau dia dikangenin. Cowo butuh dikasih tau, kalo dia ditungguin. Kabarnya. Pelukkannya. Manjanya. Bawelnya. Aku hanya tidak tau, bagaimana caranya memintamu kembali lagi disini. Aku pikir, ketika kita saling mencintai, seharusnya kamu merindukanku, sama seperti aku saat ini. Saat aku harus berlari menikmati gerimis yang jatuh. Seharusnya kamu disini. Iyakan? Menanyakanku, mie ayam? Atau bubur ayam pojok kampus. Setelah itu, kamu akan berkeras aku tidak boleh terkena hujan. Kamu akan berjalan untuk membeli makanan. Katamu, aku harusnya manja. Kat...

Ada cinta, dalam diam.

Ada cinta, dalam diam. Ada orang yang menyimpan cinta hanya untuk dirinya sendiri. Dia terlalu takut menyuarakannya dengan lantang. Sehingga diam dan sepi adalah teman abadinya. Ada orang yang tidak pandai menghancurkan cinta orang lain. Sehingga saat dia sadar, dia mencintai orang yang salah. Dia mendiamkan rasanya untuk memenangkan kebahagiaan cintanya. Kadang, cinta cukup untuk dicintai tapi tidak harus dimiliki. Ada orang yang menutup rapat hatinya, karna cintanya sudah mati pada orang yang sama bertahun-tahun lalu. Dia tidak bergerak untuk mengubah hatinya. Bukan tidak mau, hatinya sulit ahh...bukan, cintanya sudah lama ditinggalkan pada seseorang diujung sana. Seseorang yang dilemparkan pada sisi terjauh didalam hatinya. Yang terkubur rapi, bersama kenangannya. Hatinya sudah mati untuk merasa. Ada orang yang mampu hidup hanya untuk mencintai dalam diam. Nyalinya pupus, mentalnya luluh, dia hanya menikmati dirinya untuk dunianya. Dunia dimana tidak ada yang lain selain, dia d...