Bila MAAFmu, mampu mengembalikan dia dari kematian. Maka teriakkanlah maaf sekencang yang bisa kau buat. Mungkin Tuhan akan menimbang keputusannya.
Bila MAAFmu, dapat menawar hati yang terluka. Maka pantaskanlah dirimu mendapat kesempatan berikutnya.
Bila MAAFmu, menghentikan amarah yang meluap. Maka jadikanlah prestasi dimana kamu bisa berpijak dengan nyaman.
Bila MAAFmu, bisa menyembuhkan luka yang ada. Serta menutup luka yang kembali menga-nga. Maka bisikanlah dengan penuh makna.
Bila MAAFmu, mampu meredam emosi yang meluap dan mencairkan hati yang beku. Maka jadi seperti lilin, sekalipun dia akan padam setidaknya dia berguna.
Bila MAAFmu, dapat meruntuhkan ego yang tersulut serta mendinginkan murka si sabar. Maka jadilah seperti air yang mengalir untuk mengisi setiap sudut yang kosong. Bukan air yang menghanyutkan, namun air yang meneduhkan.
Ada banyak orang datang dengan MAAF yang terlantun dari bibirnya. Memasang ekspresi kecewa. Namun didalam hati siapa yang mampu menebaknya?
Dunia ini sebuah panggung sandiwara, setiap kita memainkan peran sesuai dengan situasi yang sedang kita hadapi. Sesulit ataupun semudah itulah hidup, kita nikmati. Bahkan dalam tindakan syukur yang terlantun, bisa saja kita melukai hati orang lain. Setiap tindakan yang kita lakukan, tidak selamanya bernilai baik dimata orang.
Saya menyadari betul, apa arti dari sebuah MAAF. Bahwa, MAAF yang terucap bisa saja "asal keluar" tanpa sebuah niat baik. Intinya, biar cepet aja selesai. Bahwa MAAF yang terlantun hanya untuk menyamankan keadaan. Sebuah kemunafikan agar terlihat kondusif.
Bahwa MAAF yang dilafalkan tidak sepenuhnya dijalankan, dengan tidak mengulanginya lagi.
Bahwa MAAF yang dibilang hari ini, akan terjadi lagi, dilain waktu dengan kesalahan yang sama.
Bahwa MAAF yang disebutkan dengan jelas hari ini, bisa jadi diulang lagi nanti, mungkin dengan cara yang sama namun kesalahan yang berbeda.
Siapapun anda, dimanapun anda, bagaimanapun anda...
Saat kita mengucapkan kata MAAF, tolong bukan hanya sebuah gerakan otot2 lidah dan mulut sebagai bagian dari perintah otak. Tapi, dengan logika dan kesadaran penuh serta nurani yang benar, tolong JANGAN ULANGI KATA MAAF YANG SAMA, dengan kesalahan yang sama. Dengan cerita yang sama. Dengan mimik yang sama. Bahkan, jangan jatuh pada hal yang sama.
Manusia tidak luput dari salah. Tapi manusia cukup berotak untuk tidak mengulangi kesalahan yang sama.
Kata MAAF yang sebenarnya, bukan hanya sekedar ucapan. Tapi pembuktian dari sebuah ketulusan serta memperbaiki kesalahan yang terjadi.
Bukan untuk menjadi sempurna, tapi menjadi lebih hebat. Karna kehebatan lahir dari ketidaksempurnaan yang disempurnakan secara terus-menerus. Belajar dari kesalahan, untuk tidak melakukan kesalahan. Belajar meminta maaf, untuk menerima sebuah kata maaf.
Saya tidak sehebat ini, atau sebijak itu.
Hari ini, 12 desember.
Saya belajar dengan sangat baik, bahwa MAAF yang tidak benar-benar dimaknai, rasanya akan tawar, saat anda datang kedua kalinya, berbicara dalam situasi yang sama, dan melakukan kekhilafan yang sama.
Dejavu? Yep. Namun, tidak semudah dulu memberi MAAF. Waktu berlalu, hidup berjalan, cerita berlanjut, namun luka yang pernah ada menjadi catatan penting. Bahwa, tidaka akan lagi terjadi hal ini. Kebodohan dimasa itu, adalah memaafkan. Lalu, kepintaran hari ini adalah melupakan.
Benyada Remals "dyzcabz"
Saya lebih suka kata "melupakan" daripada "memaafkan", karna terkadang "memaafkan" hanyalah kata yang saya pakai untuk melindungi diri saya dari rasa sakit, walaupun hati saya belum bisa menerima maaf itu. Namun saat saya memilih "melupakan", saya memastikan satu hal disuatu saat nanti kesalahan itu mampu saya tertawakan.
Jadi, tolong tuluslah dalam mengucapkan MAAF.
Komentar
Posting Komentar