Langsung ke konten utama

Postingan

Ihalauw's home (our dreams)

ini tentang rumah kami, Lama sekali, saya ingin berbagi cerita tentang ini. Tentang rumah kami, pergumulan kami tepat sebelum sinsi emeritus.  then, here's the story.... 1,5 tahun sebelum mama pensiun, kami berempat sudah berembuk dengan mulai berhitung tentang banyak hal, menimbang banyak hal juga, tentang di mana mama mau menghabiskan masa tuanya. Obrolan ini menghiasi 1,5 tahun terakhir di masa itu. Apalagi kala itu, masa2 pandemi, dimana ekonomi sulit dan kami tidak bisa memaksa gereja untuk mampu menyediakan semua hal. Sekalipun, itu adalah aturan yang wajib dipenuhi. Yesus punya cara'kan pa? amin.  Jadi, dimana rumah lo nyed? denger dulu cerita panjang ini, pada suatu sore yang cerah di kala itu, Saya, Mama dan Tante Tossye pergi ke perumahan pendeta yang di tawari oleh SINODE, di Pasir Mukti. Perumahan itu bagus. Pemandangannya juga bagus. Hanya saja, terlalu jauh. Untuk keluar ke jalan besarnya, jarak dari dalam perumahan itu 10-11 km. Jauh dari segala peradaban, jauh ...

i got this 🤩

My first WAR ticket. Coldplay.  Mau nonton Coldplay itu maju mundur. Karna, tanggal konsernya bertepatan dengan hal2 penting. Dan, isu2 tentang demo dan penolakkannya.  But, ' Come on nyed, sekali seumur hidup. Ini coldplay!!!!'  Akhirnya tadi pagi, datang ke RS, trus iseng2 aja dong, ikut 'war', ngga berharap apapun. Saya cuman pengen ngerasain rasanya war, kayak gimana sih. Dapet syukur, ngga ya udah aja. Sebagai manusia yang selalu terima beres, rasanya saya salut loh sama orang2 yang selalu excited 'war'. #salutsayauntukkalian Well, setidaknya saya udah pernah mencoba. Selalu ada yang 'pertama kali' dalam segala hal. Saya bukan orang yang suka nonton konser, karna berada keramaian bukan hobby saya. Berada dikeramaian membuat saya 'drained out', tetapi Coldplay, adalah pengecualian 😂🤣😂🤣😂🤣 I fell in love, from 'The Clocks' till... today.  Oh ya, dan itu, i love that cowo beriman itu #guyberryman #ifuknowwhatimean 🤣😂🤣😂😂🤣😂🤣...

i need you

. ...karna kamu satu-satunya yang mengerti dari yang paling mengerti..... Hey, kamu. Lagi apa? Lama betul rasanya, mengusahakan diri untuk mengabaikanmu .  Bahkan, aku tidak tau harus menulis apa.  Mau denger cerita ku ngga?  Atau, boleh ngga ganggu sebentar? Terlalu sibuk ya, untuk sekedar mendengar?  Semua tidak baik2 saja. Aku. Tidak sedang baik2 saja.  Aku, dan aku tidak tau, bagaimana caranya untuk tidak menjadi cengeng disaat2 seperti ini. Biasanya kamu ada. Dan bagiku itu cukup.  Mungkin, aku perlu belajar banyak tentang rasa cukup, tentang rasa sabar, tentang kuat?  Aku meracau lagi ya? Padahal, didepan semua orang yang lalu lalang, aku si yang paling baik-baik saja ini, selalu terlihat baik-baik saja.  Konyol kan?  Karna pada akhirnya, kamu adalah pengalihan terbaik dalam diam. Thats absurd, i know.  Nope, i dont miss you. I need you. Mungkin kamu beneran udah naik level ya?  Kali ini, aku tidak akan meminta maaf atas kela...

my late valsday

I miss you. I do.  Miss you. Hei, i did it. Tidak lagi melihatmu. I did it. I did it, so well. Sudahku bilang bahwa aku bisa sendiri. Bisa menghandle semua emosiku sendiri. Bisa untuk tidak mencari pengalihan pada siapapun. Kecuali, saat aku kangen papa.  Rasanya cukup bijak, untuk membiarkan aku menangisi papa. Karena kangen. Karena, aku tidak bisa memeluk beliau lagi.  Aku tidak lagi melihatmu. Berhenti disini. Sudah kulakukan dengan cukup baik. Tidak lagi. But, sometimes... I just wonder, how about you. Hows your life?  Tapi tidak lebih dari itu. Keterbiasaan yang berganti menjadi tidak biasa.  Mungkin karena kesibukan belakangan ini yang membuatku, lupa tentang kamu. Aku terlalu capek, untuk mikirin pasien ini, dan itu, belum lagi verif dan CP. Terdengar sibuk ya? Yup, untuk si pemalas ini.  Manusia yang lebih nyaman berdiam diri. Lebih senang untuk mengerjakan tugasnya sendiri tanpa bersentuhan dengan orang lain. Harusnya saya di bagian radiologi ya? J...

My comfort zone

My second home. My comfort pillow.  ... ..saat dirimu jauh, isi hatimu, telah menjadi miliknya..... Beberapa malam lalu, setelah melewati hecticnya september dan awal oktober, yang mengekang saya untuk "diam di sini", dan mengabaikan semua ajakan. Beneran diam dan ngerjain tugas, bangsteb banget kan?  Akhirnya, saya menghabiskan malam saya dengan donut, nita, dan mbul. Dengan jajanan menggunung, kami berempat vc sampe subuh. Ngga ada kerjaan ya? Banget.  Hahahahahahahhaaa.... But, that's my comfort zone.  I miss Jakarta. My favorite people. And segala hiruk pikuknya jekardah.  Dan lalu, Pembicaraan yang saya hindari ini AKHIRNYA harus saya hadapi. Donut dan kenalannya, yang akhirnya saling menjauh.  Entah kenapa, tapi belakangan ini, pembicaraan tentang relationshit, membuat saya cukup jenuh. Skeptis. Males. Enggan. Dan sebagainya. Yup, saya menghindari pembicaraan tentang hati, dan segala tetek bengeknya. Its useless.  I know, am i being annoyed? Yup...

The Dancer

Goodbye "The Dancer" Saya sampe di hotel, jam 15.17 . Setelah itu, registrasi dan dapat kamar. Awalnya, semua biasa aja. Kamar yang luas, dengan balkon menghadap ke barat, keliatan banget Tangerang lagi padat2nya jam segini. Dikamar ini, tepat diatas tempat tidur ada lukisan yang bergambar 3 orang penari, serta 1 wajah abstrak. Selesai acara hari I, saya langsung balik kamar. Jam 00.12. saya matikan semua lampu, hanya lampu sudut di balkon yang saya biarin nyala. Saya ngga bisa tidur dgn lampu terang, harus gelap. Jam 03.30 , saya terbangun, terdengar suara gamelan yang mengalun pelan, diikuti langkah kaki. Saya setengah terbangun, terduduk, ngeliat ke arah balkon, ada orang dengan gerakan menari yang menuju ke arah saya. Saya dengan pelan bergumam " permisi ya, saya ngantuk banget" . Si penari itu menatap saya sambil tersenyum, melanjutkan tariannya. Saya lanjut berbaring, dan ketika saya menoleh ke kanan, si penari itu tersenyum kembali ke arah saya. Saya hany...

May, i skip may?

"Having no problems is the biggest problem of all" Kalimat sederhana ini, berputar di kepala saya sejak tadi. 'Having no problems', untuk orang yang selalu berusaha bisa 'ngerjain' tugas2nya sendiri, kalimat diatas terdengar seperti sindiran. Serius.  Bisa ngerjain semua sendiri, bukan berarti lo sehebat itu, nyed. Nope, there's problem in that way. Saya bukan orang yang bisa 'gampang nyuruh2' orang ngelakuin sesuatu. Atau meminta bantuan, adalah hal terakhir yang akan saya lakukan, saat semua upaya saya gagal. Walaupun selama ini, ya baik2 aja. Bukan tidak butuh dibantu sih, mungkin lebih ke jangan ngerepotin orang. Kerjain kerjaan lo dengan bener, biar ngga nyusahin orang.  Karna itu, saya pikir, saya tidak bisa menjadi 'kepala', atau memimpin apapun. Kenapa? Karna, saya tidak mahir dalam mengarahkan atau memberi tugas. Ya akhirnya, gw kerjain sendiri aja. Biar selesai, puas, dan 'sesuai dengan yang saya mau'. Egois ya? Sok hebat...