Langsung ke konten utama

Ihalauw's home (our dreams)

ini tentang rumah kami,

Lama sekali, saya ingin berbagi cerita tentang ini. Tentang rumah kami, pergumulan kami tepat sebelum sinsi emeritus. 

then, here's the story....

1,5 tahun sebelum mama pensiun, kami berempat sudah berembuk dengan mulai berhitung tentang banyak hal, menimbang banyak hal juga, tentang di mana mama mau menghabiskan masa tuanya. Obrolan ini menghiasi 1,5 tahun terakhir di masa itu. Apalagi kala itu, masa2 pandemi, dimana ekonomi sulit dan kami tidak bisa memaksa gereja untuk mampu menyediakan semua hal. Sekalipun, itu adalah aturan yang wajib dipenuhi.

Yesus punya cara'kan pa? amin. 

Jadi, dimana rumah lo nyed?

denger dulu cerita panjang ini, pada suatu sore yang cerah di kala itu, Saya, Mama dan Tante Tossye pergi ke perumahan pendeta yang di tawari oleh SINODE, di Pasir Mukti. Perumahan itu bagus. Pemandangannya juga bagus. Hanya saja, terlalu jauh. Untuk keluar ke jalan besarnya, jarak dari dalam perumahan itu 10-11 km. Jauh dari segala peradaban, jauh dari RS, jauh dari public area. Sekian dan terima kasih.

dalam perjalan pulang, saya bilang buat mama ...ma, saya ngga suka kita disini. Mama, ngga boleh tinggal disini. Terlalu jauh darimana2. Mama, harus tinggal dekat dengan rumah sakit, dekat dengan area pertokoan, pasar, dan setidaknya ada tetangga2 yang mama kenal baik. Rumahnya bagus, tapi buat saya, kita tidak bisa disitu. saya tidak mau.... Mama mengiyakan. 

Dari dulu papa ada, dan kita mendiskusikan rumah masa tua mereka, syarat saya cuman itu,  dekat dengan RS, Pusat Belanja entah itu pasar, atau supermarket apapun itu, dan dekat dengan peradaban manusia. Ngerti ya, maksudnya? Plis lah, mereka semakin tua, kalo tinggal didaerah yang masih sepi dengan public area yang tidak jelas, jauh dari area pertolongan pertama akan jauh lebih susah. So here's the deal with my noke. Hanya saja, ayah saya itu, mau banget pulang ke AMBON. Beliau memimpikan punya rumah di piggir pantai dan beliau akan tinggal dirumah itu menikmati senja dengan istrinya. 

Saat papa menceritakan itu, tau apa yang saya katakan? 
"Mau ngapain sih ke ambon sana? Anak2nya di jawa loh, ngapain pulang ke Ambon? Aneh2 aja sih pa. Kalo ada apa2 gimana? Kita jauh dari papa dan mama. Udah lah, di jawa aja. Repot amat mau ke Ambon" (*
mon maap, saya darah ambon yang tidak ambon2 banget, lahir dan besar di jawa, sehingga ketika mendengar hal ini, membuat saya agak esmosi)

Noke hanya bergeming menatap saya. Ya,bila berdebat dengan saya, ayah saya akan mengalah. Karna, pendapat anak perempuannya yang serba keras kepala ini adalah sebuah kemutlakkan. 

Lalu, bulan berjalan hingga saya harus pindah ke SOLO. Nope, kamu tidak salah baca. Saya akan menetap di SOLO, untuk berapa lama? Selamanya, mungkin bisa mutasi bila suami saya bukan orang SOLO. Perlu di-amin-in ngga? hahhahahahahahhaaaaa.... 

Trus, mama dan PHMJnya menemukan sebuah rumah mungil, di Sentul. Harganya 350 juta. Tanpa banyak bicara, dan juga saat itu sudah terlalu mepet dengan waktu emeritus, hngga mama mengambil rumah itu. Saat itu, rencananya akan kami renovasi. Katanya bisa direnovasi sesuai dengan model yang kami mau. we deal. 

Papa, kita udah dapat rumah. Selesai? Ngga. 

2 bulan setelah mama beli rumah itu, saya liburan ke Jakarta dan meminta mama untuk liat rumah itu. Saya, Mama dan Babs naik ke Sentul. Pertama, saya jatuh hati pada Sentul, kenapa? Udaranya sejuk, dan kalo malam dia dingin banget. Kedua, saya suka kompleksnya. Perumahan ini, dekat dengan Rumah Sakit EMC Sentul, Mall Aeon Sentull, GPIB Bukit Sentul dan tetangga2nya adalah para pendeta emeritus. Setidaknya rumah ini, adalah apa yang saya doakan pada Yesus. 

Hanya saja, sesampainya saya di rumah itu, saya cukup terhenyak. Rumah itu kecil. dengan semua barang2 yang kita punya, rumah ini tidak akan cukup menampung semuanya. Saya menatap mama, dan lalu, dengan berat hati saya bilang "Ma, mama yakin kita disini? Ma, barangnya kita banyak ma." Mama hanya terdiam menatap saya. Saya tau, kalimat saya sangat meresahkan mama. 

Kala itu, gereja memutuskan mama mendapat 35o jt untuk uang rumah. Sementara, uang rumah kami yang pertama itu 70%nya, uang pribadi kami, ditambah dengan donatur2 yang menyumbang. 

mungkin, bagi beberapa orang, Saya terdengar sombong. Saya terkesan ngga bersyukur banget. Tidak tau berterima kasih. Hey, dude... Let me, tell you, ibu saya bekerja dengan sangat baik, sudah sepantasnya dia mendapatkan hal yang layak. Iya dong? Apalagi, jatah yang kamu kasih ke beliau, masih ada banyak dan belum terpakai semuanya. Dan perlu kamu tau, kami tidak hanya memakai uang gereja kalian. Hufh.... emang susah kalo bicara tentang manusia kere yang ngga punya penghasilan tapi berasa yang memiliki segalanya. 

bangsat!

Tau ngga. Pulang liburan itu, saya mengadu ke Yesus. Pada suatu malam, saya mengadu ke Yesus, tau apa yang saya bilang ....saya ngga punya papa lagi, saya ngga tau, saya harus nangis ke siapa kalo bukan Yesus. Kaka ngga mau rumah itu! Kaka ngga mau tinggal disitu. Tolong Yesus, supaya jangan disitu. Kaka ngga mau! Kaka ngga suka... 

Persis seperti saya merengek ke Noke, saat keinginan saya tidak tercapai. Bermalam-malam setelahnya pun, DOA saya masih berupa rengekkan serupa. 

Hingga suatu siang, mama mengirimkan sebuah foto. "kak, mama tukar tambah rumah itu dengan rumah di sudut. Bagus kak. Kita bangun ulang, kak. Udah ada yang mau bantu kita, kak. Puji Tuhan, rumah kita bisa dibangun tingkat dengan 5 kamar, kak. coba kaka liat gimana?"

Saya tersenyum menatap langit. "I know, its you, YESUS"

dan setelahnya adalah perjuangan panjang kami dalam membangun rumah. Mulai dari kotak emeritus, donatur2 yang sangat berbaik hati, jual mobil, jual motor, tabungan2 kita semuanya di tujukan untuk membangun. 

Loh, kan masih ada sisa dana rumah dari gereja kan? Bukannya 350 juta itu, belum digunakan semuanya?

boleh ketawa dulu ngga? Boleh maki2 ngga? memang belum digunakan semuanya kok. Masih ada sisa uang disana. dan, mereka pura2 tidak tau. Dan tidak mau tau tentang rumah emeritus mama. Mereka menutupi hal itu seolah2 itu bukan bagian dari tanggung jawab. Bangsat ngga sih? Bangke ya? 

sampai detik ini, murka saya belum selesai dengan mereka. dan saya masih berdoa agar Yesus membalaskan apa yang seharusnya mereka terima. Sampai kapanpun, hati saya tawar setiap kali saya mendengar tentang mereka. Saya tidak akan mendoakan hal2 jahat, Yesus tau apa yang harus dia lakukan untuk mereka. 

Mau tau cerita yang lebih konyol? Ada seorang majelis jemaat disana, cerita ke salah seorang pdt mantan KMJ SION, bahwa ada panitia utk rumah pensiun, panitia itu menerima 130 jt, karna istrinya yang jadi panitia pembangunan. Kalo saja, mama ngga menahan saya, saya pastiin kejadian di Kasih Karunia Medan pasti berulang disana. Panitia apa? Dimana? Kapan? Istri anda jadi panitia? Lo abis nge-gele apa gimana sih? Hm? Apa lupa gimana uang 100 juta pertandingan gaplek yang ga pernah keliatan wujudnya? Makin lama kok ya jadi pengeret di dalam gereja. 

Kami, membangun rumah itu, hanya karena Belas Kasihan Yesus dan Kemurahan Yesus. Yesus memberkati mama dengan pelayanannya, hingga satu persatu donatur menyumbang untuk kami. Kami harus merelakan mobil, motor dan uang tabungan harus dipakai. Kami membangunnya hanya kami dan Yesus. 

Lalu, bisa2nya Ketua 2 SINODE itu, memanggil mama ke SINODE karna masalah ini. Mama, "disidang", karena masalah pembangunan ini. Padahal, hak yang mama harus terima bagian dari 350 jt itu sampai detik ini, tidak pernah diserahkan. Bahkan, saat mama dan PHMJ menjelaskan pada pendeta baru itu, dia diam saja. ckckckckckckckckkc...

Yang membuat saya sakit hati, bukan karena uang itu tidak diberikan. Tapi karena gosip yang tersebar, bahwa untuk membangun rumah pensiun sudah terkumpul dana dari panitia. Padahal, dari awal, tidak ada yang mau tau tentang rumah kami, kecuali PHMJ. Tidak ada. Karna mereka melihat uang di kas sudah ratusan, mereka berusaha membuat mama terlihat jelek dan mata duitan. 

Mereka lupa, saat mama masuk disana, uang kasnya minus. Ngutang. Ngga ada uang. Papa, gimana bisa sih, jadi pendeta itu seberat ini? Dan kalian tetap melayani dengan benar?

okeh, kita skip cerita bangsat tentang mereka. Yesus akan membalas semua tepat pada waktunya. Ada amin?

Saat mama emeritus, rumah kami belum selesai. Sedih ya?

Mama emeritus 29 Mei 2022, dan sehari setelahnya, kami meninggalkan pastori. Kenapa? Kami cukup tau diri, masa layan Ibu saya sudah selesai. Saatnya, kami keluar dari rumah dinas. Sedih juga sih, ninggalin rumah yang hampir 4 tahun kami tempatin. Ada suka dan duka disana, ada marah dan kecewa disana, namun tidak ada yang bisa menandingi Syukur yang naik, karna Yesus meluputkan kami berempat dari Bencana COvid 19 di kala itu. Yesus membungkus kami dalam rumah, tanpa kekurangan suatu apapun, tidak ada satupun dari kami yang terkena. 

Yesus menjaga kami, pa...


Kami pulang menuju Sentul. Karena rumah kami belum jadi. Akhirnya, kami sewa rumah dulu. Sampe rumah jadi. Rumah kontrakannya ngga jauh kok. Deket banget. Tau ngga? Rumah kontrakan itu adalah rumah yang pertama mama beli, trus ditukar tambah oleh salah satu anggota jemaat mama. Lucu kan?

Tau ngga, barang2 kitakan banyak banget ya? Banget. Sehingga kami beneran tidurnya tumpuk2an. Mama, Tante Ida, Amor, Eset, kamarnya cuman 2. Terasnya kecil, kalo masuk rumahnya, ruang tamu langsung liat dapur. Thats it. Ohya, airnya masih sumur, jadi kadang kotor. 

Seandainya Noke, ayah saya masih ada, pembangunan rumah kami mungkin ngga akan selama ini. Papa akan selalu mengawasi dengan benar. Papa akan menggambarnya dengan baik. Papa saya, punya jiwa arsitek yang gila banget. Selalu out of the box.

Sayangnya, kontraktor yang awalnya niatnya membantu, malah buat tekor. Entahlah, cerita tentang dia ini juga bikin emosi jiwa. Gimana ngga? Tukang2nya dia itu males banget. Kerja mulai jam 10an, selesai jam 4, udah tau sentul itukan hujan terus. Makin hujan, makin lama. Dan sepertinya mereka bgitu nyaman, yaiyalah karna tiap minggukan dibayar terus. Terus dan terus.

Hingga pada suatu hari, dibulan agustus, saat itu saya liburan ke mama. Uang kami menipis. Benar-benar habis. Tau ngga, itu adalah hari dimana saya, benar-benar hilang akal dan saya melihat Yesus memeluk kami berempat dengan caranya. 

Siang itu, kami berempat duduk cerita2 di teras rumah. Mama cerita tentang tabungan yang terkuras dan habis. Saya juga, habis. Saya ngga punya apa2. Tiba2 nih, eset memetik gitar dan memainkan lagu Tuhan Selalu Menolongku, dan lalu, kami menyanyikan lagu itu berkali-kali. Saat saya melantunkanya, dalam hati saya, saya bergumam.... "Yesus, tolong kami, kami ngga punya siapa2.." 

Percaya atau tidak, 30 menit kemudian, Tante Selvi dan Tante Rachel menelpon mama, mereka bilang, ada yang mau kasih pinjaman untuk kita. Nanti, kita patungan rame2 untuk mereka. Sambil menunggu BPJS Ketenaga kerjaan mama cair. Juga, pesangon mama cair. Juga, beberapa donatur yng kala itu bilang akan membantu kami.

Setelah itu, setiap bulan saya rutin mengirimkan cicilan ke mereka. Hingga bulan juni ini, Tante Rachel bilang cicilan sudah lunas. Hei, papa, tau ngga, ketika saya mulai cicilan itu, saya merasa saya sama seperti orang lain, pa. Saya merasa, saya punya tanggng jawab, setelah selama ini, semua hal selalu beres dengan papa. Saya tidak pernah merasakan berat apapun, karena saya tau, papa ada. Namun, kepergiaan papa, membuat saya menjadi DEWASA. 

Akhir, november, saya pulang untuk liburan lagi, pa. Anaknya noke ini, setiap kali ada libur, pasti kaburnya ya ke Jakarta ya hahhahahahahahhahha... Pasti ada yang bilang, katanya ga ada uang, tapi bisa pulang terus? Ya kan ada gaji dan lumayan juga buat jalan2. Belum ada yang bisa menahan saya untuk tidak merindukan rumah saya. Paham?

Ketika november saya pulang. Saya bertindak, untuk menyuruh mama pindah ke rumah kita. Rumah tempat kita tinggal. Jadi, saya, mama, babs, setelah gereja pagi, trus kita istirahat dulu. Sore menjelang malamya kita pindahan. 

Oh ya, malam sebelumnya, mama mengajak kita berdua berdoa dirumah itu. Mama berdoa dengan air dan menyiram setiap sudut rumah kita dengan air itu. Mama selalu mendahului segalanya bersama Yesus. 

Tau ngga, pertama kali, saya masuk ke rumah baru itu, saya terharu. Rumah ini bagus banget. Ini rumah yang saya mau. Rumah yang selalu kami diskusikan bersama. Anginnya sejuk banget, karena rumah ini terbuka pa. Seperti rumah opa di Sorong. 

Paaaaaa, ada terasnya papaaaa loh, ada ruang tamu, ada 4 kamar, 1 gudang, ada teras belakang tempat taman kecilnya mama, diatas ada kamar saya dan babs. Papa, dikamar saya ada balkonnya. Jadi saya bisa duduk2 menikmati bintang, pa. Paa, rumah kita nyaman banget, angin dari mana2. Seperti rumah Opa di Sorong, pa. 

 Ada pohon mangga pa. Disamping sudah disemen dan bisa banget buat duduk2. kita selalu duduk diteras seperti biasa, pa. 

Natal pertama kami dirumah ini, pa. Dan, saya tidak bisa berhenti mengucap syukur atas belas kasih Yesus atas kita pa. Yesus membuat segalanya menjadi mungkin pa.


Setiap orang yang masuk rumah ini, akan selalu bergumam "bagus banget rumah nya, usi sin". Tanggal 8 maret, mama mengundang pendeta2 dan jemaat pa, untuk mensyukuri 2 hal, Ulang Tahun mama dan Peringatan Pernikahan Papa dan Mama. Selamanya, kita akan selalu mengingat 8 Maretnya papa dan mama.  (*kayaknya ini bakalan jadi perayaan rutin kan?)

Papa tau ngga, di ruang keluarga kita, saya buat grafiti hahahhahahahaahhahahaaa... Pokoknya bagus. Papa pasti ketawa. Di kamar mandi atas juga pa. Kamar babs juga. Kamar saya catnya coklat tua, pa. Warna kesukaan saya. Warna yang selalu saya inginkan, untuk kamar saya. 

Kami, melewati banyak hal untuk rumah ini. 

Namun, dalam setiap cerita yang kami lewati, Yesus ada memeluk kami, Yesus menggerakkan hati orang2 baik untuk membantu kami.


Melalui tulisan ini,

Saya dengan penuh kerendahan hati, berterima kasih atas kebaikkan hati dari Oom Elias Malona dan Tante Selvi (istrinya), serta anak2nya yang turut membantu dalam cicilan rumah, untuk Oom Sammy Tatuil, Tante Rachel dan keluarga yang sangat membantu kami dalam pembangunan rumah, mencarikan bahan2 yang berkualitas, juga mencari tukang2 dan juga menemani mama dalam mengawasi tukang, untuk Tante Tosye dan Om Wem, untuk Oom Yusak dan keluarga, untuk Keluarga Wattimena Jemaat Sion, untuk Om Ivan Lantu, untuk Ibu Mei Rumambi, untuk Om Jhon Hukom (my favorite people), untuk Bapak Rompas, untuk Tante Anita Sondakh, untuk bapak Ridwan, dan untuk setiap orang yang menyumbangkan berkatnya untuk rumah kami. Maaf ya, saya tidak jago mengingat nama2 orang, namun setiap kalian yang membantu kami, saya berterimakasih untuk kebaikkan hatinya. Yesus akan melipatgandakan semua berkat yang kalian terima. 


saya juga berterima kasih untuk setiap doa, support moril dan setiap perkataan yang menguatkan kami, hingga kami bisa melalui ini semua. 


dan, terima kasih untuk diri saya, makasih ya nyed,

Terima kasih karena sudah kuat untuk menjalani semua proses ini,

terima kasih untuk tidak mengeluh dalam keadaan apapun,

terima kasih, untuk tidak menjadi cengeng. 


Yesus, i love you. 

boleh ngga make wish nya, saya menjadi orang pertama yang mengadakan ACARA BESAR disini, hm.... maso minta kali ya? hbahhahahahahahhahahahahaa... eh, boleh kali diaminkan. Kali ini saya serius. Beneran. Hahahahahahhahah....

Entahlah, siapapun dari kami bertiga yang akan memulai ACARA BESAR pertama kami disini, yang saya minta hanyalah, Sinsi tetap sehat dan umur panjang, agar bisa menyaksikan moment2 penting dalam cerita hidup kami. 


Benyada Remals "Nyed"


Minggu Sore, saat saya sedang liburan kesana, saya dan mama duduk di teras. Lalu mama bercerita, apa yang diceritakan oleh Jemaat GPIB Bukit Sentul. Oh ya, for yor information, GPIB Bukit Sentul itu dulunya bagian dari Petra Bogor, yang akhirnya di lembagakan menjadi jemaat sendiri. Tau siapa yang membuat mereka di lembagakan? Yup, NOKE! Jadi, mereka mengenal Mama dan Papa dengan sangat baik. 

mama cerita, saat mereka liat rumah kita, salah satu dri mereka bilang gini "Ibu, memang mau disini karena ikut pesannya bapak ya?" Mama menggeleng. Ya, karena kita memang suka rumah di sudut, jadi lebih besar aja. Menurut Pak Subi itu, dulu papa pernah ke kompleks perumahan ini, trus papa menunjuk "tepat di tempat rumah kita dibangun ini", beliau bilang mau buat rumah disini. Makanya, saat mereka liat kita bangun rumah disini, mereka pikir itu pesannya papa. Padahal ya, papa belum pernah bilang mau bangun rumah disitu ke kita.


Mungkin itu yang namanya INSTING dan INTUISI ya. Papa, sejauh apapun papa pergi, papa akan selamanya hidup ditengah kita. Nasehat papa, ajaran papa, cara berpikir papa, pintarnya papa, kebaikan2 papa, akan selamanya hidup dalam gerakan kami, pa. 


Akhirnya, saya bisa menuliskannya, setelah hampir 1 tahun, saya menahannya. 


Akhirnya, saya mampu membahasakannya. 

dan, rumah kita, sudah selesai, Pa. 


Sabar ya, pelan-pelan ya, satu-satu ya...

semua yang papa impikan, akan kami perjuangkan pa. Sabar ya. Doain ya, pa.

Babs udah mau ujian akhir, pa. Semoga tahun ini, ada banyak hal baik yang terjadi atas perkenanan Yesus, pa. 


Yesuuuuus, i love you very much. Maap kebanyakan merengek. Maap kebanyakan minta ini itu ya....



ini foto abis nguli, beneran cuman saya, mama dan lilbabs yang pindahan dari rumah kontrakkan itu ke Rumah ini. Seee? Tapi, btw ya, muka gw bagus banget ya make-up nya, warna lipstick nya juga (*on point banget)wkakaakkaakkaakkaa.... ya mon maaap, sekalipun nguli (*ngangkatin barang2, tetep harus ON POINT, ya kan NOK?)

 ini bener-bener day one masuk rumah ini. Bahagia bangeeeeet. Walaupun bagian atasnya belum jadi ya. Itu bagian atasnya masih dikerjain. Kamar eset, saya, gudang dan kamar mandi atas belum jadi.

Mungkin ada yang bertanya, lagian ngapain bangun rumah gede2. Let me tell you, kita bangun gede, karna kita sudah memperhitungkan semuanya. Dana2 yang ada sudah dihitung, termasuk dana dari gereja itu, lucunya ditengah jalan, dana itu ditahan dan pura2 dilupakan. Dan kebangsatan yang sangat adalah kontraktor yang membangun itu, entahlah... kalo dibicarakan lagi, buat emosi jiwa. Kerjanya lama, minta uang rutin, tapi sudah 4 bulan, rumah kita ngga keliatan hasil apapun. Makanya, kenapa pembangunannya tersendat. Seandainya saja, semuanya lancar seperti yg kita rencanain, mgkin ngga akan gini. Paham ya?

finally, setelah semuanya diberesin satu2. Tata letaknya lebih baik.

Fyi, yang selalu menghias rumah itu adalah noke. Selalu. Beliau memiliki jiwa seni yang kental. Papa tuh bisa banget, mendesain ruangan yang biasa aja terlihat sangat mewah. Padahal ya, bukan barang2 mahal loh, tapi papa bisa membuatnya jadi mewah. 

Papa, pindah2 gini, saya kangen banget nata2 ruangan dengan papa. Bantuin papa menghias rumah. Bantuin papa letakkin pernak-pernik dimana2 dan terakhir buka karpet besar dan kita tidur rame2 sambil nonton TV. (*good olddays)

Moment natal pertama kami, tanpa amor. Amor sudah masuk vikaris. 

             Tulisan yang saya liat di salah IG dan saya minta temannya babs buat di ruang tengah. 

 Ini kamar mandi atas dan mural yang digambar oleh temannya babs. Sebenernya, masih ada tambahan sih, di samping monkey itu ada tulisan "fuck what they think" Sebuah mantera yang selalu saya ucapkan, ketika saya melakukan hal yang saya suka.



ini kamarnya babs, dia pilih catnya biru dongker, akhirnya kami bisa punya kamar masing2 'kan, pa? 

hahahhahahahahaaaaa.... ini si BABOOOON, dia lagi vikaris di BALI. Entah kenapa ya, saya upload aja, soalnya nyari2 foto rumah dan nemuin hal kocak ini. Tumben banget dia rapi. Si Baboon ini manusia yang rapi hanya kalo ada hal2 yang penting. 

Naaah, ini rumah kita. jeng....jeng...jeng... cuman ini masih awal banget. Sekarang udah ada pagar dan di teras udah ada kanopinya, trus samping dah ada untuk parkiran bubucaca. 

oh ya, kalo ada yang bertanya kenapa abu2? Karena, abu2 itu tidak semurni putih dan tidak sekelam hitam, salah satu warna terbaik sebagai pertahanan terakhir. hahahahahahahahhhahaaa.... 

Tante Ida, sodaranya mama. Ibu mandor yang setiap hari memantau pembangunan. hhahahahahhhaa.....


Mama dan amor di ruang tengah. Amor lagi siap2 untuk mau berangkat ke Lawang, pa. Dia mau mulai untuk pembinaan calon vikaris, sekalian tau dimana dia memulai vikaris nya.

Fyi, dulu ya, saya selalu menemani papa untuk membina vikaris di Lawang. Papa ngajar, saya? Tidur2an atau jalan2 sama teman2 pendeta papa yang lain. Hahahahahahahahaaa... kan dah saya bilang ya, saya asistennya Noke. Jadi, kalo papa pergi kemana2 dan saya libur, ya saya pasti ikut. 
Kenapa saya bilang gini. Karna, pas saya telpn amor, dia kan menyombongkan diri ya, seolah2 dia doang yang udah ke sana....
Saya ....heeeeeh, monyet besar, sebelum ko kesana, saya dah ke tempat itu berkali2 sama papa. Saya tau tempat itu. (*sombong)
Dan lalu, mama mulai cerita tentang papa yang dulu menjadi pembina ca-vik. Eset tertawa melihat amor kesal. Yup, saya ngga bisa dikalahin tentang tempat2 pembinaan yang sudah papa jalani...
Hey, boy... saya lahir duluan hahahahahahahhahahaaaaa...
Dan, bapakmu selalu menjadikan saya asisten pribadinya. 

Amor ....kalo gitu kenapa ko ngga jadi pendeta aja sekalian
Saya .....ngapain jadi pendeta, yang ada saya buat agama baru hahahahahhagahahaaa....
Eset .....gila betul loh, kok ada yang kepikiran kayak gitu ya, kak. 

dan ini, jagoan kita, bubucaca... hey you, i miss you! 


welcome to noke's world....



sekian dan terima kasih. 


sinsi .....mama berdoa, semoga kalian bertiga diberkati untuk menjadi berkat dimanapun kalian diberkarya.......

Dan semoga mama terus disini bersama kita, memeluk kita dengan doanya, hingga di manapun kami berkarya dan menetap untuk hidup dalam cita2 kami, mama dan papa adalah orang pertama yang kami sebutkan sebagai berkat yang Yesus berikan untuk kami....















Komentar

Postingan populer dari blog ini

25 Facts about me

25 facts about me Ini salah satu chalenge yang agak menatang bin unik, karena saya harus benar-benar mengenali siapa dan bagaimana saya. Memang hanya sebuah keisengan saja, tapi tetap saja, membuat saya berpikir cukup keras untuk ini... And, this is it... 25 fact about me : 1. Saya adalah sulung dari 5 bersaudara, namun tunggal perempuan dari 3 bersaudara, kedua adik perempuan saya meninggal. Dirumah semua memanggil saya Kakak, bahkan yang lebih tua dari saya. (*kocakkan?) 2. Saya lahir di Salatiga, tumbuh dan berkembang di berbagai kota, palembang, surabaya, makasar, namun sebagian umur saya, dihabiskan di Metropolitan. Hmmm,,,,tapi saya Ambon! 3. Saya menghabiskan waktu luang saya dengan nulis, denger musik, baca buku, but almost novel my fave reading. Hohoho... 4. Hal yang tidak pernah salah buat saya adalah CHOKI-CHOKI, karena teman terbaik sekaligus musuh teeberat saya (*sometimes) Yep, Im chocofreak!  5. Saya suka bertualang kemana saja. Apalagi kepegunungan. T...

Obsesi YANG SALAH!!!

Obsesi yang salah! Saturday, September 25, 2010 6:15 AM Mungkin aku harus mengatakan BAHWA aku PEREMPUAN yang sangat beruntung! Dengan segala keterbatasan yang aku miliki,aku mampu memikat hati siapa saja. Aku mampu mendiamkan,ANJING HERDER!<loh kok=""></loh> ************************************************************** Kenapa aku mengatakan AKU BERUNTUNG??? Disatu sisi,aku dicintai oleh seorang lelaki yang nyaris sempurna. Dia memiliki ketampanan dan kemapanan yang menjadikannya sebuah OBSESI yang diminati oleh setiap HAWA. Kecuali aku! Aku benci COWO! Mereka adalah makhluk egois yang tidak pantas dicintai. Mereka lebih baik untuk dicampakkan. Tidak ada toleransi untuk rasa benciku pada makhluk terkutuk itu. Aku membenci mereka. Sangat membenci mereka. Entah untuk alasan apa! Tapi,AKU MEMBENCI COWO. Sampai DIA datang… Membuatku runtuh dari KESOMBONGANku yang menilai bahwa akulah yang paling benar tentang segala hal. Dia menamp...

I am a proud sister!!!

I am a proud sister!!!! First thing first... Congratz, Melf! Calon Sp.B menunggu waktu aja sih. Pembicaraan tentang sekolah lagi itu sudah ada beberapa tahun ke belakang, sejak PTT, well kita udah hampir 8 tahunan jadi dokter. Mulai dari dokter ptt di pedalaman, hingga magang di RSUD, hingga akhirnya menetap dan menjadi PNS di RSUD Kota Sorong lalu di angkat menjadi Kepala IGD (*melf) Jadi saya mengerti betul, bahwa kakak saya sangat menginginkan "sekolah" lagi. Sama saya juga. Tapi, usia epit adalah batas rawan. Kenapa? Dia udah 33, tahun ini, 34. Sedangkan batas usia yang di tetapkan itu 35 tahun. Jadi saya mengerti betul, kenapa dia berjuang dan berusaha sekuatnya untuk masuk PPDS. Mungkin ada banyak yang akan bertanya, ngapain sih ngotot jadi ppds atau sekolah spesialis. Toh udah dokter, ngga capek sekolah lagi. Well, tergantung caramu memandang sebuah "nilai" dari gelar yang tersemat. Untuk kami, menjadi Spesialis bukan hanya tentang "keuntungan...