Langsung ke konten utama

hey solo, ditinggal bentar ya....



3 tahun yang lalu, saya datang ke sini, sebagai orang asing. Ngga kenal siapa2. Ngga ada sodara. Bener2 merantau sendiri ditempat ini. Saya mempelajari banyak hal disini. Saya menemukan teman2 baru dan mereka seperti keluarga untuk saya. Bahkan orang2 yang selalu bersedia untuk direpotkan. Terima kasih banyak ya 🙏🙏

Ketika saya pamit. Saya terharu. Ngga nyangka, tempat yang dulunya saya ragu untuk pijaki, nyatanya tempat ini membawa banyak berkat untuk saya. Satu persatu, saya mengalami banyak hal besar dan baik. Hal2 yang saya syukuri. 

Ternyata ada banyak yang harus saya pamitin, ibu katering, ibu kosan, mas2 tukang anter laundry, bapak2 penjual galon depan, mba2 langganan roti sampe mas2 bakso malang yang biasa lewat. Mereka memudahkan hidup saya selama di Solo. Saya mengucap syukur setiap kali mengingat mereka.
Hahahahahahahahhaaaa... rame ya nyed? (*bangeeeeeet) 

Pamit ya. Sebentar aja. Nanti, balik lagi kok. Pergi sebentar, untuk kembali menetap. 

Kalo dulu, saya selalu "merasa jauh" dari jakarta, karna bagi saya, jakarta adalah rumah. Nyatanya, meninggalkan Solo sama beratnya, nyed. Sama nelangsanya. Sama melownya. Saya, menemukan kenyamanan dan ketenangan disini, tempat untuk kembali. Solo.

Hey, Solo... See you, when i see you. 
Bentar ya, saya pergi ke tempat yang selalu saya doain. Tempat yang dari dulu, saya pengen ada disitu. 

Semoga saja, saat saya pulang nanti, saya bisa menjadi berkat untuk banyak orang.

bikini bottom's crew, i love youuuuuuu.... 😘

First thing first,
Saya seperti pulang ke Jakarta.

Satu hal yang saya notice dengan baik,
Saya kembali mendengar klakson mobil bersaut2an, hiruk pikuk orang terburu dan teriakan kesal orang yang merasa terhalang jalannya. 

Beda banget sama Solo. Banget. Semuanya kalem. Ngga terburu2. Dan, yang kerennya, NGGA ADA DENGER BUNYI KLAKSON. Sesabar itu loh orang solo. Mereka menunggu dengan sabar. Mungkin karna itu ya, saya betah di Solo. Kota yang tenang. Nyaman. Tanpa ambisi. Kota yang tepat untuk tinggal. Tidak seramai jakarta, tapi juga ngga sesepi Maybrat? 😌

Namun, berbeda dengan kota ini. Berasak pulang ke rumah. Sesuatu hal yang saya kangenin. Geraknya harus cepet. Segala hal harus ada deadlinenya. Semua harus tertata dan terarah. I can live this game. 😎🍺

Hey Solo, zie je wanneer ik je zie. Ik ga een tijdje heen, naar de plek waar ik altijd voor bid. de plek waar ik altijd al wilde zijn.

Hopelijk kan ik, als ik naar huis ga, voor veel mensen een zegen zijn.

Saya tidak pandai untuk berpamitan, atau merangkai kata yang hebat, indah, agar terdengar seperti puisi menarik sebagai salam perpisahan. 

Basa basi busuk bukan keahlian saya.
Saya akan selalu mengucapsyukur pada Tuhan, setiap kali saya mengingat kalian, orang2 baik yang selalu membantu dan bersedia saya repotkan. 

Hal yang selalu saya hindari adalah saying goodbye. I hate it. Karna disana pasti ada kebiasaan yang berganti menjadi ketidakbiasaan. 

Hey solo, pergi bentar ya. 

"Kiranya Tuhan menolong saya...." 
I love this word. ....dan memberikan hikmatNYA, agar saya menjadi berkat ditempat saya berpijak. 

Pergi bentar ya...

Hidup saya emang nomaden sekali ya. Ini lilbabs yang bantuin. Kalo cuman pindah kosan sih, sanggup2 aja sendiri. Masalahnya, pindah kota #handsup 🤣😂🤣🤣🤣

My bikini bottom's crew...

another moment with bikini bottom...
rame2 ditraktir pak boss 



Nyed

Yesus, bilang buat Noke ya,
Janji saya udah dijalankan.









Komentar

Postingan populer dari blog ini

25 Facts about me

25 facts about me Ini salah satu chalenge yang agak menatang bin unik, karena saya harus benar-benar mengenali siapa dan bagaimana saya. Memang hanya sebuah keisengan saja, tapi tetap saja, membuat saya berpikir cukup keras untuk ini... And, this is it... 25 fact about me : 1. Saya adalah sulung dari 5 bersaudara, namun tunggal perempuan dari 3 bersaudara, kedua adik perempuan saya meninggal. Dirumah semua memanggil saya Kakak, bahkan yang lebih tua dari saya. (*kocakkan?) 2. Saya lahir di Salatiga, tumbuh dan berkembang di berbagai kota, palembang, surabaya, makasar, namun sebagian umur saya, dihabiskan di Metropolitan. Hmmm,,,,tapi saya Ambon! 3. Saya menghabiskan waktu luang saya dengan nulis, denger musik, baca buku, but almost novel my fave reading. Hohoho... 4. Hal yang tidak pernah salah buat saya adalah CHOKI-CHOKI, karena teman terbaik sekaligus musuh teeberat saya (*sometimes) Yep, Im chocofreak!  5. Saya suka bertualang kemana saja. Apalagi kepegunungan. T...

Obsesi YANG SALAH!!!

Obsesi yang salah! Saturday, September 25, 2010 6:15 AM Mungkin aku harus mengatakan BAHWA aku PEREMPUAN yang sangat beruntung! Dengan segala keterbatasan yang aku miliki,aku mampu memikat hati siapa saja. Aku mampu mendiamkan,ANJING HERDER!<loh kok=""></loh> ************************************************************** Kenapa aku mengatakan AKU BERUNTUNG??? Disatu sisi,aku dicintai oleh seorang lelaki yang nyaris sempurna. Dia memiliki ketampanan dan kemapanan yang menjadikannya sebuah OBSESI yang diminati oleh setiap HAWA. Kecuali aku! Aku benci COWO! Mereka adalah makhluk egois yang tidak pantas dicintai. Mereka lebih baik untuk dicampakkan. Tidak ada toleransi untuk rasa benciku pada makhluk terkutuk itu. Aku membenci mereka. Sangat membenci mereka. Entah untuk alasan apa! Tapi,AKU MEMBENCI COWO. Sampai DIA datang… Membuatku runtuh dari KESOMBONGANku yang menilai bahwa akulah yang paling benar tentang segala hal. Dia menamp...

I am a proud sister!!!

I am a proud sister!!!! First thing first... Congratz, Melf! Calon Sp.B menunggu waktu aja sih. Pembicaraan tentang sekolah lagi itu sudah ada beberapa tahun ke belakang, sejak PTT, well kita udah hampir 8 tahunan jadi dokter. Mulai dari dokter ptt di pedalaman, hingga magang di RSUD, hingga akhirnya menetap dan menjadi PNS di RSUD Kota Sorong lalu di angkat menjadi Kepala IGD (*melf) Jadi saya mengerti betul, bahwa kakak saya sangat menginginkan "sekolah" lagi. Sama saya juga. Tapi, usia epit adalah batas rawan. Kenapa? Dia udah 33, tahun ini, 34. Sedangkan batas usia yang di tetapkan itu 35 tahun. Jadi saya mengerti betul, kenapa dia berjuang dan berusaha sekuatnya untuk masuk PPDS. Mungkin ada banyak yang akan bertanya, ngapain sih ngotot jadi ppds atau sekolah spesialis. Toh udah dokter, ngga capek sekolah lagi. Well, tergantung caramu memandang sebuah "nilai" dari gelar yang tersemat. Untuk kami, menjadi Spesialis bukan hanya tentang "keuntungan...