Aku.
Bersembunyi disebuah sudut terjauh kota ini. Sekedar mewaraskan langkah. Menjernihkan pikir.
Cafe yang tidak sengaja kutemukan dengan longdrive ngawur yang ku sengaja. Hari besar itu akan tiba.
Entah apa berapa banyak hari besar yang harus ku hadapi dalam beberapa bulan terakhir ini. Diawali dengan ke Ambon. Lalu, Surabaya?
Hari2 besar dimana aku berusaha menghadapi rasa takutku. Aku berusaha berkuat diantara segala rutinitas yang kian bertambah. Aku? Selalu baik-baik saja.
Namun kali ini, aku ingin memeluk diriku sendiri. Aku ingin berterima kasih, sudah menjadi anaknya Noke yang kuat. Yang tidak mengeluhkan banyak hal. Yang tidak merengek.
Aku ingin memeluk diriku dengan hangat. Setelah bentakan2 kasar, umpatan yang menyayat hati, yang aku tujukan untukku. Setelah semua "pukulan" dan semua hal menyakitkan yang harus kuterima, hanya untuk tetap berdiri diatas kakiku.
Aku berterima kasih untuk aku. Hey, benyadanya Noke, makasih ya sudah berjalan sejauh ini. Makasih ya, ngga membuat drama2 konyol yang tidak perlu. Makasih ya, untuk selalu melakukan semuanya dengan 100%. Makasih ya, sudah berbesar hati dalam berbagai hal yang menjatuhkan mental.
Aku di Cafe sudut kota ini. Temaram lampunya seolah memelukku untuk larut dalam suatu senja yang selamanya akan ku kenang.
Perlahan, si bapak pemilik Cafe ini, mengalunkan lagu kesayanganku. Lagu terfavoriteku sepanjang masa. Sheila On 7, Yang terlewatkan.
Tanpa sadar, aku bersenandung mengikuti lagu ini. Menjentikkan jemariku. Membuka tab dan membaca hal yang selalu membuatku kuat. Surat dari Noke.
Aku, sendiri, pa.
Mereka bilang, aku terlalu hebat. Aku terlalu sombong. Aku terlalu jauh untuk diraih. Kata mereka. Lucu kan?
Aku sedang tidak ingin mengasihani aku. Karna, aku duduk disini, di tepi kota ini, untuk menyegarkan pikirku. Bukan, bukan "tentang hati" yang membuatku gundah. Hati bagiku adalah rasio. Jelas seperti itu.
Aku duduk disini, karna aku ingin bercerita dengan diriku. Seperti aku bercerita kepada papa. Dialog sunyi. Menciptakan ruang didalam otakku, untuk mendebat semua keputusan2 absurd yang sudah kubuat. Atau merunut kembali semua perkataan yang ku lontarkan. Atau merefleksikan kembali pilihan2 yang aku buat dengan sadar.
Aku butuh ruang untuk bernafas, tanpa rutinitas yang mengantung. Aku butuh batas, agar aku bisa melihat sejauh mana, aku berjalan dari pijakan awal yang ku buat. Entah itu berlari atau berjalan santai. Yang terpenting, sejauh mana jarak yang aku tempuh.
Apakah ada kamu disana?
Ngga ada nyed. Segala sesuatu yang lo putuskan, lo selalu menjadi epicentrumnya. Lo dan semua ke sok hebatan lo. Dan lo akan tetap seperti ini, 100 tahun lagi. Iyakan?
Bisa ngga, kalo suka sama orang itu turunin gengsi lo sedikit aja? Hm? Bisa ngga? Celoteh mbul malam itu.
Aku menatap mbul dan terbahak. Suka sama siapa? Gw ngga lagi mau siapapun.
....yakin loh? Lalu, kenapa lo jadi aktif banget upload foto? Lo tau ngga, orang yang upload fotonya terus2an, katanya lagi narik perhatian orang.
Aku mengerling ke arahnya. ...gw upload apa? Foto?
....hm, di story wa dan ig loh kan? Suatu hal yang jarang banget dilakukan seorang lo, kang. Lo kenapa?
Aku ...ga kenapa2. Suka aja sama muka gw. Lebih bagus aja. Perawatan gw berhasil.
Mbul.... dan sejak kapan lo peduli sama fisik.
Aku ....sejak gw tau, bahwa yang lo liat pertama kali tetep fisik. Semenyenangkan gimanapun karakter lo. Love at first sight bukan hanya dongeng.
Cipta tertawa mendengarnya. Padahal dari tadi dia serius dengan kerjaannya di laptop.
Love at first sight sama siapa lagi lo?
Aku ....saya jedijah. Gw dalam versi terbaik yang kadang mengejutkan gw sendiri. Mau kenalan lagi?
Cipta menatapku dengan bingung. .....gimana tuh konsep jatuh cinta sama diri lo? Lo dalam versi terbaik?
Aku .....hm. dalam versi perbaikan sana-sini dan ternyata gw survive aja gitu. Bisa ngga, ngga perlu bahas yang berat? Bisa ya, cukup duduk diam aja.
Nyed_
Sebuah cerita yang terlewatkan 🍺
Komentar
Posting Komentar