Tentang Sebuah Permintaan
Cerita ini adalah perjalanan spiritual saya. Mungkin akan terdengar atau terbaca seperti "sombong rohani". I know.
Tapi, ini adalah kenyataan yang saya alami bersama Yesus.
Jarang saya menulis tentang ke Tuhan-an yang Maha Esa. Benar2 hanya tentang saya dan Yesus. My best friend. My God. My Everylittle thing.
Saya tidak begitu ingat, sejak kapan saya menjadi begitu "dekat" dengan Yesus. Dulunya, Yesus bagi saya adalah sebuah kewajiban. Hal yang harus disembah dan harus saya hormati.
Sehingga doa2 yang naik untuk Yesus, hanya lah sebuah kewajiban. Ya noke dan sinsi mengajarkan itu untuk saya. Saya tidak pernah benar2 meminta ke Yesus. Doa saya isinya begitu sederhana. Hal2 formal "Tuhan, kaka mau makan. Amin.", "Tuhan, kaka mau ke kampus. Amin."
Namun, hati saya tidak pernah berbicara secara intim dengan Yesus. Doa bagi saya hanyalah sebuah rutinitas. Yup. Thats me. Dan semua hal yang terjadi, saya menjalani aja. Bersyukur sih, cuman rasanya kosong.
Setiap kali saya melihat teman2 saya sholat, saya kagum, mereka begitu taat menemui Tuhannya. Sedangkan saya? Minggu aja, sering banget bolos gereja. Hitungan saya gereja dalam sebulan itu 1 tangan aja kebanyakan.
Saya terlalu menggampangkan Yesus. Iyakan?
Hingga suatu hari, nilai semester saya jeblok. Fyi, saya belum sidi. Karna, papa tidak pernah memaksa kita untuk harus sidi. Papa bilang sidi itu harus sebuah panggilan dari dalam hati.
Tahun 2007, pada semester berapa ya, saya lupa. Nilai faal saya jatuh. Saya harus mengikuti SP. Padahal ya, saya dah yakin ngga bakalan jelek. Hari itu, saya pulang dan marah2. Nangis. Kesel. Tahun itu, usia saya 18 tahun. 1 tahun sudah, saya menangguhkan janji saya untuk Yesus, bahwa saya mau di sidi saat umur 17. Begitu banyak alasan yang saya berikan, untuk sebuah janji yang saya ucapkan secara sadar.
Setelah saya marah2 dan kecapekan, lalu saya tertidur. Dalam tidur itu, saya bermimpi seseorang datang dan duduk di tepi tempat tidur saya, dengan lembut beliau berkata .....jadi, kapan mau ikut saya? Bukannya sekarang waktunya?
Saya kaget dan loncat dari tempat tidur saya. Aseli, saya takut banget. Di detik itu, saya berdoa dan minta ampun sama Yesus. Yesus menegur saya dengan caranya. Dia memukul si sombong ini, dengan caraNYA.
Lusanya, saya datang ke Oom Pdt Izack Sealtiel di Pastori. Saya bilang bahwa saya ingin dibimbing katekisasi oleh beliau. Tau ngga, saat saya mendaftar itu, tidak ada yang tau bahwa saya anaknya Pdt. A.R Ihalauw, salah satu orang yang ikut dalam penyusunan materi dan membuat gagasan untuk buku katekisan GPIB. Tim Teologi GPIB. Konseptor Pemahaman Iman GPIB.
Mereka tau, saya anaknya Noke, ketika selesai ujian lisan. Trus papa datang jemput saya dan Om Izak minta papa kata sambutan mewakili para orang tua. Saya bisa ngeliat atmosfer yang berbeda saat mereka tau, salah satu anaknya Ihalauw ada disitu.
Bangsat, sombong banget yak?
Saya pikir, hubungan saya dan Yesus menjadi sangat dekat. Titik baliknya adalah saat saya berdiri dan mengaku percaya dengan segenap hati saya. Hati itu, saya tau, Yesus yang ayah dan ibu saya imani, adalah Yesus yang memanggil saya untuk mengaku percaya dihadapanNYA.
Sejak hari itu, saya merubah cara saya memandang Yesus, cara saya memaknai hidup dan cara saya mengucap syukur.
Yesus menjadi sahabat terdekat. Tempat saya menangis. Tempat saya marah. Meminta. Memaksa. Tempat saya bercerita banyak hal. Selain untuk papa dan mama.
Kadang, ada beberapa hal yang tidak bisa saya sampaikan untuk papa dan mama. Yesus adalah tempat pulang ternyaman. Tempat menangis teraman, hingga saat ini.
Dulu ketika pelantikan dokter saya ditunda, karna IKM saya tidak lulus. Saya pulang dan saya menangis sejadi2nya untuk Yesus. Saya tidak tau harus buat apa. Saya udah bilang buat papa, nyatanya saya buat mereka sedih dan malu.
Tau ngga, apa yang Yesus buat? Yesus tetap membuat saya dilantik pada tahun yang sama, di bulan desember. Bahkan, Yesus memberika saya kado tambahan, saya lulus UKDI one shoot. Lalu, saya keterima PTT Pusat.
Natal tahun itu, adalah salah satu natal terbaik saya, kenapa? Karna, Yesus memberikan begitu banyak kado natal untuk saya, tanpa saya minta.
Nih ya, papa dan mama tuh ngga tau kalo saya udah ujian UKDI. Jadi, saya diam2 aja. Pas hasilnya lulus, baru saya telpon mereka dan bilang. Pada beberapa hal, saya merahasiakannya bersama Yesus. Saya ngga mau, menyakiti mereka dengan hasil yang buruk.
Tentang sebuah permintaan.
Note ini, adalah keintiman saya dengan Yesus yang begitu saya kagumi. Saya cintai. Bahkan kadang, permintaan2 yang saya ucapkan, bukanlah sesuatu yang benar untuk dikabulkan.
Namun, Yesus melakukannya untuk saya.
Suatu ketika, saat dulu papa di hina2 di FB GPIB. Semua orang mengatakan banyak hal jahat tentang beliau. Kalian mungkin ngga akan tau, bagaimana sakitnya hati anak yang ayahnya kalian katain.
Malam itu, selesai jaga dan mendapatkan begitu banyak notifikasi2 dari FB itu. Saya longdrive sendrian. Dan di dalam mobil itu, saya menangis dan "berdialog" dengan Yesus. Mungkin ini terdengar gila ya. Namun, hari itu, setelah menahannya cukup lama, saya meminta keadilan Yesus atas mereka. Karna kami tidak pernah membalas apapun juga. Kami tidak melakukan apapun juga. Tidak ada. Kami hanya diam.
Sepanjang jalan, saya menangis, meraung, memaki, membentak, sampai ketika tiba di rumah. Saya hanya bergumam, "....Yesus, sampe jua. Ini sakit banget. Saya ngga kuat lagi, Yesus. Saya mohon, tunjukkan kuasamu atas mereka. Yesus, tolong sampe jua. Diatas semua ini, terjadilah kehendakMU, Yesus...."
Saya turun dalam kondisi mata sembab dan sesegukkan. Beberapa minggu terlewati, tau ngga, salah satu orang yang paling gencar menulis hal2 jahat tentang papa, tiba2 aja di FB itu, di liatin bahwa anaknya menikah dengan sesama jenis. Ya, anaknya GAY. Homo. Dan dengan bangga memamerkan hal itu. Gila ngga?
Dan sebagian pendeta2 yang ikut menghujat papa menelpon papa dan kasih tau. Saat papa bercerita tentang itu, saya diam saja. Saya tau, selama saya benar, Yesus ada dipihak saya. Selama saya tidak menyakiti orang lain dalam kata dan tindakan, Yesus akan berperkara untuk mereka.
Di kali lain lagi, ada seorang pendeta yang begitu menjelek-jelekkan papa. Bercerita semua hal omong kosong. Saya menahannya, karna saya tau, dia seorang hamba Tuhan. Dan saya tau, bahwa dia diurapi, Yesus yang berhak menghakimi DIA.
Dia salah satu manusia yang membuat papa di palang di ruang kerjanya. Padahal, papa banyak membantu dia. Banyak. Tapi itulah manusia.
Ketika saya benci dengan seseorang, saya menahan diri saya untuk mengadu pada Yesus. Ini serius. Saya meredamnya sendiri. Saya tidak semudah itu untuk mengadu dan menangis ke Yesus. Karna bagi saya, Yesus adalah pengadilan terakhir ketika saya terlalu lelah untuk sabar dan menahan marah saya.
Hari itu, saya mendengar dari mama, pdt itu kembali memojokan papa. Papa cuman diam aja. Tau ngga, ayah saya itu, DIA tidak pernah mendoakan hal yang jahat untuk orang lain, kecuali saat dia tidak lagi sanggup menahan marahnya. Mau kalian ludahin, tendang, kata2in sampe ngga ada harganya, Noke ngga akan bergerak sedikitpun untuk mendoakan hal jelek untuk kalian.
Mendengar cerita mama, saya masuk kamar dan berdoa. Doa saya tidak banyak, tidak bertele2 juga, .....Yesus, pembalasan adalah hak Tuhan Yesus kan? Karna itu, kaka minta keadilan Yesus atas dia....
Waktu berlalu, dan mereka yang pernah dekat dengan dia bilang dia terkena sakit yang parah. Istrinya juga. Bahkan mereka hanya tinggal di sepetak rumah kecil.
Saat mama menceritakan hal itu, tiba2 saya sedih.
....apa karna saya meminta pembalasan Yesus atas mereka? Atau seharusnya saya jauh lebih sabar? Saya tidak menuntut banyak dari Yesus, hingga orang itu harus mengalami hal2 yang menyakitkan. Apa doa saya yang membuatnya sakit?....
Saya ngga tau. Saya bukan orang suci. Bahkan, saya bukan pengikut Kristus yang benar. Saya masih sangat berdosa.
Namun, dikali lain lagi, ketika disini mereka memberikan saya begitu banyak pekerjaan. Sampai rasanya saya tidak bisa bernafas. Setiap hari ada aja yang harus ini dan itu. Belum lagi harus ikut ini dan itu.
Suatu sore yang tidak cerah, dalam perjalanan pulang saya ke kosan. Saya berteriak didalam hati saya .....Yesus, syaa benciiiiii ***********, saya benciiiiiiiii. Saya capek banget Tuhan Yesus. Kenapa dia selalu harus suruh saya. Kenapa dia selalu buat saya kayak gini. Yesuuuuussss tolong saya benci orang itu.....
Besoknya, orang itu, sakit Covid +, dengan komorbid yang berat. Dirawat di ICU 2 minggu, dengan gejala sisa yang cukup berat.
Ketika saya mendengar kabar itu, saya terduduk lemas. Meminta ampun ke Yesus, karna sudah merengek dan membuat permintaan yang menyusahkan orang lain. Saya harusnya bisa jauh lebih sabar.
Hari itu, saya begitu takut dengan setiap kekesalan yang saya rasakan. Saya berpikir, seharusnya setiap kemarahan saya terhadap sesuatu bisa saya simpan. Tidak perlu saya adukan ke Yesus. Iyakan?
Karna mendengar seseorang terluka karna sebuah kekesalan yang saya luapkan, ternyata saya tidak selega itu saat mendengarnya.
Mungkin ini akan terdengar seperti sombong rohani ya? Seolah-olah saya menyombongkan diri saya yang kemarahannya selalu dituruti oleh Yesus.
Nope, tidak semua pinta dan kesal saya dijawab dengan instan kok.
Karna itu saya belajar untuk tidak "gampang" meminta sesuatu hal yang "salah" untuk Tuhan Yesus. Saya tau, pembalasan adalah hak mutlak Yesus. Saya tau betul itu.
Hanya saja, sekuat apapun saya menahan sakit akibat perkataan, tindakan, lelucon atau apapun yang orang lain lakukan, semua itu ada batas sabarnya.
Saya masih manusia biasa, belum jadi Nabi, bahkan belum 1/10 nya Yesus. Dosa saya banyak banget, banget. Saya masih bolong2 ke gerejanya. Masih juga males doanya. Doa hanya kalo mau butuh aja.
Namun, bagi saya, "dialog" saya dan Yesus terjadi dimana saja. Tidak dibatasi ruang dan waktu. Saya saya lagi pergi ke mana, dan hati saya berkata ....Yesus, tolong ya, nanti bakalan ada gini. Tolong ya, buat supaya bla....bla....bla....
Nih ya, saya cerita lagi, ketika saya mau pergi konser Coldplay kemaren, pas keluar hotel tiba2 gerimis dan itu lumayan intens gerimisnya.
Sambil jalan cari gojek, hati saya bergumam gini .....Yesus, ini konser pertama saya. Yesus tau kan? Saya ngga punya pengalaman dalam nonton konser kayak gini. Yesus tau kan, saya benci keramaian. Yesus tolong dong, berentiin hujannya, saya mau menikmati malam ini dengan baik. Yesus, tolong kasih kita gojek supaya ngga telat kesana ya. Yesus, jagain kaka ya....
Mungkin saya terlihat rebel, reckless ya? Tapi percaya deh, setiap kali saya mau keluar untuk jalan2 atau pergi kemanapun, sebelum pergi itu saya akan berdoa. Saya akan lapor sama Yesus, saya mau kemana aja, mau ngapain aja, pulangnya jam berapa kira2. Kayak laporan sama papa.
Sampai detik ini, selalu seperti itu.
Ketika saya tes PNS dulu juga gitu. Saya mendoakannya setiap malam ke Yesus. Apa yang Yesus kehendaki, saya ikut. Saya manut aja.
Saya tidak pernah meminta doa pada orang lain, kecuali papa dan mama. Kenapa? Karna, saya tau, saya punya mulut yang bisa berdoa untuk Yesus dan saya percaya Yesus mendengarNYA.
Ini sombong ya??? Hahahahahahahhaaa...
ngga sih, saya selalu begitu. Bagi saya, doa yang saya naikkan untuk Yesus adalah rahasia kita. Hal yang sangat intim antara kita. Apa yang saya mau. Apa yang saya minta.
Saya tidak pernah mempercayakan apa yang saya minta untuk didoakan oleh orang lain, kecuali papa dan mama. Dulu ya, ada seorang pendoa yang datang dan mau berdoa untuk kita semua. Lalu, mama mi memanggil saya di kamar. Saya menolak. Saya ngga mau. Trus akhirnya Opa yang bilang bahwa ngga usah dipaksa.
Saat makan malam, dan saya ditanya, dengan spontan saya jawab ....saya punya mulut untuk meminta apa yang saya mau untuk Yesus. Biar Yesus dengar apa yang saya mau, dari mulut saya sendiri. Saya tidak meragukan kuasa doa siapapun. Saya tau setiap orang memiliki karunia. Hanya saja, bagi saya, saya tidak perlu perantara untuk berdoa kepada Yesus. Saya mengimani itu.
Ketika pengumuman saya lulus PNS Pusat dulu ya, saya ketawa sambil geleng2. ....ya udah, iya, saya ke sana, Yesus. Saya ikutin apa yang udah ditentukan. Tapi jangan tinggalin saya ya. Saya ngga punya siapapun loh. Saya cuman punya Tuhan Yesus. Jaga saya ya, Yesus.....
Begitu juga, pada malam2 di wisma atlet selesai jaga. Sebelum jaga dan setelah jaga, saya selalu berdoa mengucap syukur. Yesus menjaga saya. Ketika saya menjaga ruang covid di RSUP ini pun, Yesus meluputkan saya dari covid. Tidak adq satupun sakit yang saya derita. Tidak ada.
Jadi, untuk apa lo nulis ini?
Saya cuman pengen nulis aja, betapa baiknya Yesus itu. Ajaibnya Yesus itu. Yesus itu Allah yang menyediakan segala sesuatunya.
Hal2 kecil yang saya takutkan atau khawatirkan ngga pernah terjadi.
Waktu eset datang mau ntn konser Sheila itu ya, harusnya eset di festival. Tau ngga, saya udah gelisah aja, ....Yesus, eset ngga bakalan kenapa2 ya di festival. Kita misah loh ini. Yesus, jaga kita ya....
Tau ngga, tiba2 aja, salah satu temen saya yang harusnya duduk sederetan dengan saya, ngga jadi berangkat karena berhalangan. Akhirnya, eset pake tiketnya dia. Kita berdua ngga terpisah.
Thats magic.
Kalo dipikir2 kan ngga mungkin ya..karna ini konser sheila yang udah kita tunggu2. Tapi ternyata, Yesus itu ajaib.
Terlalu banyak hal2 besar yang Yesus ciptakan dan berikan untuk saya.
Yesus membawa saya ke Solo dan membuat saya "berkarya" dengan nama saya sendiri. Tanpa embel2 siapapun. Tanpa nama besar apapun. Tanpa pertolongan siapapun.
Saya berdiri dengan kemampuan saya sendiri.
Terima kasih ya, Yesus.
Kalo bukan Tuhan Yesus, rasanya semua hal ini menjadi begitu mustahil untuk dihadapi dan dihidupi.
Note to my self....
Kadang saya menjadi takut terhadap diri saya sendiri, kenapa? Karna bisa jadi sebuah permintaan yang saya ajukan ketika saya marah itu, menjadi celaka untuk orang lain. Iyakan?
I know, pembalasan bukan hak saya. Tangan saya juga tidak bisa menjangkau semua orang yang menjengkelkan. Namun, Yesusnya saya bisa melakukan itu, dengan caraNYA.
Rasanya mengucap syukur untuk sebuah kemalangan yang menimpa orang lain itu sama brengseknya dengan melakukan jahat juga pada orang lain.
Coba sabarnya dipanjangkan lagi ya. Tolong, kalo nangis, emosi, marah2, ke Yesus, jangan minta hal2 yang bisa menyakitkan orang lain ya....
Yesus pasti melihat dan memperhitungkan semuanya, nyed.
Namun, melihat orang itu terluka, bukan kah itu jauh lebih sedih?
Nyed_
Dulu nokenya saya bilang gini....
.....kalo kaka minta Yesus bertindak untuk orang yang menyakiti kaka. Pastikan satu hal, kaka tidak menyakiti dia. Pastikan tangan kaka bersih, sebelum kaka meminta Yesus membalas dia. Sebab, Yesus itu Allah yang adil, non. Yesus melihat semuanya.
.....karna itu, kalo kaka masih kuat untuk menahannya, ampuni dia. Yesus akan berperkara dengan caraNYA. Disaat nona tidak lagi mengingat mereka, Yesus akan datang dengan penghakimanNYA.
.....Yesus, punya cara yang kaka tidak tau.
((((Ngga perlu dibaca))))
Dan sampai hari ini, "berdialog" dengan Yesus adalah cara saya meminta dan mengucap syukur dalam waktu bersamaan.
Yesus hanya sejauh DOA.
Yesus mendengarkanmu, ketika yang lain pergi.
Ada amin?
Komentar
Posting Komentar