"Rasanya kita bakalan kalah" ucapku dengan gamang, aku selalu pesimis.
"Non, kita ngga bakalan kalah. Kita akan baik2 aja" ucapmu lantang
Kamu menatapku. Tersenyum canggung seperti biasa. Menegakkan bahuku seraya berkata ....aku ngga bakalan bikin kita kalah.
Dan aku terdiam. Di depanmu. Aku selalu menjadi lemah. Dalam setiap kuat yang aku punya, aku mengijinkan diri ku lemah untukmu.
Selelah apapun aku, aku tidak akan mengeluhkannya untuk siapapun. Namun, saat kamu ada, entah kenapa aku merasa "manja". Seperti kesulitan yang kuhadapi kali ini, oh tidak... Kita hadapi kali ini.
Mendengarmu berbicara seperti itu, seperti sihir yang mencabut seluruh takutku. Seperti ombak yang menyapu habis semua kegalauanku.
Karna aku memiliikimu disisi. Rasanya, tidak ada yang kutakuti.
Aku bisa menguatkan diri ku menghaadapi semua soalan. Aku bisa tertawa hingga menutupi sedih dan hancurnya aku dihadapan semua orang.
Namun, didepan mu. Mendengar suaramu. Menatap matamu. Rasanya aku berhenti menjadi kuat. Aku mengijinkan diriku menjadi lemah.
Pada suatu ketika, mungkin kamu lupa saat itu. Kita baru saja selesai Baksos di daerah pinggiran Jawa Tengah. Aku bersikeras pulang dengan mengendarai motor sendiri. Kamu, sedang sibuk dengan yang lainnya. Aku kadang lupa, aku tidak selalu menjadi pusat duniamu. Walaupun yang aku inginkan, aku selalu menjadi prioritas mu.
Dan lalu, aku jatuh dari motor. Tulang keringku retak. Jelas itu sakit. Namun, aku menguatkan diriku didepan semua orang. Jelas jalanku pincang dan butuh penyangga. Namun, aku pantang dikasihani. Aku berusaha sebisaku terlihat "senormal"nya. Walaupun untuk berjalan saja, rasanya sakit. Aku tidak boleh terlihat cengeng. Tidak boleh dan tidak akan.
Namun, lucunya, saat kamu datang membawa secangkir coklat hangat...
Sambil menatapku, .... Nona, baik-baik aja kan?
Aku menatapmu dengan lekat. Dan lalu menangis. Aku menangis. Hahahahahahaa... Bisa dibayangkan, seorang aku menangis. Jatuh dari lantai 2 dan tangan kananku patah saja, aki tidak menangis. Keserempet mobil hingga badan kiriku lebam dan tulang lengan atasku pindah lokasipun, tidak membuatku menangis. Aku melaluinya dengan baik-baik aja.
Namun, pertanyaanmu tentang "baik-baik aja?", menghancurkan kekerasan, kegengsianku. Dihadapanmu pertahananku luruh. Hancur. Rasanya aku menjadi makhluk yang begitu lemah. Namun aku menyukai diriku yang ada bersamamu. Kamu membuatku menjadi manusia, dengan mengakui rasa sakitku.
Komentar
Posting Komentar